Chapter 17

7.3K 1K 33
                                    

Jennie POV

"Jangan tutup teleponnya, Jennie. Jadi, aku akan tahu jika kamu membutuhkan sesuatu." Lisa berbicara dengan suara mengantuknya.

"Kamu yakin?" Aku bertanya padanya.

"Hmmm. Selamat malam, little bean dan Mommy." Lisa bergumam. Setelah beberapa menit, aku mendengar dengkuran lembut di saluran lain.

Mommy. Aku tersenyum.

Aku bertanya-tanya bagaimana dia mengikuti amukan, kemanjaan, dan kegilaanku yang diproduksi oleh hormonku setiap hari. Aku tahu bahwa ada saat-saat dia kelelahan tetapi dia tidak akan membiarkanku merasakan atau melihatnya. Dia selalu menemukan waktu untukku. Bahkan jika kami berada di kantor. Dia selalu manis dan perhatian. Dan sedikit pervert.

Aku membelai perutku.

"Kamu adalah salah satu bayi yang beruntung. Kamu memiliki Dada seperti Lisa." Aku tersenyum dan berbisik.

-----

"Lisa!" Aku bangun dengan berkeringat dan aku segera menelepon Lisa. Panggilan kami masih aktif.

"Hmmm." Lisa bergumam.

"Aku s-shit... Akan.. P-Perutku sakit." Aku memegang perutku. Aku merasakan dorongan untuk muntah.

"Oh! Ya ampun! Tunggu! Aku akan berada disana! Tunggu aku!"

"Jen?"

"Jen?"

Aku tidak sempat menjawab Lisa saat aku berlari menuju kamar mandi. Aku berkeringat dan benar-benar gemetar. Aku tetap seperti itu selama 10 menit, mencoba menenangkan diri.

Lalu aku mendengar suara mobil menepi di luar.

Sementara keinginan menjadi tidak tertahankan. Aku merasakan tubuhku mulai berkeringat dingin.

"Jennie?" Lisa memanggilku tapi aku tidak bisa bicara. Pintu kamar mandi terbuka.

"Hei" Lisa berdiri di sampingku dan menggosok punggungku.

Aku mual lagi dan aku memuntahkan semuanya. Lisa terus menggosok punggungku saat aku memuntahkannya lagi.

Setelah semua itu, dia membantuku mencuci mulutku kemudian mengantarku ke tempat tidur.

"Merasa lebih baik?"Dia bertanya dengan khawatir.

Aku mengangguk. Aku mengistirahatkan kepalaku di headboard. Aku mengernyitkan alisku saat melihat wajah Lisa. Aku merasa jengkel.

Dan aku tidak memperhatikan bahwa dia hanya mengenakan boxer dan sport bra.

"Hei, jangan menatapku seperti itu. Aku buru-buru, oke?" Dia tertawa.

"Setidaknya kamu bisa memakai sesuatu." Aku memutar mataku. Kenapa wajah Lisa sangat menyebalkan sekarang.

"Aku tahu. Tidurlah. Aku akan pergi saat kamu tidur." Dia tersenyum dan duduk di tempat tidur. Aroma Lisa melekat di hidungku dan aku menyukainya.

Shit! Mengapa aku mendambakan baunya sekarang. Wajahnya menyebalkan tapi baunya aku suka. Little bean. Please. Jangan buat Momny susah.

Dia berdiri untuk mengambil sesuatu. Ya Tuhan, tidak. Jangan pergi. Aku memegang lengannya.

"Jennie?" Dia berbalik.

"Lisa." Aku cemberut.

"Aku di sini. Aku akan mencuci tangan." Dia berkata.

Aku menggelengkan kepalaku.

"S-Stay A-Aku--"Astaga aku akan menangis lagi. Aku ingin mencium baunya.

"Oh, tidak. Hei. Aku di sini." Dia duduk lagi.

"B-bisakah kamu tinggal? Di sampingku. Tapi jangan tunjukkan wajahmu." Aku tahu itu aneh. Ya ampun. Aku bingung lagi.

Lisa tidak berbicara dan hanya menatapku dengan wajah yang menjengkelkan.

"Jangan menatapku. Aku tidak suka wajahmu!" Aku mulai jengkel.

"Astaga, Jennie." Dia menoleh.

"Tidur di sampingku. Tutupi wajahmu." Aku sangat suka baunya.

"Apakah kamu yakin?" Dia bertanya.

"Apakah aku perlu mengulanginya lagi?" Suaraku semakin tinggi.

"Tidak. Ya Tuhan. Kamu menakutkan." Lisa masih tidak menatapku.

Dia berbaring dan memposisikan dirinya untuk tidur.

"Selamat malam little bean dan Mommy." Dia menatapku lagi dan aku melemparkan bantal ke wajahnya.

"Ouch! Aku hanya mengucapkan selamat malam!"

"Maaf aku kesal melihat wajahmu. Astaga. A-aku... Lisa--" Aku terisak lagi.

"Ya Tuhan. Jangan menangis." Dia dengan cepat menutupi wajahnya dengan bantal. "Lihat, senang?"

Lalu aku mulai tertawa lagi. Aku juga mendengarnya tertawa.

"Diam sekarang, dan tidur. Aku di sini." Dia membelai rambutku.

"Terima kasih." Gumamku dan tidur dipenuhi dengan aroma Lisa.

-----

Aku bangun dengan Lisa di depanku. Ini masih hari kerja jadi kami harus berada di kantor hari ini. Dia masih tidur dengan bantal menutupi wajahnya.

"Lisa bangun, kita akan terlambat." Aku menyenggolnya.

Dia akan mengambil bantal dari wajahnya ketika aku menekannya di wajahnya. Aku sangat membenci wajahnya sekarang. Aku mungkin akan muntah lagi.

"Jennie aku tidak bisa bernafas" Dia menepuk tempat tidurku.

"Shoot, maaf!!!" Aku segera melepaskan tanganku dan aku berlari ke kamar mandi agar aku tidak melihat wajahnya.

"Kamu pulanglah. Cepat! Sampai jumpa di kantor. Terima kasih tadi malam. Aku benar-benar minta maaf." Teriakku.

"Hahaha. Hmmm kamu sekarang membenci wajahku tapi kamu seperti kitten mengendusku tadi malam." Lisa menggodaku di luar pintu kamar mandiku.

Apakah aku secara tidak sadar mengendusnya? Ini sangat memalukan.

"Tidak mungkin! Cepat pergi sekarang!" Aku berteriak lagi.

"Aku akan memakai masker nanti. Jangan khawatir aku akan menggosok badanku sampai bersih dan mandi ekstra hari ini." Dia berkata menggodaku.

"Aku membencimu!" Aku melemparkan sikat gigiku ke pintu.

"Sampai jumpa lagi, little bean." Dia berkata sambil tertawa.

Tuhan. Dia sangat menyebalkan. Tapi sekarang aku merindukan bagaimana baunya.






.
.
Seventeen.
To be continued

Baby Mommy || JenlisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang