Jennie POV
Beberapa minggu ini Lisa telah menunjukkan kepadaku cara menjadi AVP berjalan dengan lancar. Dia melakukannya dengan cara yang sangat profesional. Dia tidak membiarkan masa lalu kami atau masalah dalam kehidupan pribadi kami mengganggu pekerjaan kami terlihat dari cara dia memperlakukanku. Stafnya mencintainya. Well, beberapa dari mereka benar-benar mencintainya. Ini seperti berada di universitas lagi di mana gadis-gadis tidak bisa berhenti meliriknya. Siapa yang bisa menyalahkan mereka bahkan aku terkadang mendapati diriku memperhatikannya. Sikapnya yang ramah dan senyumnya yang sangat menular adalah yang diinginkan para gadis. Aku hampir memutar bola mataku ketika salah satu stafku hampir mencoba dengan sengaja menabrakan dirinya hanya untuk memeluk Lisa.
Well, baiklah. Dia tidak mengungkit masalah Baby Mommy lagi setelah sebelumnya dia meminta maaf di hari pertamaku bekerja. Dia terkadang mengajakku sarapan atau makan siang hanya untuk mengajakku berkeliling.
Tidak ada hal lain selain itu. Aku kadang-kadang merasa bahwa dia menjauhkan diri dariku yang menurutku adil untuk kami berdua.
Aku sedang menunggu Lisa di sini di kantorku untuk datang dan menjemputku untuk makan siang yang selalu dia lakukan. Sudah lewat jam 12 siang dan dia masih belum datang. Aku kelaparan dan memutuskan untuk mengambil kesempatan untuk mengundangnya kali ini untuk makan siang.
Aku mengetuk pintunya.
"Masuk." Aku mendengar Lisa di seberang sana. Aku membuka pintu dan melihat seseorang di dalam selain dia.
"Hi, Jennie. Hei, maaf tidak bisa menemanimu makan siang. Aku baru saja menyelesaikan pertemuanku dengan Somi." Lisa tersenyum padaku dan aku hanya mengangguk.
"Somi ini Jennie Kim. AVP Departemen Pajak. Jennie ini Somi, putri CEO." Lisa dengan sopan memperkenalkanku kepada seorang wanita yang tampak lebih muda. Yang dalam kesan pertamaku bahwa dia naksir Lisa dilihat dari cara dia menatapnya.
Aku mengulurkan tanganku dan dia menerimanya sambil tersenyum.
"Hai. Aku Jennie. Maaf jika aku mengganggu pertemuanmu. Senang bertemu denganmu. Lebih baik aku pergi."
"Hei, tidak. Ini bukan pertemuan formal. Lisa telah membantuku dalam ujian pengacaraku yang akan datang. Meminta beberapa petunjuk dan sebagainya. Apakah kau pacarnya?" Somi bertanya dengan ingin tahu.
"Ehmm." Aku idak bisa mengatakan bahwa aku mantannya, kan?
"Dia teman baikku, Somi. Dia sebenarnya teman sekelasku saat kuliah." Lisa untuk menyelamatkanku.
Pacar di kampus!
"Kami juga lulus bersama." Lisa tersenyum padaku.
Tunangannya waktu itu!
"Aku mengerti. Aku harus pergi Lisa, Jennie." Somi mengambil tasnya. "Kita masih bisa hangout akhir pekan ini?" Somi mencium pipi Lisa.
Lisa terlihat memerah, "Ahhm ahh ya. Nanti aku kabari."
"Baiklah, sampaikan salamku ke seluruh staff!" Dia mencium Lisa lagi. "Senang bertemu denganmu, Jennie." Dia tersenyum padaku dan menutup pintu.
Lisa hanya menatapku sambil menggigit bibirnya. Aku ingat, itu adalah wajah ketika mengatakan maaf secara tidak langsung kepadaku ketika seseorang mengambil keuntungan darinya atau terjebak dalam momen canggung. Dia menggaruk tengkuknya dengan gugup.
"Apakah kamu lapar? Aku akan membawamu ke tempat favoritmu." Dia tersenyum padaku dengan malu-malu.
Mataku berbinar. "Subway?"
Dia mengangguk penuh dengan senyum.
-----
Sisa hari berlalu sebagaimana mestinya. Aku pulang lebih awal karena Ibuku mengatakan dia akan menyiapkan makan malam untuk kami. Aku memasuki rumah kami dan mencium aroma hidangan favoritku.
"Mom?" Aku memanggilnya dan melanjutkan ke dapur. Aku memeluknya dari belakang.
"Hmmm seseorang mengalami hari yang sempurna lagi. Sudah selama dua minggu sekarang." Dia menggodaku.
"Heeey! Aku hanya merindukanmu." Aku mencium pipinya.
"Merindukanku atau seseorang membuatmu hari ini tersenyum lagi dan lagi dan lagi?" Dia berbalik menghadapku.
Aku tersenyum dan duduk di ruang makan. Aku berusaha menyembunyikan wajahku yang memerah.
"Itu hanya karena semuanya baik-baik saja di kantor sekarang." Aku memberitahunya.
Ibuku hanya mengangguk dan seringai tertulis di seluruh wajahnya.
Kami berbicara tentang bagaimana hariku dan dia. Bagaimana Lisa menunjukkan kepadaku hal-hal yang perlu dilakukan. Dia membawaku ke restoran dan sebagainya. Dan hal-hal lain.
"Yang kudengar hanyalah nama menantu perempuanku." Ibuku tidak berhenti menggodaku.
"Mom! Aku bekerja dengannya, oke?" Aku menggelengkan kepalaku.
Aku sangat ingin memberitahunya tentang apa yang dikatakan Chu padaku. Aku hampir mempertimbangkan tawaran mereka setelah semua penilaian yang aku buat untuk diriku sendiri.
"Mom, apakah kamu siap untuk memiliki cucu?" Aku tiba-tiba mengucapkan itu membuat Ibuku tersedak supnya.
"A-apa?" Dia terus batuk dan aku memberinya segelas air.
"Apakah istri Kai sudah hamil?" Dia bertanya lagi.
"Tidak, bukan Oppa." Aku duduk di sampingnya.
"Denganku Mom." Aku melihat mata Ibuku melebar karena terkejut.
"Jennie apa kanu hamil??" Ibu memegang perutku dan aku tertawa.
"Belum. Tapi kupikir aku ingin punya anak" Aku menatapnya serius.
"Dengan siapa?" Matanya masih melebar.
"Lisa."
Aku pikir bola matanya akan keluar dalam waktu dekat.
"Jennie! Tunggu! Apa kalian kembali bersama lagi??"
Aku mulai menceritakan kejadian makan malam yang kami alami dan menceritakan semuanya padanya.
"Jennie, aku ingin kamu memperbaiki keadaan. Tapi tidak dengan cara itu. Aku sepenuhnya percaya pada kalian berdua bahwa kalian akan membesarkan anak kalian dengan baik. Tapi bagaimana dengan kalian berdua. Kalian akan terjebak dalam situasi yang tidak bisa dihindari. Jennie, aku percaya kamu dan Lisa. Aku tahu kamu ingin menebusnya, tapi apa kamu yakin?" Ibuku mengalami kesulitan mencerna semua hal yang aku katakan.
"Mom, Lisa belum tahu bahwa aku sedang mempertimbangkan untuk menjadi Ibu bayinya. Dan itu bukan hanya untuk menebusnya. Aku juga ingin punya anak. Seperti yang kamu katakan, kamu percaya Lisa. Aku juga. Kami mungkin tidak berakhir bersama, tapi setidaknya kami akan berbagi sesuatu yang akan kami hargai bersama selama sisa hidup kami. Plus! Kamu akan memiliki Jennie kecil yang lucu untuk dirimu sendiri."
"Jennie, kamu berusia 30 tahun dan memiliki otak yang berfungsi sebagai orang dewasa. Aku tidak akan ikut campur. Hanya..." Dia menghela nafas. "Aku tidak ingin kalian berdua terluka lagi. Dan jika ini benar-benar keputusanmu, kali ini perbaiki jika kamu bisa. Aku tahu Lisa masih satu-satunya orang yang memegang hatimu yang pilih-pilih itu."
Aku terkekeh.
"Aku mencintaimu Mom!"
.
.
Seven.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Mommy || Jenlisa
RandomJenlisa Cerita ini adalah terjemahan dari "Baby Mommy" yang di tulis oleh @dorky_butt