Chapter 21

132 14 13
                                    

.

.

Hanbin memijat ringan batang hidungnya sambil menjatuhkan punggung pada sandaran sofa. Lelaki itu membuang nafas berat sekali lagi, sejak awal Jinhwan memperhatikannya diam-diam.

"Istirahat dulu sana, lo kan belum tidur dari semalem"

Ujar pria mungil itu.

"Gimana gue bisa tidur, kalo masalah ini aja belum nemu titik terangnya"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana gue bisa tidur, kalo masalah ini aja belum nemu titik terangnya"

"..."

Jinhwan tidak berkomentar apa-apa lagi setelah itu. Ia mengerti hal seperti ini pasti sangat membebani Hanbin karena muncul ditengah-tengah masa pembangunan. Sebenarnya Hanbin ataupun perusahaan konstruksinya tidak memiliki sangkut-paut dalam masalah ini, karena yang menyebabkan para pemilik wisma disekitar area pembangunan melakukan aksi demo secara besar-besaran adalah Mr. Choi sendiri.

Para pemilik wisma merasa telah ditipu secara tidak langsung oleh orang-orang yang diutus oleh Mr. Choi sebelum pembangunan hotel dilakukan. Mereka mengatakan kalau diatas tanah ini akan dibangun sebuah motel tradisional untuk turis mancanegara, akan tetapi setelah melihat pembangunannya mulai berjalan, para pemilik wisma baru mengetahui kalau sebenarnya yang sedang coba didirikan disini adalah sebuah hotel mewah berfasilitas bintang lima.

Hanbin tidak ingin kalau reputasi 131 Tower rusak dikemudian hari karena terseret masalah ini, maka dari itu ia selaku penanggung jawab pembangunan hotel akan ikut membantu sebisa mungkin untuk segera menyelesaikan masalah yang terjadi disini.

~ting tong!

Suara bel dari pintu utama berbunyi dua kali. Hanbin dan Jinhwan yang saat itu memang sedang berada diruang tengah serentak menoleh kearah yang sama.

Namun sebelum satu dari kedua orang itu bangkit dari sofa, Bobby yang datang dari arah pantry telah lebih dulu melangkah menuju pintu. Sambil membawa tiga kaleng bir ditangannya, ia sersua.

"Santai, gue aja yang buka pintunya"

Tak lama kemudian Bobby pun kembali bersama dengan seorang tamu disampingnya.

"Halo semuanya~"

Sapa gadis itu ramah seperti biasa.

"Yeri"

Jinhwan menyeru.

"—silahkan duduk"

"Makasih"

Dengan senyum mengembang, Yeri lalu mengambil tempat disisi sofa yang kosong –tepat disamping Hanbin, tanpa sungkan.

"—maaf kalo kedatangan saya mengganggu. Saya kesini cuma mau antar berkas titipan Om untuk Pak Kim"

Gadis itu mengeluarkan sebuah map cokelat dari dalam tas, yang kemudian ia serahkan pada Hanbin.

"—kemungkinan Om baru sampai disini besok pagi"

Semua tau kalau saat ini Mr. Choi memang sedang ada urusan bisnis di Dubai, hal itu juga yang membuat Hanbin jadi harus terburu-buru terbang ke Jeju untuk membantu Jinhwan dan Bobby meredam sedikit masalah ini.

"—kalian gak perlu terlalu khawatir, Yeri yakin kalau Om Choi pasti akan segera menyelesaikan masalah ini"

Mungkin itu terdengar seperti hembusan angin segar ditengah-tengah kekacauan ini, namun sepertinya tidak cukup berlaku bagi Hanbin. Lelaki itu masih belum bisa tenang kalau masalah ini belum benar-benar terselesaikan.

"Pak Kim keliatan kurang tidur, pasti karena mikirin masalah ini ya?"

Hanbin tidak menjawab apa-apa, begitu juga dengan Jinhwan dan Bobby yang sudah saling berpandangan.

Tiba-tiba saja suasana menjadi canggung setelah Yeri menunjukan perhatian khusus itu.

"Oh ya! sampai lupa, kamu mau minum apa Yeri?"

Bobby merasa kalau ia harus menjadi orang pertama yang mengakhiri ketidaknyamanan diantara mereka saat ini.

"Apa aja"

"Oke, tunggu sebentar ya"

Setelah itu Bobby pun melenggang pergi dari sana bersama dengan senyum gigi kelincinya.

"Kamu udah makan siang, Yer?"

Tanya Jinhwan memecah keheningan.

"Eum~ belum"

"Mau ikut makan siang bareng gak? kebetulan kita juga belum pada makan nih"

"Apa gak masalah kalo saya ikut gabung?"

"Ya enggak lah"

Menyudahi acara basa-basinya, Yeri pun mengangguk setuju.

Bobby yang baru kembali dari pantry tak sengaja mendengar percakapan itu. Diam-diam ia mengintip reaksi Hanbin saat meletakan gelas minuman untuk Yeri diatas meja.

"Mau makan dimana kita?"

Tanya Bobby pada Jinhwan.

"Tempat biasa aja kali ya" jawabnya sambil bangkit dari sofa. "—gimana?"

"Gue sih dimana aja bebas, yang penting kenyang"

Lagi-lagi tawa Bobby yang mencairkan suasana, karena sejak tadi Hanbin tidak memberikan respon apa-apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagi-lagi tawa Bobby yang mencairkan suasana, karena sejak tadi Hanbin tidak memberikan respon apa-apa.

"Kalian duluan aja, nanti gue nyusul"

Itu kalimat terakhir yang Hanbin ucapkan sebelum akhrinya ia beranjak dari sana. Punggungnya menghilang dibalik pintu kamar yang tertutup, menyisakan suara gema.

Untuk sejenak semuanya diam, sampai kemudian Jinhwan berujar.

Untuk sejenak semuanya diam, sampai kemudian Jinhwan berujar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mood-nya lagi kurang baik, jadi harap dimaklum ya"

Yeri mengangguk kecil, membuat pandangannya langsung terputus dari pintu kamar Hanbin saat itu juga.

.

.


Yah sepi, dahal udah double update huhuu (T_T)

HOLO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang