Berpisah Sementara

7.3K 278 9
                                    

"Kita kemana dulu?"

"Ke Malang, gimana? Kebetulan gue juga ada janji temu sama sponsor di sana. Nanti gue coba kenalin juga lo sama dia. Siapa tahu cocok."

"Apa ga bakal malu-maluin?"

"Santai aja, ga bakalan aneh kok. Dia orangnya welcome juga. Jadi sama sekali ga masalah."

"Oh oke deh, gue ikut aja kalo gitu..."

Seminggu terbiasa bersamanya, aku jadi ikutan kebiasaan dia ngomong gue-elo. Soalnya aku ga mau kaku aja ngadepin dia, dan dia sendiri juga minta aku membiasakan diri. Soalnya circle dia kebanyakan juga ngomong gue-elo. Jadi aku harus mulai membiasakan diri dari sekarang. Aku nurut aja sih, lagian ga terlalu masalah juga. Cuma soalan bahasa baru, ga bakal terlalu obvious.

"Eh jadi kita malem tahun baruan di sana?"

"Bener, sekalian. Jogja udah terlalu biasa buat gue. Kalau buat lo sendiri gimana? Lo mau tahun baruan di Jogja emang?"

"Mm, tadinya sih gue sempet mikir kalau gue bakal tahun baruan di sini. Tapi sepertinya engga usah juga. Mungkin takdir gue emang harus ikut elo."

"Eh, ga gitu juga kali. Kalau lo emang mau nikmatin tahun baruan di sini juga gpp. Nanti lo bisa nyusul gue sendiri ke Malang. Ga masalah. Ntar gue bisa jemput lo di stasiun."

"Ngga lah, gue ikut lo aja. Pertama karena ngabisin waktu tahun baruan di sini sendirian kayaknya ga asyik. Kedua gue juga ga mau repotin elo pas nanti di sana, siapa tahu jadwal lo emang sepenting itu, jadi gue nanti takut rusak jadwal elo. Tapi, kok gue aneh, orang gila mana yang nawarin job di tahun baru? Bukannya kebanyakan orang lagi liburan ya?"

"Dia gunain konsep tahun baru sebagai konsep dasar buat ngegaet orang-orang gunain produk perusahaannya dia. Momen yang paling pas dimana banyak kembang api gratis, keramaian orang tanpa ada undangan khusus dan hanya terjadi setahun sekali, ya tepat di malam tahun barunya.

Kalo lo mikir bakal ganggu tahun baru gue, tenang aja, gue cuma kerja pas malemnya. Paginya gue udah free kok. Jadi ga bakalan masalah kalau lo emang mau ngabisin waktu tahun baruan di sini.

Baru h+2 nya gue kenalin elo ke dia. Karena saat itu gue nerima pembayaran secara langsung dari dia, sekalian perayaan. Jadi ada acara makan-makan gitu ntar."

"Oh, jadi gue boleh nih ngabisin waktu sendirian di Jogja? Pake rumah elo ini, ga masalah?"

"Santai aja. Lo udah bukan orang asing kok buat gue, meski baru beberapa waktu kenal. Gue udah bisa nilai lo sebagai orang baik. Gue mayan peka sama orang jahat, karena gue dasarnya emang jahat juga. Jadi gue yakin lo ga bakal bikin masalah selama di sini, iya 'kan?"

"Kalau gue ngundang cowok lain ke rumah elo gimana?"

"Then you have to make sure that he is a right guy. Gue ga mau lo nanggung masalah karena kenalan sama orang asing di sini."

"I will, babe. Makasih buat udah percaya sama gue."

"Take your day, baby. Lo mulai dari siang nanti bisa bebas nikmatin liburan lo sendirian selama di sini. Anggap aja jeda sebelum lo mulai kerja buat foto-foto lagi nanti. Eh, gue say so sorry banget kalau lo malah jadi kayak orang yang kerja di sini. Niatnya liburan, eh malah ketemu orang kayak gue. Sorry banget ya."

"Hey, hey, hey. Gue justru bersyukur banget bisa ketemu orang kayak elo. Gue belajar banyak hal baru dan gue ga tahu harus gimana balas jasa ke elo. But, make sure one day, gue bakalan balas jasa elo dengan hal terbaik yang bisa gue kasih."

"I take your word, baby. Semoga itu ada gunanya buat gue one day."

"I'll make it happen. So, kita berpisah dulu siang ini?"

"But before, gue bisa nete dulu? Haha. Gue kayaknya bakalan kangen selama dua hari di sana."

"Gila lo ya! Yauda sini!"

Dia tanpa aku duga langsung mengangkat tubuhku dengan kedua tangannya. Tanganku refleks berpegangan ke balik lehernya, dan sekarang makin kikuk saat mata kami berserobok.

"Lo ngapain?"

Aku bertanya sesuatu hal yang emang udah jelas dilakukan. Dia lagi mangku aku, terus kenapa? Cuma aku bingung aja di situasi kayak gini aku harus bersikap gimana atau berkata apa.

"Kamu jadi my wife selama pagi ini ya. Beri  aku kepuasan."

Lagi, saat dia merayuku, perkataannya pasti berubah total. Lebih lembut.

Aku tak menjawabnya, hanya membiarkan dia menatapku dalam waktu yang cukup lama. Aku bisa merasakan tatapan hangatnya saat dia memberikanku senyuman.

Sebuah senyuman yang memabukkan dan mengizinkanku untuk memberikan kepuasan yang dia inginkan pagi ini.

Ya, aku akan melakukannya untuknya.

***

"Gue berangkat sendiri aja gpp," kata dia sambil mengangkat barang-barang yang dia perlukan. Ga terlalu banyak. Hanya sebuah tas gendong ukuran sedang dan satu jinjingan di tangannya. Kukira isinya kamera dan beberapa hal lain.

"Gpp. Gue juga mau tahu arah ke stasiun di sini kemana. Biar gue ga nyasar ntar pas nyusul elo sendirian ke sana."

"Ah kan pake taksi online juga, ga bakalan nyasar. Lebay amat. Eh tapi, yaudahlah kalo lo mau, mungkin lo juga kangen sama gue."

"Juga kangen? Berarti lo lagi kangen sama gue nih?"

"Engga, ga gitu... eh tapi bener juga ya? Gue ngomong kayak gue udah kangen duluan. Tapi gpp deh, iya, gue bakalan kangen nenen ke elu selama gue di sana."

"Ish, apaan sih! Udah buruan, kita berangkat."

"Hahaha..." dia hanya ketawa sembari kita mulai berjalan beriringan ke arah pintu depan dan turun menggunakan lift.

Kita menunggu sebentar di lobi, menunggu taksol datang. Selang beberapa menit, taksol datang dan kita berdua masuk, memutuskan sama-sama duduk di belakang setelah sebelumnya bertengkar nunjuk siapa yang mau duduk di depan. Aku minta maaf ke sopirnya karena kita milih buat duduk di belakang dua-duanya. Sopirnya cuma cengengesan dan melambaikan tangan. Kode bahwa itu bukan masalah besar. Aku hanya mengangguk dan berterima kasih. Terus meminta bantuan agar mengantar kami dengan selamat sampai di stasiun. Sekarang, ga hanya sopir yang tertawa, sebab orang di sebelahku juga ikutan ketawa. Aku sebal, mencubit pahanya.

Dia masih lanjut ketawa, dan dia kini senyum lebar tiba-tiba. Serem, kayak muka orang jail gitu. Tiba-tiba dia CU_TE alias cubit tetek. Aw! Aku mengaduh.

Sopir sekilas melihat dari kaca depan mobil, aku bisa memperhatikannya dia memperhatikan kami. Tapi aku tak begitu peduli selama dia tak merecokki. Aku kembali menahan diriku agar tak mengomeli lelaki di sampingku kini, karena sebentar lagi kita akan berpisah untuk sementara waktu.

Sampai kita akhirnya tiba di stasiun dan berpamitan, aku iseng mengajaknya ke toilet dulu. Ia ikut serta denganku, karena aku agak merengek minta dianter ke toilet. Bingo! Toiletnya lagi sepi. Sepertinya daripada buang air kecil atau besar, orang-orang lebih asyik maen hape mereka, atau berbelanja makanan yang ada di sekitaran area stasiun.

Dan saat tiba, dia nanya, "buruan kalo mau pipis. Gue tungguin di sini."

"Hah? Kata siapa gue mau pipis? Gue kan cuma minta dianterin ke toilet doang.."

"Lah terus mau ngapain kita di sini? Mengheningkan cipta?"

"Well..." aku menyiapkan diri, terutama tanganku. Lalu, kudengar dia mengaduh saat aku tetiba mencubit teteknya, "hanya sedikit pembalasan kecil," kataku masih tak melepaskan cubitanku dari teteknya.

"Ampun..." katanya meringis..

"Ampun? Ampun katamu? How if it's changed by a great kiss bye? Won't you?"

"Sure..." dia mengangguk pasrah.

Dan meskipun ga elegan, baiklah, kita berciuman cukup panas di toilet stasiun waktu itu. Sebuah ciuman perpisahan yang memabukkan. Atau seperti yang kubilang sebelumnya...

It's a great kiss bye.

Tubuhku Hanyut dalam Rengkuhannya (BxB) (Badboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang