Luapan Perasaan

20.4K 506 10
                                    

Lelaki muda ini sudah berada di atas ranjang empuk bersamaku. Dia kini berada di atasku, masih saja asyik mengemut putingku. Gantian kiri dan kanan. Aku kini hanya memandanginya, lucu saja keliatannya. Ada cowok ganteng yang lagi bertengger di kedua putingku.

Merasa aku hanya memandanginya dengan santai, dia bertanya, "maaf, kamu ga sange?"

Eh kaget juga ya ditanya begitu tetiba.

"Kenapa emang?"

Daripada aku bingung jawab apa, mending balik nanya kan?

"Gpp. Soalnya kamu diem aja. Saya ada bikin salah selama prosesnya?"

Sumpah lucu banget cowok ini. Pengen bungkus!

"Ngga kok, ngga. Aku justru lagi nikmatin ini. Hisapan kamu lembut dan ga grasa-grusu. Enak. Nyaman seriusan!"

Gini ya, kalo aku lagi suka seseorang, bisa bikin hilang kontrol diri sendiri. Nyerocos dah ga karuan kan jadinya. Banyak ngomong kata-kata yang sebenarnya ga perlu.

"Mm... gitu ya? Bilang aja kalau saya ada salah ya? Nanti saya perbaiki. Eh, boleh saya hisap lagi? Enak soalnya," katanya sambil nyengir dan garuk dahinya.

"Kamu yang bayar 'kan? Ya bebas. Asal sesuai protokol aja, a."

Aku manggil Aa. Iya ga salah. Karena umurnya cuma beda dua tahun denganku. Dia dua puluh dua. Aku masih dua puluh. Aku ngebayangin kalau aku punya kakak laki-laki seperti dia. Dengan sikapnya yang begini, aku pasti merasa aman tiap bersamanya.

"Aa? Kedengaran bagus ya di telinga saya."

Dia justru hiraukan candaan tentang protokol, dan memilih fokus pada satu kata panggilan: aa.

"Eh emang kenapa? Jarang ada yang manggil begitu?"

"Biasanya pada manggil Mas sih. Tapi khusus buat kamu, panggilan aa terasa pas."

Aku yang kepedean, atau memang dia sekarang sedang menggoda?

Namun karena kutak begitu peduli lagi, kubiarkan saja kalimat ia tadi hilang bersama udara yang dihasilkan AC di ruangan ini.

"Mm... sampai di sini aja ya. Saya harus kembali."

Kembali? Maksudnya? Dia menyewa tempat ini hanya untuk meminum air susuku? Lalu pergi?

Aku tak menjawab. Membiarkan dia melakukan yang dia mau. Berlalu dari tubuhku, meninggalkan kasur yang empuk ini begitu saja. Aku lemas. Bukan lemas karena sudah dipakai, tapi yang benar saja.  Aku menyediakan waktuku siang ini dan sudah kubilang, ini hari liburku. Aku hanya mempersembahkan hari ini untuk bersamanya. Tapi bagaimana bisa dia hanya meminum air susu lalu pergi begitu saja?

Kulihat dia berdiri depan cermin. Membereskan pakaiannya yang agak kusut setelah agak bergumul denganku. Ya Tuhan, bahkan aku ga sempat melihat lekuk tubuhnya.

Lalu dia menyisiri rambutnya dan terlihat kembali rapi seperti sediakala.

"Kamu mau stay di sini? Saya sewa buat sehari kok. Ga masalah kalau kamu mau memanjakan diri di sini. Atau mungkin mengundang cowok lain ke sini? Bebas."

"Kamu beneran mau pergi gitu aja?"

"Ya, saya rasa saya cukup menuntaskan rass penasaran saya. Uangnya saya taruh dimana ini? Di sini saja?"

Dia meletakkan uang di atas nakas. Aku hanya membiarkannya, bahkan tak peduli dia membayar berapa. Terserah saja. Karena layananku hari ini tidak seberapa memuaskan. Aku juga tahu diri.

"Saya pamit ya."

Aku mengangguk saja. Membiarkan dia pergi dan menutup pintu kamar ini.

Namun tak berselang lama, pintu kembali terbuka sedikit dengan kepalanya muncul terlihat olehku. Aku agak terperanjat karena kaget kukira orang lain, dan terduduk di atas kasur dengan meraup selimut secepat kilat untuk menutupi tubuhku yang terbuka.

Tubuhku Hanyut dalam Rengkuhannya (BxB) (Badboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang