24. sahabat macam apa?

178 48 6
                                    

"gue bakalan selalu ada disisi Lo key,"

Kali ini Keynara sedang menumpahkan kepedihan dalam tangisan. Kepalanya tenggelam, pada dada bidang milik seseorang, itu Brian.

Brian mengelus rambut Keynara Pelan, seakan menenangkan keadaan Keynara.

Tangan Brian menghapus lembut bulir air mata di pipi Keynara.

"Kenapa mereka jahat sama aku?"

"Kenapa mereka benci aku?"

"Aku salah apa?"

kata-kata itu keluar dari mulut Keynara. Meskipun ia berbicara dengan tidak jelas, kali ini Keynara benar-benar merasa lelah, berpura-pura menjadi orang yang terlihat bahagia.

Brian hanya diam, ia ikut merasakan jika ia diposisi Keynara.

"Bunda lo pasti sedih, liat lo kayak gini," ujar Brian singkat.

Keynara yang mendengar lontaran kata dari Brian yang menyebutkan bundanya, kemudian berhenti menangis.

"Gue tau lo cewek kuat," lirih Brian seraya menghapus air matanya dengan menatap Keynara.

Benar. Ia tidak boleh menangis. Keynara menghapus air matanya kemudian tersenyum kepada Brian.

"Nah gitu dong, jangan lemah oke?"

Keynara kembali tersenyum, atas perlakuan Brian.

Keynara terdiam, lalu memandangi pakaiannya. Keynara terperangah, Keynara baru menyadari, bahwa sedari tadi sejak Brian mengantarkan Keynara pulang, ia belum mengganti pakaiannya.

Setelah menyadarinya, Keynara langsung berlari ke kamar mandinya. Untuk membersihkan dirinya.

Setelah selesai membersihkan dirinya, Keynara turun dari atas dengan pakaian santainya.

"Nah, gitu kan cantik," ujar Brian dengan ekspresi wajah yang datar.

Keynara tersipu malu. Pipinya memerah ketika Brian mengatakan cantik.

Lucu.

Brian melirik kearah jam tangannya.
Brian teringat akan idenya untuk membawa Keynara ke suatu tempat.

Brian merogoh ponselnya, kemudian menghubungi seseorang.

"Sudah?"

"Halo tuan, semuanya sudah saya siapkan,"

"Oke,"

Tuttt..

Brian menutup panggilan teleponnya.

"Ikut gue," Brian menarik tangannya Keynara.

"Eh ...."

Keynara melepaskan tangannya Brian. Dengan melotot.

"Aku belum kunci pintu,"

Brian pikir Keynara marah kepadanya. Rupanya Keynara belum mengunci pintunya. Saking tidak sabarnya Brian.

Setelah mengunci pintunya, Keynara sudah menaiki motornya Brian.

"Helm nya jangan lupa pake," ujar Brian.

Keynara menganggukkan kepalanya paham.

Brian mulai melajukan motornya dengan kencang. Sebenarnya, Brian sengaja agar Keynara memeluknya dari belakang layaknya film-film remaja di bioskop.

Namun, yang diharapkan Brian gagal. Keynara bukan memeluknya dari belakang. Keynara memegang kearah pundak Brian layaknya seperti tukang ojeknya. Sial.

Tapi tidak apa-apa. Berdua sedekat ini membuat Brian cukup bahagia.

Sesekali Brian mencuri-curi pandang untuk melihat wajahnya Keynara dari spion motornya.

Perjalanannya pun tak terasa telah berlalu. Brian telah sampai di suatu tempat dimana ia jatuh merasa telah merasa dibuat jatuh cinta oleh gadis itu.

Brian memarkirkan motornya. Kemudiaan Keynara turun dari motornya Brian.

Taman.

"Mengapa Brian mengajaknya ke sini?" batin Keynara.

"Ayok!" ajak Brian.

Ketika telah sampai ditengah-tengah taman, Keynara disambut dengan sekumpulan anak-anak kecil yang menyambut Keynara.

Terdapat balon serta bunga yang menghiasi tamannya saat ini.

Seorang anak kecil perempuan sepertinya berusia 5 tahun berjalan kearah Keynara dengan membawa balon ditangannya.

"Kak, ini buat kakak," ucap anak kecil tersebut menyerahkan balon yang dibawanya kepada Keynara.

Keynara hanya tersenyum kemudian memeluk anak kecil tersebut.

Sekumpulan anak kecil tersebut kemudian mendekati Keynara.

"Kak, tutup mata kakak," ucap anak kecil perempuan yang memberikan balon kepada Keynara.

Keynara Hanya mengangguk. Kemudian Brian menutup mata Keynara dengan kain untuk menutup matanya Keynara.

"Buka! Buka! Buka!" ucap sekumpulan anak kecil dengan kompak.

Brian kemudian membuka kain penutup mata tersebut.

Betapa bahagianya Keynara, melihat beberapa anak kecil yang sedang memegang papan kecil yang bertuliskan dengan kata-kata

"SEMANGAT KAK KEY"

Keynara kembali menangis. Namun, tangisannya bukan tangisan kesedihan. Ia menangis bahagia, bahwa ternyata masih ada orang yang peduli terhadapnya.

Brian datang mendekat kearah Keynara dengan membawa balon.

Keynara terdiam menatap Brian. Apa yang akan Brian lakukan dengan balon itu?

"Lo pegang balon ini," ujar Brian menyerahkan balon kepada Keynara.

Keynara menerima balon pemberian Brian.

"Lo hapus air mata lo. lepas balon ini, anggap aja lo lagi ngebuang masalah lo," kata Brian seraya tersenyum.

Keynara hanya mengangguk paham.

Tangan Keynara akhirnya melepaskan balon ditangannya. Kemudian menatap balon yang terbang dilepaskannya.

Keynara menoleh kepada Brian kemudian tersenyum.

"Makasih," ucap Keynara dengan gerakan tangan.

Keynara mendekat kearah Brian. Tidak diduga-duga, Keynara menggenggam tangan Brian dengan erat, kemudian posisi mereka saling berhadapan.

"Brian kamu mau kan jadi sahabat aku?" ujar Keynara dengan gerakan tangan.

"Bahkan gue mau jadi pacar lo key,"

"Iya, gue mau"

Niat hati ingin mengungkapkan perasaannya, malah di dahului oleh kata menjadi sahabat.

Keynara tersenyum kemudian memeluk Brian refleks.

Setelah beberapa saat, Keynara baru menyadari, ia telah memeluk Brian karena senang.

Keynara segera melepaskan pelukannya.
Padahal, Brian ingin lebih lama berdekatan seperti tadi. Ah ya sudahlah, Tidak apa-apa. mungkin, ini awal proses pendekatan. Setidaknya, Brian senang melihat Keynara yang tersenyum tanpa beban sekarang.

Keynara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang