Lelaki muda yang berbeda hanya dua tahun denganku itu, sepertinya tak mendengar pesan suara yang dulu kukirimkan. Berbulan-bulan berlalu, hingga tahun baru sudah hadir di depan mata, dia tak kunjung menampakkan dirinya lagi. Dia benar-benar menghilang.
Lucu sekali, di saat lelaki silih berganti, berpindah dari satu kamar ke kamar lain, sosoknya tetap terkenang. Dia tetap menjadi bagian dari ingatan.
Mungkin memang benar, rasa penasarannya sudah tuntas. Bagi orang seperti dia, tujuan adalah yang terpenting. Saat tujuannya sudah tercapai, maka tidak ada hal lain yang perlu dirisaukan. Dan dia akan melanjutkan perjalanan hidupnya untuk mencapai tujuan demi tujuan hidupnya yang lain.
Ngomong-ngomong, salah satu alasan kuat lain kenapa aku masih mengingatnya, pasti karena hutang kembalian uang yang belum sampai kepadanya. Waktu itu kuputuskan untuk diinvestasikan saja, disimpan dalam bentuk emas lagi. Nilainya sudah cukup lumayan naik sekarang. Dia pasti akan senang saat menerima uang lebih besar dari yang seharusnya.
Aku tetap menjalani hidupku sendiri, dengan Mas Tram masih setia ada. Entah kapan dia akan memutuskan berhenti denganku dan memulai kehidupan baru dengan seorang istri. Mungkin di tahun baru ini?
Usianya sudah lebih dari cukup untuk melakukan itu. Aku juga sama sekali tidak keberatan bila seandainya dia memutuskan untuk menikah. Dia memang harus memikirkan hidup dan masa depannya. Aku tak boleh menjadi penghambatnya.
Dua hari lagi, tepat di tanggal dua bulan Januari, usiaku sudah 21. Aku berencana pergi ke luar kota, meninggalkan hiruk-pikuk dan kebiasaan kerjaanku sementara. Aku ingin mencari inspirasi baru sekalian menyegarkan diri. Mungkin seminggu, dua minggu? Entah. Aku hanya bosan.
Aku tak berencana untuk menghabiskan banyak uangku sih, mungkin di sana nanti juga aku akan berhemat.
Hanya butuh pergi dan suasana berbeda, itu saja. Berfoya-foya bukanlah tujuanku kali ini. Soalnya aku memang sudah memantapkan diri untuk mengakhiri pekerjaan ini suatu hari, dan mulai menggunakan keahlianku untuk menghasilkan uang. Semua butuh awal mula. Dan itu, berdasarkan hitunganku, baru bisa dimulai pertengahan tahun ini. Aku tidak sabar untuk memulainya, tapi aku harus menahan diri. Kalau buru-buru, aku bisa gagal karena belum siap semua. Sudah sejak awal, aku mulai mencicil satu demi satu kebutuhanku. Aku sudah membeli beberapa barang, dan cicilan apartemenku akan lunas tepat di pertengahan tahun ini. Itulah waktu yang tepat yang aku maksud.
Rrrtt.. rrtt.
Smarthphoneku bergetar. Sebuah pesan masuk. Nomor tak dikenal, mengirim sebuah pesan Whatsapp.
Hai, Dinan...
Aku mau mencoba.Mencoba apa?
Berhubungan denganmu
Masih bisa?Bisa.
Kamu ada tempat?
Ada.
Oh iya, di tempatmu aja ya
Oke
Emang kamu tahu?Belum.
Sharelok ajaOke.
Ini ya..
(:'xbduejdhdhdjeh)Sip.
Aku ke sana skrg, boleh?
Km lagi free?Iya, boleh.
Aku lg sendiri kok
KAMU SEDANG MEMBACA
Tubuhku Hanyut dalam Rengkuhannya (BxB) (Badboy)
Teen FictionAku belajar ini semenjak umur belasan. Menjual tubuh kepada para lelaki yang menginginkan, ternyata lebih ada gunanya.