Yash! Ngetik ini dari Senin, baru sekarang dong selesainya!
Aku nulis 3 hari untuk satu bab ini. Terkadang ... menulis bisa sesulit itu. Total sekitar 2.100 kata ya ...
Boleh kan kalau aku minta voting dan komennya dulu? :) Kalau gak bisa, ya udah maaf maksa maksa mulu buat vote :((( Aku cuma seneng aja kalau pada vote sama komen. Berasa dihargai banget usai mengusahakan diri untuk menulis. :))
Selamat membaca :))
***
Aku kembali ke kotaku bersama Mas Tram sesuai rencana. Lendra mengantarkan kami berdua, sembari membantu kami --lebih tepatnya aku--, mengangkat oleh olehku yang lebih banyak dari Mas Tram ke kereta. Lendra berpesan untuk minta bantuan supir nanti buat bawa barang barangku saat turun dari kereta. Namun Mas Tram langsung menghardik sebal. Seolah otot otot di tubuhnya itu tak berguna. Aku hanya ketawa.
Lendra memelukku erat saat hendak melepasku pergi. "Yah ... gak ada jatah nenen tiap malam lagi dong!" gumamnya namun aku yakin masih bisa kedengaran sama Mas Tram juga. Soalnya dia langsung memelototi Lendra.
"Weh ... Pak. Jangan marah marah mulu napa. Lu bakal kangen banget sama gua pasti. Ke sini aja, kalau kangen ya. Kabar kabarin."
"Gak bakal. Udah ah, bentar lagi mau berangkat nih kereta!"
"Iya, iya. Hati hati, Mas Bro. Jagain Dinan di sana pokoknya! Awas kalo lu bikin dia sakit. Gua langsung nyusul ke sana."
"Iye ... selama ini dia aman aman aja kok sama aku."
"Hmm ... andai gua satu kota sama lu, Nan. Gua pasti bisa lebih jagain elu dari si Mas Mas berotot ini."
"Eh ..." Mas Tram mau kembali membalas ucapan Lendra, namun aku sudah buru buru menyela.
"Udah, udah. Jangan bertengkar terus. Ntar saling sayang lho!" Aku terkikik geli, sejenak membayangkan skenario jika mereka berdua bersama. "Tenang aja, Dra. Aku bisa jaga diri aku sendiri kok. Selama ini sudah begitu. And ... forever will be."
"Iya, iya. Gue percaya sama lo. Tapi tolong, jangan terlalu mikirin lagi tentang Mas Abbi ya. Kalau ingatan tentang dia terasa sangat menyakiti, lebih baik lo berusaha agar tak menyakiti diri sendiri."
"Iya, Dra ..."
"Dan satu lagi. Gue tunggu lu upload semua konten konten yang udah kita bikin. Gua mau tahu progress lu."
"Oke, Dra. Sekali lagi thanks ya, buat semua pelajarannya. Berkabar kalau kamu mau main ke tempatku."
"Pasti! Kalau kangen, gua bakal langsung pesen tiket kok."
Aku mengangguk tersenyum lebar. Lalu ada pemberitahuan kereta yang kutumpangi bakal berangkat dalam lima menit. Aku berjabat tangan dengan Lendra lalu melambaikan tangan. Dia juga berjabat tangan dengan Mas Tram.
Habis itu dia melangkah pergi, turun dari kereta. Dan sejak kepergian dia, aku tidak pernah merasa kosong seperti ini sebelumnya. Pertemuan dengan Lendra, dan hari hari yang kulewati bersamanya, berhasil memberikanku ingatan dan kenangan yang baik.
Rasanya seperti kehilangan orang baik dalam hidup dan berharap segala sesuatunya hanya mimpi.
***
Mas Tram benar benar mengantarkanku sampai rumah. Dia membantu membawakan barang dan memastikan segala sesuatu yang kubutuhkan terpenuhi. Dia bahkan memesankanku makanan kesukaan secara daring, upaya memastikan perutku terisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tubuhku Hanyut dalam Rengkuhannya (BxB) (Badboy)
Teen FictionAku belajar ini semenjak umur belasan. Menjual tubuh kepada para lelaki yang menginginkan, ternyata lebih ada gunanya.