39. kebiadaban.

128 25 3
                                    

"Lo, cari ini?"

Keynara terkejut, melihat Friska dan teman-temannya sudah berada dihadapannya. Yang membuatnya lebih terkejut, Friska yang tengah memegang kalung liontin yang ayahnya berikan kepada Keynara.

Bagaimana dia bisa mendapatkan kalung itu? Keynara tidak menyadari kalau kalung tersebut sudah berada ditangan Friska.

Keynara berjalan mendekat, hendak mengambil kalung tersebut.

"Punya nyali juga lo," sungut Friska dengan menyunggingkan senyumnya.

Bruk

Tubuh Keynara didorong hingga terjatuh kelantai.

"Akh!" pekik gadis itu, kepalanya sakit mengenai pintu WC.

"Lo emang gak pernah kapok yah!"

"Gue udah peringatin sama lo, jauhin Brian!"

"So cantik banget sih hidup lo!

Keynara menghela napas Pelan, didalam WC sudah tidak ada siapapun, hanya Friska, dan teman-temannya, karena bel kelas yang sudah berbunyi sejak belasan menit yang lalu.

Yang tadinya ia hanya ingin membantu Annisa mencari cincinnya, malah kalungnya sendiri yang sudah berada ditangan Friska. Sementara Annisa? Keynara tidak tahu dimana dia sekarang.

Keynara berusaha bangkit untuk mengambil kalungnya, namun tangan Cindy dan Siska sudah lebih dulu menahannya.

"Lo masih tetep, mau ini?" Friska berjalan mendekati Keynara dengan senyum miring.

"Aku mohon! Balikin kalung aku," ucap Keynara dengan terus berusaha merebut kembali kalungnya.

"Lo ngomong apaan? Ini kan, yang lo mau?"

Keynara mengangguk, dengan bulir air matanya.

Plung

Friska melemparkan kalung Keynara, tepat masuk ke dalam kloset WC.

Tawa senang terdengar memenuhi WC tersebut. Keynara dapat melihat tawa Friska dan yang lainnya tergelak hebat.

Setelah puas, cindi dan Siska melepaskan genggaman tangannya yang ia gunakan untuk menahan Keynara, kemudian langkah mereka pergi meninggalkan Keynara.

Perlahan, bulir air mata itu semakin mengalir di sudut-sudut matanya.

"Bunda." Keynara berlari, hendak mengambil kalung liontin tersebut, yang semoga saja masih ada.

Tidak ada kata jijik bagi dirinya. Keynara memasukkan tangannya, untuk mengambil kalung tersebut.

Keynara menatap keadaan kalungnya yang sudah terputus, serta liontinnya yang sedikit retak.

Kali ini, Keynara tidak bisa tinggal diam. Keynara berjalan dengan langkah lebar, dan dengan emosi dalam dirinya yang menyulut.

Dengan langkah cepat, tangan Keynara berhasil menggapai tangan Friska, dan menariknya.

Plak!

Wajah Friska tertoreh kesamping, terlihat sangat jelas, tamparan yang Keynara membuat pipi Friska sedikit memerah.

Cindy dan Siska memekik kaget, dengan apa yang Keynara lakukan barusan.

"Sialan!"

Bugh!

Satu bogem mentah di layangkan oleh Friska yang mendarat tepat di pipi Keynara, Membuatnya kembali jatuh tersungkur.

Tubuh Keynara meremang, ia menoleh dan kembali menatap Friska dengan tatapan tajamnya.

Tanpa ba-bi-bu, tubuh Keynara diseret begitu saja masuk kedalam WC. Friska mendorongnya hingga membuat Keynara jatuh tersungkur ke sisi bak.

"Siska! Cindy!" Dengan peka, mereka menghampiri Friska masuk kedalam WC tersebut.

"Berani lo sama gue hah!" Friska menendang perut Keynara, diikuti oleh Cindy yang menginjak-injak kaki Keynara.

"Arggh!! Sakit!!" Keynara berteriak dengan tangisnya, namun sayang tidak ada siapapun disini.

Friska menatap Keynara dengan penuh emosi.

Drtttt....

Suara dering ponsel dari Keynara terdengar, membuat Friska dan yang lainnya sejenak menghentikan aksi biadabnya.
Rupanya itu bunyi dering ponsel Keynara.

Keynara mengangkat panggilan telpon tersebut. "Halo, key. Ayah kamu sekarang kembali kritis, dan kamu.. ."

Trakk!

Ponsel Keynara di tepis Friska hingga terjatuh kebawah lantai.

Dengan secepat kilat, Cindy dan Siska kembali memegangi tangan Keynara dengan kuat.

Sekuat apapun Keynara berusaha meronta, mencoba membebaskan diri, namun 1 banding 3 tidaklah mudah. Ditambah kondisi Keynara yang saat ini lemas, akibat tamparan, dan Bogeman Friska yang sampai saat ini, darah segar nan amis itu masih mengalir di sudut bibirnya.

Trekk trekk..

Friska mengeluarkan gunting rambut dari tasnya.

Tentu kalian sudah tahu, apa yang akan Friska lakukan.

Menggunting rambut indah gadis yang sudah ia anggap sebagai seorang perebut laki-laki yang Friska cinta.

"Lepasin ... Ampun!" Keynara memberontak, numun Cindy dan Siska terus menahannya dengan kuat.

Friska terus menerus menggunting rambut indah gadis itu. Sementara Keynara, tubuhnya benar-benar sangat tidak berdaya lagi. Pandangannya mulai kabur, tetapi ia bisa melihat tawa mereka setiap Keynara kesakitan.

"Tolong ... Argh... Jangan!" Keynara berteriak meminta pertolongan, berharap keajaiban tuhan itu masih ada.

Plak!

Plak!

Plak!

Tamparan yang bertubi-tubi itu kembali dilayangkan Friska di pipi Keynara.

Sedangkan Keynara  hanya bisa menangis menahan kesakitan

"Lo tau kesalahan lo apa hah!" teriak Friska.

"Lo udah ngerebut Brian dari gue! Dan yang harus lo tau, Brian milik gue, satupun gak ada yang bisa ngerebut dia dari gue!

"Ngerti lo!"

_____________________________

Selamat pagiii❤️

Apa kabar guys?
Maaf baru bisa up 🙏
Jangan lupa vote dan komennya!
Biar aku semangat buat lanjutin ceritanya :'

Next gak?

Love you all ❤️

Keynara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang