7. Amarah

33 9 0
                                    

Dira melotot kepada siapa saja yang memandangnya dengan tatapan merendahkan. Pagi ini, jika kalian mengira bahwa berita sialan itu akan mereda, maka kalian salah besar! Beritanya semakin melenceng jauh dari kenyataan-well, mengingat waktu itu Dira berbisik, jadi tidak akan ada yang mendengarnya kecuali Raga-hal itu membuat Dira sangat geram.

Sabar, Dira. Orang sabar bakal disayang Sehun.

Seperti nasihat Fera, Dira memulai kebiasaan baru. Ia mengunjungi perpustakaan untuk mencari bahan bacaan penunjang pembelajaran. Ia mempelajari materi-materi dasar dan juga latihan soal ujian.

Namun, kehadirannya di tempat penuh buku itu malah membuatnya semakin terjerumus dalam kubangan lumpur. Astaga! Bagaimana bisa Dira lupa bahwa tempat ini adalah lokasi favorit Raga?! Kedatangannya semakin membuat gosip-bahwa ia menyatakan cinta pada Raga, tetapi ditolak begitu saja-seolah terbukti benar.

Apa kata mereka? Dira kemari untuk kembali mengejar Raga? Hell, yang benar saja!

Gadis itu menghembuskan napas kesal. Ia terus-terusan menenangkan diri untuk tidak membalas cemoohan para siswa di sana. Walau sulit, Dira harus melewati ujian ini. Toh, gosip itu pasti akan mereda sehari dua hari.

Dira mengambil buku-buku yang ia perlukan dan berniat meminjam. Dirinya akan membaca semua ini di kelas nanti. Terlalu banyak setan-setan penggoda di sini.

"Si Dira langsung pergi pas tau Raga nggak ada di sini. Keliatan banget modusnya," celetuk seorang siswi kepada temannya. Mereka berbicara ketika Dira lewat di samping mereka. Memastikan bahwa perempuan rambut sebahu itu mendengarnya.

"Bener banget. Katanya, udah ditolak sama Raga 'kan? Tapi masih ngejar, nggak punya harga diri banget tu cewek," balas siswi yang lain.

Dira berdiri mematung dengan tangan yang terkepal erat. Kesabarannya sudah menurun drastis sekarang. Di saat dirinya hendak bersuara, tiba-tiba penjaga perpustakaan menyela dan menegur para penggosip itu untuk tidak membuat keributan.

Sontak saja mereka terdiam sambil menahan malu karena menjadi pusat perhatian siswa yang ada di sana. Dira tersenyum puas dan beranjak pergi dari tempat itu.

Di sepanjang perjalanan menuju kelas, Dira berusaha mengabaikan orang sekitar-yang pasti menggunjingnya lagi dan lagi-dengan memeriksa buku-buku yang ia pinjam dari perpustakaan.

Seolah sedang mendapat ujian dari Tuhan. Dira dipertemukan dengan Angel dkk di area tangga, penghubung lantai satu dan dua. Angel tersenyum meremehkan ke arahnya. Sedangkan Dira hanya menatapanya datar.

Perempuan itu memejamkan mata sesaat. Kalau Angel sampai memancing emosinya sekarang. Maka, Dira tidak bisa berjanji untuk menahan diri.

Dira sudah akan menaiki tangga, tetapi Angel berkata, "well, lo tu bener-bener seneng cari muka ya? Biasanya pansos ke gue, sekarang Raga. Lo bakal mati kalo nggak dapet perhatian dari orang lain?"

Aca dan Sinta tertawa. Sedangkan Dira, menghembuskan napas lelah untuk kesekian kali hari ini. Ia memejamkan mata rapat. Ia harus pergi dari situasi ini. Namun, Angel tentu tidak akan membiarkannya lepas begitu saja.

"Jadi bener lo cuma caper?" Angel berdecih melecehkan.

Fitnah! Dira ingin berteriak demikian. Di saat seperti ini, Dira sangat membutuhkan Fera di sampingnya. Temannya itu akan menarik dirinya dari situasi menyebalkan ini.

Dira kembali melanjutkan langkah, tetapi Aca menahan lengannya. Menarik Dira untuk berhadapan dengan Angel. Dira yang terlalu terkejut, tidak memiliki kesempatan untuk melawan.

RagathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang