가벼운 돌이 항상 작동하는 것은 아닙니다. (24)

89 15 10
                                    

"Untuk apa kepedulian, kasih sayang juga perhatian lahir serta hadir?"

.

Dalam hal ini kenapa juga Yoongi seolah di tekankan, disalahkan dan harus mendapatkan apa yang sebenarnya dia saja tidak punya lagi. Untuk sebab itu dia berdiri di balik tembok, bersembunyi agar Yoongi tidak marah dan pria itu tidak tahu ada orang lain yang hendak mendengarkan semua kesalahan dan lontaran kekesalannya di depan Yoongi. Yoongi yang diam dan mencoba untuk tetap berdiri dalam keadaan masih kurang sehat.

"Anak muda, aku tahu kalau kau dekat dan mengenal anakku. Apakah itu cukup pantas bagimu? Memaksa putraku untuk bisa mendapatkan apa yang kau mau?" Daeng Hwa turun tangan sekarang, dia tidak suka putranya diam seolah harga dirinya sedang dibuat mainan. Diinjak oleh seorang manusia yang sebenarnya mengemis bantuan menggunakan cara kasar.

"Ya, kalau kau punya logika kau tidak akan mungkin- mengatakan ini pada anakku," ucap pelan tapi tajam pada kedua tatapan matanya.

"Sejak aku kesini aku meminta dengan baik, aku meminta batu yang sama, yang aku pakai ini untuk Jungkook. Jika aku mempunya dua atau lebih aku juga akan membantu karyawan di rumah jika sewaktu-waktu mereka diganggu," ujaran penuh harap cemas. Dia juga memikirkan nasib para pegawai di dalam rumahnya, manakala makhluk yang katanya sudah tidak bisa menahan emosi mereka bisa mengganggu siapa saja.

Sekarang konflik semakin menjadi karena sebuah batu sinabar yang Yoongi saja sudah tidak punya.

"Tapi memang benar, aku tidak punya. Kalau aku punya sejak awal aku sudah menggunakannya pada Jungkook tanpa mau membiarkan dia masuk ke rumah sakit." Suara letih ditambah dua kantung mata di bawa miliknya. Yoongi bagai manusia yang sayu juga penuh kelelahan. Entah kenapa mata Seokjin melihat itu seolah kebohongan besar, Yoongi tidak sangka jika manusia di depannya memang picik. Di dalam kasta tertinggi seseorang memang diajari untuk sombong, tapi ini tidak?! Justru lebih kesan kepada apa yang dia butuhkan harus segera ada walau itu tak peduli bagaimana susahnya di dapatkan.

"Batu sinabar yang kau dapatkan dari Hae Kyung memang benar dariku. Tapi jika kau minta aku mendapatkannya lagi, tidak akan bisa kau dapatkan. Batu itu sudah menghilang lama menjadi banyak pecahan."

Yoongi menjelaskan, dia hanya punya beberapa itu pun sebuah peninggalan yang seharusnya dia jaga sampai mati. Hanya karena demi Jungkook saja dia melanggar wasiat itu dan akhirnya dia sudah tahu bahwa tak ada jimat kakeknya dia cukup kesusahan menangani beberapa hal. Bisa dibilang ini menjadi sistematika yang sulit, Jimin tampak kasihan melihatnya. Sangat tidak tega sampai kedua matanya hampir menangis. Dia pria cengeng sekali teman yang loyal, Jimin hendak mengambil pisau kecilnya tapi tak sengaja malah menjatuhkan benda itu dari atas meja.

Suara dari dalam membuat keadaan tegang pecah. Seokjin tak sengaja melihat kesana ketika ada pisau kecil di atas lantai itu, "siapa? Apakah di dalam rumah itu ada seseorang yang lain?" Ingin tahu, tatapan mata curiga. Bahwa seseorang tengah menguping pembicaraan. Jimin menoleh ke arah Yoongi dengan wajah memelas dan juga bersalah. Gugup disana hendak memungut, Daeng Hwa hanya bisa menggelengkan kepala dan meminta Jimin abai lalu masuk ke dalam sana. Memang tidak baik, karena Seokjin adalah tamu dan terasa sangat tidak nyaman orang asing mengetahui hal sebesar itu.

"Tidak apa-apa, disana hanya ada temanku. Oh ya Jin Hyung, aku akan mengambil beberapa jimat penting yang mungkin bisa membantumu."

Yoongi harus mengalah kali ini. Dia punya beberapa di dalam sana, cukup untuk memberi benteng lapis pertama untuk Jungkook. Jimat yang sebenarnya dia sudah dapatkan dari ayahnya tadi, walau Daeng Hwa tampak tidak suka karena dia membawa benda itu untuk melindungi Yoongi anaknya yang masih beradaptasi dengan kemampuan barunya.

36 Days (SEASON II) (YoonMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang