업 (5)

136 23 4
                                    

"Aku percaya adanya mereka yang tak nampak. Manusia yang bisa melihat mereka di sebut istimewa. Kebanyakan ingin menantang menjadi indigo, tapi aku memilih mundur karena sebuah alasan. Aku takut membahayakan mereka yang dekat denganku."

(Author *** POV)

Ruangan disini kosong. Yoongi terlambat dan hingga tubuhnya mematung di dalam kamar seorang pasien yang baru saja di bawa pulang. Padahal suster tidak mengatakan apapun selain, pasien di rawat di ruangan 013.

"Mana mungkin aku ditipu." Dengusan kesal anak muda itu masih terpantau dengan jelas, berlanjut dengan selimut dia buang dongkol. Jatuh ke lantai dengan ekspresi wajah tak suka dengan semua ini. Bagaimana dia akan membantu adiknya kalau korbannya saja sudah pergi dari ruang perawatan. Makin lama rumah sakit ini semakin tidak jelas saja soal unit layanan disini. Tempat inilah dimana dia juga hampir merenggang nyawa melawan wanita gila yang menjadi ibu kandung Jungkook.

"Susah payah aku masuk ke dalam sini. Kenapa aku tidak menemukannya? Apakah dia sungguhan ada?"

Pandangan mata mengedar mencari tahu dimana seseorang itu berada. Berlari keluar melewati lorong mengikuti jalur lurus tempat orang-orang bergerak untuk mencari jalan keluar. Bobrok sudah badannya ketika dia jatuh tidak sengaja menubruk seorang pemuda lainnya dengan membawa berkas di tangannya.

Tak ayal kalau keduanya mengalami rasa sakit beberapa bagian tubuhnya. Yoongi memegang pantatnya dan pemuda tanpa dia kenali itu menyentuh puncak kepalanya.

"Dimana matamu?! Apakah kau bisa melihat dengan jelas, kau buta ya!" marahnya orang itu membuat Yoongi sadar kalau dia yang salah. Tapi separuh juga dia tidak mengakui kesalahannya karena setiap orang juga punya masalah. "Aku tidak buta dan maafkan aku karena tidak sengaja." Yoongi mencoba membantu berhubung dia sudah berdiri lebih dulu. Meski dia tidak suka dengan sikap kasar seseorang dalam menanggapi masalah dia menyadari bahwa dunia ini tidak akan mengasyikan kalau tidak ada orang seperti macam dia.

Bukannya menerima sebuah kebaikan justru pria itu malah menampik tangan Yoongi begitu keras karena enggan. "Mana mungkin aku menerima bantuan dari orang sepertimu." Matanya memicing tak suka dengan deru nafas tak terima dengan semua ini. Ada kalanya Yoongi harus bersikap apatis kalau mendapatkan orang semacam dia. Biasanya manusiawi di dalam orang seperti ini sudah mati dan bosan dengan gaya hidup sosial.

"Begitu ya. Aku juga tidak suka menolong orang seperti mu. Lagi pula sepenuhnya bukan salahku dan maafkan aku kalau ini fakta."

Jengkel!

Hanya itu yang bisa dikatakan keduanya dalam hati. Tak ingin membuat masalah begitu panjang dengan adanya pertarungan diantara keduanya.

Yoongi ditinggalkan begitu saja dengan bahu di tubruk secara sengaja. Keduanya sempat beradu tatap elang tapi bagi Yoongi hal itu hanya biasa dalam kemarahan seorang pria.

"Yang benar saja sifatnya seperti anak-anak tapi kelihatan usianya lebih tua dari aku. Dasar sialan!"

Yoongi menebak kalau manusia itu telah menyindir dirinya. Sebagai manusia biasa dia juga wajib melakukan hal sama agar puas.

Berjalan melewati lorong sampai tidak sengaja dia merasa tubuhnya menjadi dingin dan menggigil tanpa dia menghindari diantara ketidaktahuannya. Yoongi melewati beberapa makhluk penunggu rumah sakit dengan tubuh sedingin es karena balas dendam yang kejam. Dadanya menjadi sakit dan nyeri, hal itu membuat pemuda bermata sipit itu terbatuk dengan tubuh jatuh ke depan dengan kedua tangan menyangga.

36 Days (SEASON II) (YoonMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang