Gak ada yang mau kulakukan lagi sekarang, selain fokus dengan duniaku. Melakukan hal hal yang mendadak terasa menyenangkan dan menenangkan acapkali dilakukan. Aku bisa melakukan aktivitas ini berjam jam, memantengi layar laptopku untuk memberikan polesan editan sana sini dalam foto atau video yang pernah ku-take bareng Lendra. Semua ini benar benar terasa nyata. Hidupku seperti memiliki ranahnya sendiri sekarang dan memiliki pegangan.
Kalau biasanya aku bangun tidur, aku langsung membuka aplikasi jual diri yang kadang membuatku bahkan kadang tak semangat melakukannya seperti; dengan lelaki yang seperti apa lagi nih harus kubertemu di hari ini? Mulut siapa lagi-kah yang harus kususui? Namun hari hari yang kujalani sekarang terasa sangat berbeda. Saat aku membuka mataku, aku merasa memiliki banyak sekali energi di pagi hari dan ingin bergegas memulai aktivitas yang memang perlahan tapi pasti; kuyakin sekali aku makin mencintainya.
Apalagi dukungan orang orang di media sosial mulai terlihat jelas. Satu persatu manusia itu memberikan dukungannya secara terang terangan. Baik di kolom komentar, kotak masuk pesan, atau memberikan bomb love banyak di semua postinganku. Tidak hanya di hari ini, namun mencakup seluruh unggahan unggahan sebelumnya.
Pun dengan komentar komentarnya. Saat ada satu unggahanku yang goes viral, orang orang mulai ramai berkomentar di unggahan unggahanku yang lainnya. Aku sempat sekali dua mengikuti komentar dari satu orang yang sama. Dia loncat loncat berpindah dari unggahanku yang satu dengan yang lain, mengomentari dan cenderung memuji. Ya, apalagi kalau bukan fisik dan soalan outfit.
Kalau dipikir pikir, betapa banyak orang tertipu dengan apa yang ditampilkan di layar kaca ya?
Maksudku ... aku tak setampan, sekeren dan sesempurna yang mereka sebutkan di kolom komentar. Aku yang sebenarnya bahkan pernah melacurkan diri. Aku bukan lelaki dengan wajah yang sangat mulus, memiliki postur idaman banyak orang, kulit yang sangat cerah sesuai dengan yang ditampilkan di sana.
Sesungguhnya kalau boleh jujur, itu semua tuh kebantu banget sama lighting serta editing yang kuberikan di foto foto yang kuunggah. Lendra terus mencecarku untuk menampilkan kesan terbaik dari dalam diri, mulai dari cara pengambilan gambar, pose dan cara menatap ke kamera bahkan dalam posisi berdiri. Pun saat editing hingga memberikan sisipan tulisan (caption). Jangan sampai asal asalan.
Duh, aku jadi makin menyadari bahwa apa apa yang ditampilkan seleb di luaran sana, bisa jadi hanya versi diri mereka yang ingin ditampilkan saja. Menyembunyikan sisi kurang bahkan gelap dalam diri mereka. Apa apa yang ditampilkan, hanyalah yang ingin terlihat dan juga sesungguhnya sekaligus ingin dilihat para pengikutnya. Tentunya para pengikut di suatu media, biasanya hanya ingin melihat hal hal baik saja. Ketampanan, kemewahan, dan hal sejenisnya. Jika ada kesedihan atau kesulitan yang sesekali ditampilkan, aku juga bahkan jadi iseng mencurigai, kalau itu semua hanya untuk menunjukkan sisi 'manusia' mereka belaka. Meminta simpati, mungkin? Dengan begitu, diri mereka yang mungkin mulai terlihat membosankan, jadi kembali dibicarakan. Siklusnya bisa jadi berjalan begitu terus. Berulang. Sensasi dan kontroversi, bisa mengundang dua kubu; pihak yang simpati dan antipati.
Namun aku gak ingin begitu sih. Aku rencananya bakal menunjukkan sedikit demi sedikit kemampuan yang kumilikki.
Jadi gak bakal hanya modal fisik bagus belaka (which is bisa bikin bosen kapan saja), aku justru lebih memilih memiliki jalur dalam hal hal baik yang berusaha kutampilkan di media sosial yang kukelola. Perlahan aku akan menunjukkan apapun yang kubisa. Mungkin dari pengetahuanku, pencapaianku, hasil belajar dari kursus kursus daring yang sudah pernah kulalui.
Selanjutnya sudah bisa ditebak. Followers-ku bertambah banyak. Aku belum terbiasa jadi perbincangan banyak orang, jujur saja. Situasi begini malah membuatku merasa simalakama.
Apa perlu aku dikenal banyak orang? Bukankah hidup sendirian dan bersembunyi saja sudah cukup?
Tapi di sisi lain ...
Memangnya sampai kapan kamu akan mencari uang dengan jalan menjual tubuh dan susumu ke orang orang? Bukankah semua kegiatan ini cenderung positif dan membantumu bergerak ke arah yang lebih baik?
Dua sisi berlawanan itu terus mengeluarkan opini opininya di kepalaku. Aku sampai bingung, mana yang harus kupercayai. Namun pada akhirnya, karena merasa sudah terlanjur nyebur, aku mungkin harus melanjutkannya saja. Aku tidak tahu ke depannya seperti apa, tapi apapun yang terjadi, jika memang semua ini ditakdirkan untukku, maka mungkin aku bisa melewatinya. Aku akan mencoba untuk menjadi versi terbaik dalam 'ranah' yang sedang kuciptakan sekarang.
Sedang asyik melamunkan banyak hal dan berargumen dengan diriku sendiri, kudengar suara pintu diketuk. Aku menduga mungkin Mas Tram yang akan datang ke sini –karena siapa lagi sih yang posisinya dekat denganku sekarang? Mas Abbiyya? Entahlah, bagaimana keadaannya sekarang.
Aku pun berdiri dari kursiku dan membukakan pintu untuk orang –yang entah siapa di baliknya, yang jelas tugasku harus segera membukakannya. Ketika aku membuka pintu, aku terkejut ketika orang itu langsung berkata, "Yash, inilah dia guys salah satu seleb baru yang banyak diperbincangkan. Kita sudah berteman sejak lama, namun gua sengaja banget menutupinya biar jadi kejutan buat kalian. Surprise! Imut banget kan orangnya?"
Itulah Lendra. Dia tanpa basa basi langsung mengejutkanku di depan pintu, sembari menenteng kameranya yang sudah memakai tongsis (?) Ah entahlah itu apa namanya, karena HP Lendra diletakkan di tongsis tersebut dan dia terus menjelaskan segala sesuatunya sambil mendekatkan kameranya ke arahku.
"Hi, sob! Whatzupp?! Kangen banget gua sama elu, man. Akhirnya gue bisa sampai ke sini juga dan ngelihat lu lagi dari dekat."
Lendra langsung merangkulku akrab sembari memposisikan wajah kita masuk ke dalam kamera. Aku mengangguk kikuk. Semua ini masih terasa membingungkan, lebih tepatnya ... aku sangat terkejut. Aku belum siap. Bagaimana penampilanku sekarang? Apakah terlihat seperti gembel?
"Anjay lu kaku banget, bro! Santai aja lah. Kayak ke siapa aja. Coba sapa nih yang lagi pada nonton."
Aku melihat ke layar HP. Sudah ada banyak yang menyelipkan komentar di sana. Aku bisa baca beberapa –saking cepatnya—dan rata rata dari mereka menyebutkan namaku.
Kyaaaaa ... Ada Dinan!!
Astaga ... itu beneran Dinan kan? Lu kenal sama dia Bang?
Holy shit! Cowok gemoy aku ada di situ. Becekkin aku kak Dinan ...
Aduh ... rahimku anget banget liat kak Dinan
Beragam komentar terus membanjiri dan rerata menyebutkan namaku. Sesaat Lendra menatapku seraya tersenyum lebar. Sorot matanya seolah berkata, I'm so proud of you.
"A-aku ... kaget banget. Kok Lendra bisa di sini?"
"Ya bisa dong! Kan gua bisa kemana aja. Mereka gak percaya nih Nan, kalau gue kenal sama elo. Makanya gue langsung ke sini, nyamperin elo."
Ih ... Dinan gemoyyy banget.
Luvvv banget sama Dinan.
Kyaaaaaa .... Pen cubit tetek Dinan. Gumusssshh!
Komentar netizen bener bener gak bisa dikontrol. Aku ngerasa kewalahan.
"So ... Dinan. Daripada lu cengo, bisa sapa para penonton dulu? Semuanya udah gak sabar pengin denger lu ngomong."
Aku diam sebentar, berpikir kalimat apa kiranya yang bisa kuucapkan dalam situasi ini. Setelah jeda beberapa saat, aku pun langsung berkata, "halo semua, kenalin aku Dinan. Temennya Lendra. Sahabatnya Lendra. Orang yang deket sama Lendra juga. Pokoknya dia yang terbaik. Dia yang ngajarin aku cara bersosial media. Salam kenal semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tubuhku Hanyut dalam Rengkuhannya (BxB) (Badboy)
Fiksi RemajaAku belajar ini semenjak umur belasan. Menjual tubuh kepada para lelaki yang menginginkan, ternyata lebih ada gunanya.