Raga menatap bangunan rumah bernuansa modern itu dengan sorot meneliti. Ia kemari menggunakan ojek online mengingat motornya masih ada pada Aldo. Pemuda itu masih memperhatikan rumah yang tampak sunyi sebelum menekan bel. Tidak sampai dua menit, seseorang—yang Raga perkirakan adalah asisten rumah tangga-berlari kecil ke arah pagar dan membukanya.
"Maaf, ada perlu apa, ya?" tanya wanita paruh baya itu sopan dengan senyuman.
"Saya guru les Dira. Kami ada jadwal belajar hari ini," jelas Raga.
Aneh, apa Dira tidak mengabarkan kepada orang rumah bahwa ia akan datang hari ini? Bukankah seharusnya gadis itu sudah bersiap-siap? Sudahlah, tidak baik berburuk sangka, pikir Raga.
Raga dibimbing untuk masuk ke dalam ruang tamu. Kecurigaannya semakin kuat ketika dirinya bahkan tidak menemukan Dira di lokasi yang sama. Ah, mungkin dia memerlukan waktu yang lebih banyak untuk bersiap diri.
Raga tersenyum tipis. Sekeras apapun ia berusaha menenangkan diri, tetapi tidak menghilangkan sepenuhnya rasa kesal dan gelisah yang mulai berkecamuk.
"Tunggu sebentar, ya? Saya akan panggilkan Nona Dira," pamit wanita itu. Raga mengangguk setuju dan melepas tas dari punggung dan duduk di sofa yang empuk nan nyaman. Beberapa hari sebelumnya, Raga sudah menyiapkan berbagai materi pembelajaran yang akan ia ajarkan pada Dira.
Walau sebelumnya Raga menolak dan menganggap permintaan Dira adalah hal terkonyol di dunia. Ia tak menampik bahwa ketika Raga menerimanya, ia akan berusaha membantu Dira semaksimal mungkin. Karena Raga adalah sosok yang amat bertanggung jawab.
Mungkin sudah ada lima menit pemuda itu menunggu dan kehadiran Dira seperti terasa mustahil. Ia berdiri dan melongokkan kepala di tempat terakhir wanita itu tampak mata. Raga menghela napas lelah, tetapi ketika dirinya hendak kembali duduk, wanita tadi kembali dengan wajah cemas. Matanya menatap Raga dengan khawatir dan tidak enak.
"Maaf Mas, Non Dira nggak bisa diganggu. Kurang sehat, jadi nggak bisa belajar sekarang," ungkap si asisten rumah tangga.
Raga mengerutkan kening tak senang. Apa-apaan gadis itu? Ia mengambil keputusan tanpa pemberitahuan. Ini yang paling tidak Raga sukai. Niat gadis itu tentu patut dipertanyakan. Dira seolah sedang mempermainkannya saja. Tak ingin berspekulasi dan membuatnya kesal sendiri, dengan sopan Raga bertanya,
"Boleh saya menemui Dira sebentar? Bagaimanapun kami sudah ada perjanjian, saya hanya ingin memastikan bahwa dia tidak berbohong."
Kalau sampai benar Dira mengada-ada, maka gadis itu harus bersiap menerima murkanya. Lihat saja, batin Raga berkata. Sekuat tenaga ia tidak menampilkan ekspresi kesalnya saat ini di hadapan orang yang tidak berasalah sama sekali.
Wanita itu tidak langsung mengiyakan permintaan Raga. Apalagi pemuda itu terhitung orang baru. Akan sangat berisiko membawa orang asing ke ranah pribadi majikannya. Mengerti akan hal itu, Raga kemudian melanjutkan, "Saya tidak akan macam-macam. Saya hanya ingin tahu alasan yang lebih detail."
Setelah memperhatikan Raga dari kepala hingga kaki-memastikan bahwa ia bisa dipercaya-wanita paruh baya itu mengangguk setuju. Kemudian meminta Raga untuk ikut bersamanya. Rumah Dira memiliki dua lantai dan kamar gadis itu berada di atas. Raga menaiki tangga dengan hati-hati, mengikuti irama wanita di hadapannya. Sepertinya ia belum sepenuhnya percaya pada Raga, terlihat dari gerakan tubuhnya yang tampak kurang nyaman.
Mereka berhenti di depan sebuah pintu yang tertutup. "Ini kamar Nona Dira. Kalau bisa sekalian bujuk untuk minum obat, Mas. Non Dira persis anak kecil kalo lagi nggak enak badan."
Pemuda itu tidak mengiyakan atau menolak. Asisten rumah tangga itu pamit undur diri, meinggalkan Raga yang tidak ragu untuk mengetuk pintu. Sudah lewat beberapa detik, tetapi Raga tak kunjung mendapat jawaban membuatnya nekat menekan tuas pintu dan ... terbuka!

KAMU SEDANG MEMBACA
Ragatha
Fiksi RemajaKeputusan ayahnya menikah lagi disaat sang ibu belum lama meninggal, membuat Raga kecewa sekaligus tidak menyangka. Hubungan ayah dan anak itu pun merenggang, hingga berpisah tempat tinggal. Di tengah kekacauan yang Raga rasakan, perempuan aneh bern...