.
.
Hanbin langsung turun dari mobil tanpa menghiraukan sedikitpun pesan yang masuk pada kotak email-nya saat itu. Bagi dia menemui Hayi dirasa jauh lebih penting daripada berbasa-basi dengan seorang wanita asing.
Memasuki bangunan toko, Hanbin dapat melihat Hayi disana. Wanita itu tengah berdiri sambil berbincang dengan seorang lelaki bertubuh tinggi didepan rak-rak pakaian yang tersusun rapi. Mendapati hal tersebut seketika membuat suasana hatinya menjadi kurang baik. Asal tau saja, Hanbin ini adalah tipe orang yang sangat over protectif atas segala sesuatu yang menjadi miliknya.
Dengan langkah besar Hanbin pun segera menghampiri Hayi dan langsung memberikan wanita itu sebuah kecupan singkat dibibirnya. Hayi yang awalnya menyambut kehadiran sang kekasih dengan senyum hangat kini jadi diam terkikuk akibat gerakan monopolinya yang tiba-tiba.
Namun karena Hayi sadar tidak ingin membuat suasana canggung ini berkepanjangan, maka dengan tawa kakunya ia mencoba untuk membuka pembicaraan kembali dengan mulai memperkenalkan kedua laki-laki itu.
"Bin, ini Joon Hong. Dia temen aku waktu di SMA dulu"
"..."
"—dan Hong, ini Hanbin. He's my boyfriend"
Joon Hong memulainya lebih dulu. Lelaki itu mengulurkan tangan yang kemudian akhirnya dijabat oleh Hanbin setelah itu.
Tak berlangsung lama, karena tautan mereka terlepas tepat saat Hanbin bertanya pada Hayi apakah wanita itu sudah makan siang atau belum saat ini.
"Tadi sih Joon Hong sekalian bawain makan siang juga buat kita semuanya disini"
"Yang aku tanya itu kamu udah makan siang atau belum sekarang? untuk cerita lainnya, aku kurang tertarik"
Melihat ketidaksukaan Hanbin yang begitu terang-terangan membuatnya jadi sedikit merasa tidak enak hati terhadap Joon Hong.
Memilih jujur, Hayi akhirnya menggelengkan kepalanya lemah sebagai jawaban.
"Udah jamnya makan siang, kita makan diluar aja kalo gitu"
Hayi menggigit bibir bawahnya samar. Saat ini Joon Hong jelas masih berdiri dihadapan mereka, akan sangat canggung apabila ia pergi meninggalkannya begitu saja.
"Hong, gimana kalo lo juga ikut makan siang bareng kita?"
Hanbin mengernyitkan dahi. Tentu saja bukan ini yang ia harapkan.
"Kayanya lain kali aja deh, Hay. Lagipula gue juga udah nemu nih baju yang cocok buat keponakan gue. Thanks banget ya buat hari ini"
Hayi tersenyum kecut. Lain kali ia akan memperlakukan Joon Hong dengan lebih baik saat mereka bertemu kembali.
"Gue yang harusnya bilang makasih, lo udah mau repot-repot mampir kesini. Sorry ya gue gak bisa nemenin lo sampai selesai"
Selepas Joon Hong tersenyum dan mengangguk kecil, Hayi secara eksklusif meminta Suhyun untuk membantu Joon Hong menyelesaikan urusannya disini –membungkuskan hadiah yang sudah dipilihnya.
.
Hanbin terus diam bahkan saat mereka sudah naik ke mobil. Hayi yang menangkap hal itu lantas berusaha mencari cara untuk mencairkan atmosfer dingin diantara mereka. Ia tidak ingin semuanya menjadi lebih rumit lagi kedepannya.
"Kamu kok tumben sih gak nelepon aku dulu kalo mau ngajak makan siang. Misalkan tadi aku udah makan duluan, gimana?"
"Ya aku balik lagi aja ke kantor"
"Loh kok gitu?"
"Hay?"
Hanbin tiba-tiba menatap Hayi dengan intens. Seolah meminta wanita itu hanya menatapnya saja saat ini.
"—aku gak suka ya ada orang lain yang natap kamu kaya gitu"
Hayi tak bisa berkata-kata. Tetapi ia yakin sekali kalau orang lain yang Hanbin maksud itu pasti adalah Joon Hong.
Sedikitpun ia tidak pernah bercerita pada Hanbin tentang desas-desus yang beredar semasa ia di SMA bersama Joon Hong dulu. Namun, melihat Hanbin yang dapat dengan mudah membaca arti tatapan Joon Hong padanya saat ini membuat Hayi jadi berfikir kembali tentang kebenaran akan desas-desus itu dimasa lalu. Apakah sejelas itu Joon Hong menyukainya?
.
Setelah beberapa saat memberikan penjelasan yang cukup masuk akal, Hayi akhirnya berhasil meyakinkan Hanbin kalau diantara dirinya dan pengacara muda Choi itu tidak pernah ada hubungan apa-apa. Mereka hanya berteman –setidaknya begitulah Hayi menganggapnya selama ini.
Memutuskan untuk makan di restoran Jepang yang letaknya tidak terlalu jauh dari Hi-Collection, Hayi dan Hanbin akhirnya mengisi perut mereka disana.
"Oh iya, Bin. Aku belum cerita ke kamu ya kalo sebentar lagi Hannah mau nikah"
Ujar wanita itu dengan senyum lebar terhias diwajahnya.
"Belum"
Hanbin menggeleng kecil, memperkuat kebohongannya.
"Resepsinya akhir bulan ini"
"..."
"—dan aku sama Suhyun diminta buat jadi bridesmaid-nya"
"..."
"—tau gak sih? aku tuh deg-degan banget waktu Hannah minta aku buat jadi pengiringnya"
"..."
"—ngebayangin ikut jalan ke altar aja udah bisa bikin aku sebahagia itu. Gimana ya kalo suatu hari nanti aku yang ada diposisi Hannah?"
Senyum ringan itu seketika sirna saat Hayi sadar kalau apa yang ia bicarakan kali ini sudah melebar terlalu jauh.
"Hayi, –aku nyaman kita kaya gini"
Ucap Hanbin pelan sambil meraih satu tangan Hayi dan menggenggamnya.
Mata mereka saling menatap, namun dengan arti yang berbeda. Hayi yang melempar penuh harap, tetapi Hanbin enggan menangkap.
"A-aku ke toilet sebentar"
Wanita itu menahan sesuatu. Setelah mendengar ucapan Hanbin tadi, entah mengapa seketika ingatan tentang ucapan sang ibu jadi sedikit mengusik hatinya.
.
.
Holo ^^
lanjut...?
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLO [END]
Romanzi rosa / ChickLit"Saat kau tak lagi ragu, maka genggamlah tanganku dan ikat aku" -Lee Hayi ... "Jika saja ikatan itu tak terlalu tabu, mungkin aku akan berhenti meragu" -Kim Hanbin . . . ❤ BiHi Story ❤ [Telah selesai pada tgl 10/06/22]