Diantara Pilihan

2.4K 139 21
                                    

"Hey, kok diem? Sharelok aja ya. Biar Mas bisa langsung meluncur ke sana."

"Eh bentar Mas ... aku ..."

"Boleh saya yang tanganin?"

Abbiyya sudah berdiri berhadapan denganku dan memintaku secara lembut untuk menangani situasi ini. Dia tersenyum lebar dan nampak ingin menenangkanku yang sedang kalut. Aku kasian juga sama Mas Tram, tapi ayolah! Kenapa harus sekarang? Kalau pun sedang bukan dengan Abbiyya, aku pasti harus menyelesaikan semua ini terlebih dahulu sampai kelar. Ya, aku jelas harus profesional dalam 'pekerjaan' yang memang sedang aku lakoni dalam hidupku. Mulai muncul pemikiran dalam otakku untuk menangani ini sendiri saja. Untuk memberi pengertian pada Mas Tram bahwa kini aku sedang menjalankan tugasku pada klien. 

"Biar aku aja Mas .." Aku menggeleng pada Abbiyya sembari tersenyum.

"Kamu lagi sama siapa dek?"

"Mas ... aku lagi sama pelanggan pas Mas nelpon. Ini kita belum selesai. Aku mau selesain ini secara profesional dulu, bisa? Mas mungkin bisa nyari penginapan dulu sekitaran stasiun. Besok kita ketemu ya, Mas?"

"Oh iya, Mas denger ada suara orang lain di sana. Dia kayaknya tadi mau ngobrol sama Mas. Boleh Mas bicara juga sama dia?"

"Oh Mas mau ngobrol sama dia?"

"Iya. Kalau boleh ..."

Aku melihat pada Abbi, dia pasti juga sudah menangkap gelagatku. Dan memahami inti percakapanku barusan. Aku menatapnya dengan tatapan bertanya.

"Sure .." respon Abbiyya singkat sembari menganggukkan kepalanya. Aku yang merasa tak tahu juga harus gimana, kini menyerahkan HP-ku pada Abbiyya.

Setelah HP-ku berpindah tangan, Abbiyya mulai berbincang dengan nada santai. Dia sama sekali tak terlihat gusar atau apapun. Pembawaannya sangat santai dan elegan. Kulihat postur tubuhnya yang tinggi dengan postur badan lean berotot persis kayak oppa oppa Korea yang selentingan shirtless vid-nya sering bermunculan kalau aku lagi scrolling di medsos. Cara berdirinya pun kini terlihat sangat memukau, dengan tangan kiri nya berkacak pinggang dan satu tangannya terangkat untuk menyangga HP di telinganya. Memamerkan bulu buku ketiak yang menyempil dari sela sela ruang tersebut. Dari tubuhnya nampak bulir bulir keringat bak embun di pagi buta, yang tertimpa kilau sinar lampu kamar hotel ini. 

Seolah mendefinisikan aku sedang melihat patung Yunani dengan pahatan terbaik abad ini. Abbiyya memang tampak sangat memukau dan memesona; satu paket kesempurnaan yang memang akan sayang sekali jika aku harus lewatkan malam ini. 

"Iya, gimana?"

"Iya ... Saya sebelumnya udah kenal sama Dinan pas di Bandung. Sekarang kebetulan ketemu lagi di sini."

"Oh iya tenang saja. Saya bakalan jaga baik baik kok. Saya sama sekali gak ada niatan jahat sama Dinan. Kalau boleh tahu, Masnya siapanya?"

"Pacarnya? Ah ... beneran Nan kamu udah punya pacar?"

Aku dari tadi diam diam hanya mendengarkan sepihak dari suara Abbiyya saja. Mendengar dari jawaban jawaban yang diberikan Abbiyya, aku bisa menebak apa saja yang dikatakan Mas Tram kepadanya. Namun apa ini tiba tiba? Mas Tram mengakui seenaknya kalau aku pacarnya? Wah, kacau sekali!

Terkesiap aku dibuatnya, aku tak meresponnya dengan kata kata. Dan hanya menggeleng, mengisyaratkan pada Abbiyya bahwa aku bukanlah pacarnya.

"Sepertinya Dinan bukan pacar Masnya. Soalnya kalau dipikir pikir, dia gak bakalan sejujur ini juga, pas dia lagi sama saya atau lagi sama orang lain, kalau Mas emang beneran pacarnya."

Tubuhku Hanyut dalam Rengkuhannya (BxB) (Badboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang