Setelah itu, segalanya terasa mengalir. Pembicaraan demi pembicaraan selama melakukan IG Live bareng followes-nya Lendra mulai terasa menyenangkan. Seperti ada teman bicara. Mungkin aku bisa mencobanya sendiri lain kali di saat aku ngerasa sepi dan tidak ada satupun yang bisa diajak bicara.
"Nih katanya, Nan ... sehari hari lu sibuk ngapain?"
"Aku? Ya ... sekarang sih lebih fokus ke editing sama upload satu satu fotoku yang udah lama banget numpuk di memori. Mudah mudahan banyak yang suka ya."
"Aamiin ..."
"Terus ini nih ada yang nanya juga, gimana kita berdua bisa kenal? Mau elu atau gua yang jawab nih?"
Kembali Lendra menanyaiku. Aku hanya tersenyum, lalu menjawab pelan, "sama kamu aja Len."
"Okay ... jadi ceritanya gua sama Dinan tuh ..."
Lendra mulai menceritakan perihal awal pertemuan kita. Kemudian hal hal yang sudah kita lalui bersama. Tentunya minus cerita tentang dia nyusu di kereta, atau momen momen dimana dia banyak nyusu lainnya.
Segala yang dia ceritakan seputar proses gimana akhirnya aku setuju untuk mulai membuat kontenku sendiri dan mulai mengunggah foto demi foto di instagram.
"Iya, bener. Itulah makanya aku nyebut dia sebagai yang terbaik. Karena kalau engga ketemu sama dia, aku gak bakalan mungkin pernah muncul di depan kalian. Aku mungkin akan tetap menjadi Dinan yang biasa biasa saja, yang menjalani hari demi hari."
"Tuh kan ... apa gua bilang. Kita tuh sahabatan deket banget. Udah dari lama juga kenalnya. Cuman baru di-publish sekarang aja sih. Soalnya kita sama sama sepakat, kalau Dinan harus melejit dengan kemampuannya sendiri. Bukan terus menerus dicekoki bantuan gue. Iya ga, Nan?"
"Iya Len."
Aku manggut manggut. Abis itu, Lendra ngomong lagi.
"Eh, coba deh, IG lu aktifin juga. Gua undang lu buat live bareng. Siapa tahu followers lu belum ada yang nonton. Biar pada tahu juga kalau kita lagi barengan."
Sebetulnya aku juga gak tahu dengan jelas keuntungannya apa kalau aku live bareng di IG-ku dengan Lendra sekarang. Hitungannya kan kita lagi live bareng, terus nanti kalau aku live IG lagi, bakal ada dua suara dong. Dan malah repot dengan gawai masing masing jadinya. Akan tetapi, sedikit penjelasan Lendra tadi, membuatku sedikit mengerti. Ya sudahlah, aku coba dulu saja. Biar tahu gimana rasanya live di IG sendiri, sebelum nanti ke depannya, aku bisa mencoba live pake IG-ku tanpa harus ditemani Lendra.
Baru saja kumulai setelah sebelumnya menyetujui ajakan Lendra untuk bergabung, orang orang jadi tambah 'berkerumun', berbondong bondong menyapaku. Kali ini tidak hanya followers Lendra saja, melainkan orang orang yang follow di akunku, sudah sangat riuh menyapa kami berdua.
Suasana yang diciptakan jadi makin kian ramai. Aku mulai membayangkan, kalau orang orang yang nonton ini berada di depanku sekarang, akan seriuh apa ya suasananya? Kulihat jumlah penonton di pojok samping kiri atas. Ada di angka 4.182 penonton yang jumlahnya bahkan diperkirakan akan terus bertambah. Bayangkan kalau mereka semua ada di depanku sekarang? Astaga ... aku mungkin akan malu banget dan ujung ujungnya malah kikuk.
Tapi Lendra? Dia sangat lihai sekali melayani semua para penggemarnya. Bicara di depan kamera seolah itu semua hal yang sangat biasa dan alami diperolehnya sejak lahir. Sesaat aku hanya memperhatikan dia dan mengamati tingkah lakunya saat bercengkrama dengan para penggemar. Lagi lagi, aku belajar hal baru dari Lendra.
"Hey, what man? Kenapa lu bengong gitu? Tuh banyak pertanyaan yang harus lu jawab di sana. Siaran kali ini lebih banyak yang kepoin elu daripada gua. Lu nge-top nih sekarang. Hahaha .."
![](https://img.wattpad.com/cover/228885246-288-k939049.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tubuhku Hanyut dalam Rengkuhannya (BxB) (Badboy)
Teen FictionAku belajar ini semenjak umur belasan. Menjual tubuh kepada para lelaki yang menginginkan, ternyata lebih ada gunanya.