운명을 거부하지마 (25)

95 17 13
                                    

Aku hanya mendengar paper cuts dari saluran radio kala itu. Lalu kenapa ini terasa menyakitkan, apakah ini yang dimaksud lagu tersebut? Ketika aku benci dan marah melihat arwah. Kenapa sekarang aku menangis melihat hal ini?

.

Yoongi tak bohong soal hati. Kebenaran di depan mata secara nyata tanpa dia bisa mengabaikan dengan kedua matanya. Baru saja di menebas biksu terakhir yang suka rela berdiri di depannya tanpa melawan. Wajah keriput yang selalu tersenyum kini memucat di depannya. Tak ada kata manis yang disapa setiap datang, tak ada suara kelenteng dia dengar dari beliau lagi.

Bunga di tempat ini layu seiring waktu berjalan tanpa si pemilik merawat mereka. Bau mayat membusuk di dalam ruangan. Nanah berserakan diatas tanah dan lantai, keadaan mengenaskan yang tak bisa dia katakan. Min Yoongi, pertama kali dalam hidupnya merasa ego itu mati dan terganti dengan dia yang mengiba.

"Terima kasih Yoon, kau sama seperti kakekmu. Kau hebat, kau sudah menyempurnakan kekuatanmu. Kau sudah kembali kuat seperti harapan kakekmu, kini kau adalah penjaga pohon yang di impikan kakekmu."

Tes....

Rasanya sedih saat orang tua ini bicara. Yoongi memegang pedang di tangannya, senjata yang disimpan kakeknya dalam kuil ini. Apakah ini takdir?

Lelucon sekali.

Takdir datang secara kebetulan. Pedang ini seolah menunggu kedatangannya untuk membunuh seluruh klan biksu tempat ini. Kotor penuh darah dan kematian mengenaskan mereka membuat kemarahan bagi Yoongi sendiri. Ingin rasanya Yoongi menemui orang itu lalu menanyakan kabar setelah dia melakukan hal kejam ini.

"Harusnya kau mengabari ku pak Tua. Kau membuatku merasa dosa telah membunuh kalian," nada sedikit mendingin. Yoongi menampilkan ekspresi tak manusiawi dengan apik walau sebelah matanya mengeluarkan air matanya.

Jimin disana melihat, bahwa Yoongi sebenarnya merasa sakit juga melakukan itu. Tapi apa yang bisa dia lakukan? Kenyataannya dia juga ikut andil membantu dalam pembantaian para arwah yang mulai menyerang mereka.

"Jangan bicara begitu nak, kau sudah membebaskan kami. Kami merasa hutang budi padamu."

"Jangan bicara begitu, kau sama sekali tidak berubah setelah mati, apakah kau tahu? Ini berat, untuk mengangkat pedang dan menebas kepala para biksu lainnya!"

Yoongi tidak bisa sembunyikan separuh suaranya yang meninggi. Harus berapa kali dia membunuh seseorang yang dia kenal walau mereka juga telah mati. Ini sangat mengerikan bagi hidup juga pengalamannya.

Tuhan jahat padanya, sehingga dia mengeluarkan aura hitam dari tubuhnya. Meski begitu, suara pria tua yang kini tinggal separuh badan mulai memberikan jawabannya.

"Menjadi jahat adalah pilihan. Menjadi naik adalah takdir kita, kakekmu bangga. Percayalah, kami semua bangga."

Ingin menggapai wajah pemuda yang pernah dia gendong kala sahabatnya pernah membawanya kesini saat masih dua bulan. "Dulu aku mendoakan dirimu disini ketika kau masih bayi Yoon, sekarang kau tumbuh dewasa sebagai pria dewasa nan tampan."

"....."

Yoongi mengatakan sial di hati kecilnya. Sangat tidak menyenangkan ketika dia mendengar ini. Haruskah dia rela?

36 Days (SEASON II) (YoonMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang