Chapter 23

86 16 12
                                    

.

.

Sudah tiga kali Hayi terbangun dari tidurnya malam itu. Rasa nyeri tak berkesudahan yang ia rasakan pada perutnya membuat wanita mungil itu terpaksa harus terjaga sendirian. Hayi tau kalau ini adalah hal wajar yang biasa terjadi pada trimester pertama masa kehamilan. Namun karena ia harus melawatinya seorang diri, agaknya masa-masa ini jadi terasa sedikit lebih menyulitkan.

Berbagai cara sudah Hayi lakukan untuk meredam rasa ketidaknyamanan itu. Mulai dari meminum segelas air hangat, berjalan-jalan kecil, sampai dengan mengompres perutnya dengan hot water bag, akan tetapi rasa nyeri itu masih belum mau hilang juga.

Hingga akhirnya Hayi pun menyerah. Rasa kantuk dan lelahnya tak mau mengalah. Waktu telah menunjukan pukul empat pagi ketika ia mulai menyandarkan diri, duduk tertidur dengan bantal yang mengganjal diantara dipunggungnya dan punggung ranjang.

.

Tanpa mengabari terlebih dahulu Hanbin rupanya kembali dari Jeju pagi itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa mengabari terlebih dahulu Hanbin rupanya kembali dari Jeju pagi itu. Berbekal raut lelah diwajah tegasnya, lelaki itu seraya bergegas menuju ruang peristirahatan. Ia ingin segera membaringkan diri diatas ranjangnya, menghirup aroma khas disana sambil memeluk wanitanya.

Namun betapa terkejutnya ia ketika daun pintu dihadapannya terbuka, memperlihatkan satu pemandangan yang tak biasa didalam sana.

"Hayi?"

Hanbin melangkah cepat menghampiri sang kekasih yang kala itu masih terpejam dalam posisi duduknya.

"-kenapa dia tidur kaya gini sih? apa gak sakit punggungnya?"

Hayi tertidur lelap sekali, bahkan wanita mungil itu tak merasa terusik sedikitpun ketika Hanbin mengelus puncak kepalanya dan memberi satu kecupan ringan disana.

Lelaki itu tersenyum pilu sambil beringsut naik keatas ranjang, kemudian ikut bersandar disamping Hayi.

Ketika Hanbin hendak memeluk perut wanita itu ia menemukan sebuah hot water bag tersimpan dibawah selimutnya, yang lantas membuat ia menerka kalau keadaan Hayi saat ini tidak sedang baik-baik saja.

"Hay~"

Dengan lembut Hanbin mencoba untuk membangunkan Hayi dari tidurnya. Jika diperhatikan kembali bibir wanita itu memang terlihat lebih pucat dari biasanya, dan itu semakin memperkuat dugaan Hanbin.

Hayi membuka kedua matanya dengan sangat lemah. Ia merasa baru saja bisa benar-benar tertidur nyenyak sesaat lalu, dan sekarang ia sudah harus terbangun kembali karena kelancangan seseorang.

Tanpa sadar Hayi tiba-tiba menangis, entah untuk alasan apa.

Samar, wajah Hanbin nampak buram dalam pengelihatannya. Namun itu sama sekali tidak mengurangi sedikitpun kehangatan dari dekapan yang lelaki itu berikan selagi ia menenangkan Hayi.

HOLO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang