Perjalanan Penuh Gairah

13.3K 345 12
                                    

"Eh, permisi, boleh lewat? Aku harus ke toilet..."

"Kenapa harus? Di sini saja, aku penasaran."

"Penasaran? Sorry, kita ga saling kenal," ucapku agak berani.

"Euh, iya, maksudku.. mm, boleh aku liat apakah itu benar-benar keluar dari sana?"

"Bukannya kurang sopan ya menanyakan hal seperti itu ke orang yang baru dikenal? Permisi, saya beneran harus ke toilet."

"Atau aku harus umumkan ke banyak orang di kereta ini, biar semua orang liat? Ayolah, aku ga bisa menahan diri kalau penasaran."

"Kamu sedang mengancamku?"

"Ayolah kita sama-sama laki-laki ini. Ga terlalu masalah 'kan? Kursinya juga lumayan ga terisi penuh. Eh, sebenarnya kita memilih posisi duduk yang tepat. Agak jauh dari kursi sebelah sana yang lebih banyak terisi."

"Tapi aku harus tetap ke toilet."

"Aku, eh... aku sebenarnya bisa membantumu."

"Membantu? Bukannya tadi kamu sedang mengancamku?"

"Engga, eh, maksudku... kalau itu beneran keluar dari sana, aku benar-benar bisa membantumu."

"Kamu ga ngerasa aneh?"

"Kebetulan itu fetish-ku. Sebenarnya aku lebih ke arah tidak tahan, dibanding harus mengancammu. Sebelumnya aku minta maaf kalau menyinggung."

Dia terlihat aneh. Orang asing yang baru pertama kulihat, mengatakan apa yang di pikirannya dengan terus terang. Sekilas aku sedang merasa bercermin dengan diriku sendiri. Aku juga tipe orang yang seperti itu. Kalau dirasa aku bisa atau ingin mengatakannya, aku tak peduli dia orang asing maupun bukan. Aku pasti akan mengatakannya.

"Baiklah, mm, iya, sebenarnya ini emang keluar dari putingku."

"Hah? Serius? Puting kamu bisa ngeluarin itu? Eh itu air susu apa gimana?"

"Mm, iya, ini semacam air susu gitu."

"Beneran? Boleh dicoba?"

"Eh, di kereta begini?"

"Tenang aja, aku kan sudah memastikannya. Yang lain juga lagi tidur atau sibuk dengan gadget nya. Ga bakalan ada yang nyadar kok. Lagian ini bisa membantumu juga 'kan? Anggap saja ini niat baikku."

"Oh eh, .."

"Aku bantu bukain ya," katanya seraya sudah menaruh kedua tangannya di depan kancing kemejaku. Membukanya sampai tiga kancing.

Dengan sigap, tanpa berkata apapun lagi, dia sudah menaruh mulutnya di putingku. Dia beneran menghisapnya, astaga... apakah ini hanya mimpi liarku atau..?

"Mm..."

Sorry, kebiasaanku memang suka melenguh kalau putingku sudah dimainkan atau dihisap. Aku tidak kuat karena bagian itu adalah salah satu bagian sensitifku.

Dia menghisapnya bergiliran dalam jeda waktu yang ga terlalu lama. Berpindah-pindah dengan agak cepat. Seolah dia memahami betul tugasnya untuk menghisap air susu dari kedua putingku. Aku merasa ada yang berdesir di tubuhku. Aku menahannya sembari tetap berusaha mematok kewarasanku agar memperhatikan sekitarku. Ini tidak boleh ketahuan.

"Ahh..." dia menghentikan hisapannya dan kini menatap kedua mataku. Aku bisa melihat sisa-sisa air susu di ujung bibir dan bagian tengah bibirnya. Kini dia tersenyum lebar.

"Segar banget," katanya seraya kini berbisik di kupingku. "Aku ga tahu ada cowok yang bisa ngehasilin air susu seenak ini. Bisa ngehasilinnya aja aku udah ga nyangka, apalagi bisa sesegar ini. Kamutu manusia apaan sih? Kok aku baru nemu yang kayak gini."

Sebelum dia meneruskan omong kosongnya, aku sudah lekas-lekas merapikan kembali kancing kemejaku, menutup dadaku yang sebelumnya terbuka lebar. Akan sangat risih kalau dilihat orang lain.

"Hmm, gimana? Kayaknya ada banyak sekali cowok yang udah menghisap susu langsung dari sumbernya," dia ketawa jenaka. Seolah itu bukan hal asing baginya.

"Hahaha, santai-santai. Jangan terlalu diambil pusing. Aku lebih dari paham tentang ini. Aku bi, asal kamu tahu aja. Tapi 75% aku lebih suka cewek. 25 % sisanya baru bangkit kalau aku nemuin cowok yang secara look kayak kamu."

"Eh kamu mau tahu suatu rahasia?"

Rahasia apa lagi? Dia terlalu banyak mengumbar omong kosong.

"Sebenarnya seharusnya aku duduk di kursi sebrang sana. Bukan di sini. Aku sengaja duduk di sini setelah melihatmu. Aku suka..."

Kata-kata aku suka dari orang asing sangat terasa asing bagiku. Hello stranger, kita seharusnya tak sampai begini. Tapi karena sudah terlanjur, aku harus membalasnya.

"Heyhey.... kamu sepertinya ingin memenangkan pertarungan ini ya."

Aku kini membuka mulutku yang selalu mengeluarkan apa yang kupikirkan seenaknya.

"Kamu pikir aku ga kepengen menikmati tubuh dari lelaki tampan kayak kamu? Atau bibir yang terlihat yummy ini?"

Aku menarik dagunya lebih mendekat ke arahku, lalu menjulurkan lidah. Menyapukannya ke seluruh bibir lelaki ini, dari ujung ke ujung, dari atas ke bawah.

"Asal kamu tahu aja, aku sudah sangat membiasakan diriku dengan ini. Dimana kamu turun nanti? Apakah tujuan kita sama?"

"Hm, menarik juga," katanya. "Jujur, aku udah lama banget sih, ga berhubungan sama cowok. Kayaknya udah 2 tahun lalu yang terakhir."

"Kalau ada kalimat menggunakan kata 'jujur, bla bla', aku pasti meyakinkan diri bahwa kamu ini sudah banyak berbohong. Ucapan kamu yang barusan, jujur atau bohong?"

"Haha. Pandai sekali kamu menyerangku, aku makin bergairah, tauk! Oke, oke, aku nanti turun di Jogja. Kamu dimana?"

"Tujuan yang tepat. Kita bisa melakukannya nanti sehabis turun dari sini."

"Oke, setuju. Aku akan menikmatimu nanti ya. Sekarang terlalu banyak orang."

"Tapi untuk ciuman ga masalah 'kan?"

"Nakal juga ya kamu, sini-sini aku cium..."

Perjalanan yang semula aku pikir tak kan melibatkan hubungan seksual ternyata malah berujung seperti ini lagi.

Dan, yeah...
Mungkin untuk perjalanan kali ini, aku harus mencoba hubungan seks tanpa embel-embel uang. Tapi berdasarkan rasa suka dan minatku.

Aku sudah lama tak diberi kemampuan memilih selama menjajakan diri.

Kurasa, liburan kali inilah saatnya!

Tubuhku Hanyut dalam Rengkuhannya (BxB) (Badboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang