Syukurlah tidak ada satu pun yang fake. Semua orang mengirimkan foto asli mereka, karena saat aku lihat satu demi satu, tampilan dan wajah asli mereka, terlihat sama seperti foto yang mereka kirimkan. Maksudku ... kalau dari penilaianku pribadi, aku sama sekali tak merasa kecewa.
"Bagaimana? Apakah ada salah satu di antara kalian yang merasa kecewa dan ga mau melanjutkan?"
Aku langsung menanyakan pertanyaan inti saat semua tadi sudah saling menyapa kembali, berbasa basi. Mungkin aku terlihat sangat buru buru, hingga Rehan sepertinya menyadarinya juga.
"Kamu sepertinya sedang buru buru banget ya? Ada hal yang harus kamu lakukan?" Rehan menatapku lekat. Aku bisa merasakan sensasi aneh saat dia menatapku seperti aku maling yang ketahuan. Atau seseorang yang melakukan kesalahan apapun dan ketahuan begitu saja dengan mudah. Maksudku ... aku menyukai Rehan sejak awal, dia memang orang yang kumaksud. Penampilannya menawan. Sama sekali tidak mengecewakan.
"Aku memang besok harus pergi," kataku akhirnya, mencoba berkata apa adanya.
"Kemana?"
"Ke Malang," jawabku singkat.
"Oh ... baiklah. Kamu pendatang ya di sini?"
"Eh?"
"Aku baru pertama melihatmu di aplikasi."
"Iya bener. Aku juga kayaknya baru pertama kali ini deh liat kamu." Zaki ikut berkomentar.
Aku memperhatikan ketiganya. Dari tadi yang terlihat santai hanya Syam. Dia memperhatikan pembicaraan kita sembari nge-vape. Emang lah, top sejati emang beda. Satu hal yang gue pikirkan tentang dia, yakni ... dia cuma mikirin hal yang terpenting untuk saat ini dia lakukan adalah skidipapap. Hal hal selain itu, tidak penting untuk diurusin karena toh mungkin benar ... ini hanya semacam pelabuhan sesaat. Sama seperti jenis hubungan yang dilakukan antara cowok dan cowok lainnya. Apalagi berempat kayak gini.
"Iya, aku emang pendatang sih. Hehe. Berarti ada kemungkinan kalian berdua sudah lama menggunakan aplikasi kencan itu ya, sampai kalian kayaknya khatam banget dengan orang orang di dalamnya." Aku ketawa kikuk, ga tahu juga dengan jawaban apa yang harus diberikan di situasi kayak gini.
Zaki terlihat salah tingkah, sementara Rehan hanya menanggapinya dengan masih menatapku lekat tanpa merespon kata kataku barusan. Dia malah berkata, "kalau begitu, bagaimana kalau kita membuat kamu bersenang senang di Jogja di malam tahun baru ini? Semuanya, kalian setuju menyambut anak yang baru dateng ke Jogja ini?"
Dia mengatakannya seolah dia adalah pemandu acara populer. Aku ketawa kecil mendengarnya. Yang lain juga ikutan ketawa dan mengangguk anggukkan kepala, sampai Syam aja dengan santainya setela ketawa kecil, ia langsung berdiri berjalan beberapa langkah.
"Kok diem? Lu ga mau nunjukkin jalannya buat kita?"
Dia menghentikkan langkah, lalu melihat ke arahku dengan tatapannya yang cool. Aku ngerasa malu dilihat dan ditanya begitu.
"Eh, oh iya, ayo! Ada yang mau kalian beli dulu ga di minimarketnya?"
"Eh oh iya ... sorry, kamu ada kondom?" tanya Zaky.
Aku menggeleng, baru keingetan juga akan benda itu.
"Oh ... ya udah gapapa. Aku beliin dulu ya bentar, eh ... btw ... punya Syam sama Rehan ukuran apa?" Dia bertanya kepada dua orang itu seolah dia tahu dan mengerti betul bahwa aku juga sama sama B kayak dia.
"Yang gede aja," kata Syam tanpa malu sama sekali yang hanya dibalas, "Wow ... o, oke ..." sambut Zaki sembari masuk ke dalam minimarket. Kita nungguin di luar sembari berdiri dan aku sedikit ngobrol dengan Rehan. Tidak dengan Syam, karena dia terlihat kembali santai menghisap vape-nya yang beraroma mint segar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tubuhku Hanyut dalam Rengkuhannya (BxB) (Badboy)
Ficção AdolescenteAku belajar ini semenjak umur belasan. Menjual tubuh kepada para lelaki yang menginginkan, ternyata lebih ada gunanya.