"Kelahiran mu bukan kesalahan... Justru kelahiran adalah usaha Tuhan untuk membuat kehidupan terus berlanjut. Ketika setan mulai membisikkan kata jahat, saat itulah hati dari seorang bayi suci lahir menjadi kotor juga berdosa..."
.
Jimin....
Dia duduk disini, sendiri dan menikmati suara burung kutilang yang sengaja bernyanyi untuk semua penghuni hutan disana. Alangkah indahnya kalau dunia semuanya menjadi tenang begini. Bagaikan mimpi masa kecil yang akan menjadi primadonanya.
Jimin mengambil salah satu gantungan dari sakunya. Berbentuk bulan sabit dan ada noda merah disana, terbuat dari batu giok hijau persis dari jaman kerajaan masa lampau. Jimin mengangkat kalung itu penuh kelembutan juga senyuman. Akankah dia bisa mengulang masa itu? Saat dia tidak punya batasan, membantu orang lain termasuk Yoongi sendiri?
Seorang pria datang membawa nampan makanan diatas piringnya. Dia paman si pemuda itu. Jang Shin, salah satu paranormal di tempat ini dan tidak terlalu terkenal seperti kakeknya Yoongi. Namun, kekejaman atas dia membunuh makhluk itu yang membuat namanya semakin naik.
"Kau tahu Jim? Kau punya batas untuk membantunya dan harus kau lakukan demi kebaikanmu sendiri. Kau tidak mendengarkan kataku dan justru menginginkan hawa nafsumu sendiri. Kau lupa? Siapa kau dan kenapa kau bisa ada disini? Paman tidak ingin menjadi pencerita hari ini."
Dia memberikan makanan itu pada Jimin. Nampan yang berisikan makanan favoritnya setelah satu hari penuh Jimin berpuasa hanya karena Yoongi. Tak ada minat, kepala menggeleng masih belum ada rasa lapar dan menerima piring itu sebagai tanda apresiasi.
"Aku tahu apa yang aku lakukan paman...."
Terlalu enteng dia menjawab dan pamannya sangat tidak suka jika seorang anak muda kurang pengalaman jatuhnya menggampangkan juga mengejek orang tua dengan ungkapan kalau orang tua itu tidak tahu sepenuhnya soal keselamatan.
"Kau bilang begitu tapi paman menjadi marah. Apakah aku harus mengatakan pada Yoongi siapa kau sebenarnya?"
Jimin tercekat dan menoleh langsung tidak suka. Matanya ada raut dendam yang tak bisa dia keluarkan. Inikah yang diinginkan pamannya? Menghancurkan persahabatan baru saja dengan Yoongi? Selama ini Jimin hidup dalam perkampungan terbatas tanpa dia tahu kalau di kota dia ada teman baru. Jimin tidak minta banyak lagi pada Tuhan soal hidupnya. Dia hanya kesepian dan hidup di dalam halusinasi yang dia ciptakan demi...
Entahlah, semua memang sulit dijelaskan dan bukan waktu baik bagi dirinya mengatakan semua.
"Paman melakukan ini agar kau paham. Sekali lagi sampai seterusnya. Apapun yang kau lakukan, tidak akan bisa kau lakukan. Yoongi juga punya kehidupan sendiri kau tidak harusnya ikut campur urusannya. Apalagi... Berhubungan dengan masalahnya mengenai setan berbahaya. Kau tahu akibatnya bukan?" Pertanyaan yang menjelaskan rasa khawatirnya sebagai seorang keluarga dekat.
"Tapi paman sudah terlalu mengekang ku, aku merasa tidak bisa bertahan jika seperti ini terus..." Jawab Jimin tidak suka.
"Jika Yoongi tahu kau siapa, maka aku jamin kau akan semakin sulit untuk bisa hidup. Kau harus ingat pantangan apa yang kau punya dan batas bagaimana?" Ucapan demi ucapan semakin serius saja.
Suara semilir angin menerpa lingkungan. Menghadirkan kecanggungan diantara keduanya yang sebenarnya tidak mereda.
Ketika mendengar hal itu saja membuat Jimin kehilangan harapannya. Kalau memang dia tidak bisa membantu orang lain, lalu dia harus apa? Bernafas di dunia dalam keadaan ini saja rasanya sangat sulit. Jimin pergi menahan air matanya, tanpa suara atau ucapan balasan sama sekali. Pergi meninggalkan pria itu dalam kemelut panjang. Tak ada yang bisa dia lakukan selain masuk ke kamar dan merenung semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
36 Days (SEASON II) (YoonMin)
FanfictionSatu tahun setelah Jungkook mendapatkan haknya. Setelah tiga puluh enam hari yang panjang dan penuh rintangan. Lantaran tekad kuat, Tuhan memutuskan untuk menghilangkan kemampuan indigo nya, Min Yoongi. Yoongi mengira hidupnya sudah berubah baik-ba...