인생에서 가장 약한 부분 (16)

76 13 4
                                    

"Dunia ini kejam, tapi aku tetap peduli padamu. Peluru yang lolos membunuh bukan berarti seseorang menjadi pahlawan, lalu... Apakah aku jahat di matamu sekarang?"

.

(Author ***** POV)

Yoongi tak pernah minder atau pengecut selemah ini. Seokjin telah sukses mematahkan ambisinya untuk bisa menjadi orang pertama yang dilihat Jungkook setelah hari panjang dirinya sebagai sosok manusia kerasukan. Di matanya kalau adiknya kini tak memperhatikan dirinya seperti waktu itu, masa lalu yang menurut Yoongi sendiri indah walau dia hanya berteman dengan arwah penasaran.

Cemburunya pada Seokjin tidak kentara. Beberapa orang yang mengenal Yoongi tentu saja paham akan perasaan pemuda itu. Mereka diam bukan berarti tidak peduli, baik Jimin atau Daeng Hwa sendiri enggan membuat luka lebih besar lagi bagi seorang Yoongi. Sudah ada banyak cara juga tenaga dia kerahkan disaat ambisinya sukses membelenggu Yoongi sampai dirinya sukses untuk menaklukkan separuh hitam.

Tak sama, tak ada goresan penghargaan untuknya.

Yoongi jatuh lemas dalam lamunan tidak faedah miliknya. Hilang sikap dan sifat keras yang dia miliki ketika hatinya terluka tanpa alasan. Ini aneh, rasanya seperti bukan dirinya biasanya.

"Jungkook kau aman sekarang, ada Hyung. Ayo kita harus keluar dari kamar ini, sebelum makhluk itu mencoba untuk masuk ke tubuhmu lagi," ucap Seokjin sembari mencoba menggendong tubuh bongsor milik adiknya.

Tubuh Jungkook sangat lemas, dia tidak mampu berjalan. Darah terus keluar pelan dari beberapa luka gigitan yang dia sendiri masih belum peka. Mungkin semua tubuhnya seakan mati rasa dan tidak ada alasan baginya untuk bisa menolak atau malu karena kakaknya menggendong dirinya ala bridal style.

"Seokjin, sebaiknya bawa ke rumah sakit. Luka itu harus disembuhkan!"

Sedikit berteriak, karena Daeng Hwa tidak mau seseorang yang sudah kerasukan mulai berulah. Yoongi masih disana dengan pandangan mata sangat kosong tanpa tahu kalau dia saja akan mengganggu dua orang yang mempertaruhkan hidup untuknya. Saking sebalnya, Daeng Hwa sedikit memberikan sentakan pada putranya supaya waras kembali.

"Yoongi! Tak ada gunanya kalau kau duduk disana dan memikirkan hal yang tak akan bisa membantumu sama sekali! Tetap waras, kalau kau masih sayang pada ayahmu ini. Kau cari tempat aman, aku dan Jimin akan atasi masalah ini!"

Siapa yang tak kesal?

Orang tua tidak ingin hal paling buruk terjadi pada anaknya. Anak adalah berkah bagi mereka, tak akan bisa dia biarkan makhluk yang lolos bisa memuaskan balasan mereka. Jimin juga begitu dengan dia menahan nafas juga menggeleng kepalanya pelan. Bisikan demi bisikan di kedua telinganya saja terus ada dan mulai untuk mempengaruhi mentalnya selalu. Mental Jimin yang bisa rapuh dan patah kapanpun takdir mengatakannya.

Kalau dia kehabisan waktu juga kesempatan untuk bisa menghalangi setiap langkah makhluk astral di depannya maka dia sudah menjadi pecundang sejati untuk bisa dikatakan sahabat payah.

"Jimin, kau bisa melepaskannya. Aku tak masalah... Yoongi akan tahu kalau kau tetap memaksa bagaimana dirimu selanjutnya," ucap Daeng Hwa. Membentur telapak tangan dengan jimat di bagian perut sosok mengerikan di depannya.

"Bagaimana bisa? Ini akan membuat anda kerepotan. Tidak! Aku tidak akan membuat anda dalam bahaya sendirian, selama aku masih memakai kalung ini. Aku jamin semua akan baik saja," kata itu sebagai penenang.

36 Days (SEASON II) (YoonMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang