41. bunuh diri?

123 16 6
                                    

Pagi ini, Brian menarik napasnya panjang, ini adalah hari terakhirnya disini. dimana ia akan meninggalkan negaranya, dan akan pergi menuju negara Prancis, mengikuti perintah ayahnya.

Tidak ada kata pamit yang indah dengan gadis yang ia cintai. Bahkan sebelumnya, Brian sengaja membuat Keynara membencinya, meninggalkan gadis yang ia cintai, dengan menyakiti hatinya. Namun, Brian melakukan itu semua, semata-mata agar Keynara bisa kuat walau tanpa dirinya.

Sekelebat bayangan Keynara muncul memenuhi pikirannya. Gadis dengan senyum yang mampu membuat Brian jatuh cinta dalam pandangan pertama itu, benar-benar membuat hatinya semakin berat meninggalkannya.  Brian melirik kearah setiap sudut rumahnya. Apa ia sanggup, harus meninggalkan rumah satu-satunya kenangan keluarganya. Andai saja, ayahnya tidak mengancam akan menjual rumah tersebut, dan akan memindahkan seluruh kekayaannya kepada ibu tirinya itu, tentu ia tidak akan ingin pergi. Entah apa yang ibu tirinya rencanakan, hingga membuat ayah Brian memindahkan Brian ke luar negeri.

Hadi Brawijaya. Sosok ayah yang Brian kenal dulu sebagai ayah yang menyayangi Brian dengan sepenuh nyawanya itu hilang dalam sekejap, semenjak mengenal Widia, yang kini menjadi ibu tirinya. Keluarga kecil yang dulu bahagia, rusak hanya karena seorang penggoda.

Sakit hati yang ibunya rasakan tidak pernah ibunya sendiri ceritakan. Bahkan ketika ayahnya membawa Widia kerumah secara terang-terangan saat ia kecil, ibunya selalu dibutakan akan cinta kepada ayahnya. Sedangkan Widia? Wanita tidak tahu malu itu, mungkin hanya mengincar harta kekayaan ayahnya Brian.

Hadi berdiri didepan pintu, menatap Brian. "Sebenarnya, ada cara lain, selain kamu pergi ke luar negeri."

Brian langsung menatap ke arah ayahnya dengan tajam. "Maksud papa apa? Setelah ini tolong papa tepatin janji papa!"

"Keynara," ucap Hadi membuat Brian diam seketika.

"Tolong jangan libatin dia!" teriak Brian.

"Tidak. Papa hanya menawarkan suatu tawaran lagi kepada kamu." Hadi berjalan mendekat.

"Apa mau papa!"

"Cukup dengan kamu dekat saja dengan Friska."

"Mengingat, papa akan mulai membuat bisnis yayasan sekolah baru. jadi ayah Friska akan memberikan suntikan dana untuk hal tersebut. Tapi dengan syarat kamu harus menjauhi gadis itu tentunya, dan dengan kamu semakin dekat dengan Friska, bisnis papa akan dipastikan menguntungkan." Hadi menjelaskan maksud dan tujuannya.

"Keputusannya ada di tangan kamu Brian. pikirkan kembali sebelum kamu salah mengambil pilihan."

Brian mengambil ponselnya, menatap foto Keynara gadis yang ia cintai itu. Bertanya dalam hatinya sendiri pilihan yang terbaik untuknya saat ini. Senyum manis itu rasanya tidak sanggup meninggalkan gadis itu. Setelah dipikir-pikir, mungkin lebih baik ia menuruti perintah ayahnya untuk menjauhi Keynara. Paling tidak, ia masih bisa melihatnya secara diam-diam.

Ricuh suara notifikasi pesan grup berhasil memfokuskan perhatian Brian.

Ting!

Farlan : gila sih gue kaget, ada orang yang bunuh diri!

Adit : Lawak lo badut. Ngasih info yang bener dong sat!

Farlan : Gue serius njir. Gue denger dari bokap gua. Katanya sih anak SMA kita.

Friska : Cewek or cowok?

Lady : Ini yang ngasih info sesat! Yang jelas dong asu

Adit : Lu niat ngasih info kagak sih ngab?"

Farlan : korbannya cewek di gedung lantai 14 Deket taman Lilac.

Adit : korbannya masih idup gak? Lo tau Ciri-ciri korban kek gimana?"

Rizky : gue nyimak tapi yang ngasih info lemot kek  keong!"

Cindy : Gabut kali tuh orang ya :v alay bet bunuh diri segala.

Rizky : kualat lo sin. Ngatain orang kek gitu.

Rizky : Woy Somad! Jawab Napa!"

Farlan : rambutnya panjang, pake kacamata, kalo gak salah polisi Nemu named tag di bajunya. Ada nama Key. Key apa ya! Gatau gua juga!

Friska : Keynara?

Cindy : cewek cacat itu bukan sih?

Joko : "lu ya cin! Orang punya nama, pake di ganti seenaknya!

Friska : "masih idup?"

Farlan : kagak tau gua, yang jelas Polisi juga masih menyelidiki kasusnya."

Brian meremas ponselnya dengan kuat. Mengambil kunci motornya, dan meninggalkan kopernya begitu saja.

Ayahnya Brian marah. "Brian! Pergi kemana kamu! Papa tidak main-main dengan ancaman papa brian!"

Persetan dengan apa yang ayahnya katakan, ia tidak peduli saat ini.

Brian terus melajukan  motornya dengan kecepatan tinggi, bahkan menerobos lampu merah dihadapannya.

"Maafin gue key. Gue janji setelah ini gak akan pernah ninggalin lo sendiri."

"Maafin gue Key maaf."

"Gue gak bisa maafin diri gue sendiri, kalau sesuatu hal buruk terjadi sama lo."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Keynara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang