Chapter 4

150 15 10
                                    

.

.

Hayi memasuki rumah bernuansa putih itu dengan langkah besar, seolah ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan seseorang yang tinggal didalam sana.

"Mah?! kali ini apa lagi sih yang mamah bilang ke Hanbin?"

Tanya wanita itu pada Bom –ibunya, orang yang memang ia cari sejak pertama kali melangkah masuk kedalam rumah ini.

"Kamu baru dateng, sini duduk dulu"

"Mah—"

"Mau mamah buatin teh anget?"

Hayi membuang satu nafas berat. Sikap sang ibu yang nampak tak acuh saat ini malah membuat ia merasa agak sedih.

"Mamah!"

"Kenapa?" menatap Hayi dengan sorot mata tegas, Bom akhirnya mengakhiri acara basa-basi itu. "—mamah cuma nanya kapan dia mau ngelamar kamu! apa mamah salah?"

"..."

"—Hayi, kamu ini putri mamah satu-satunya, dan sekarang usia kamu udah 27 tahun. Mau sampai kapan kamu ngejalin hubungan yang gak jelas tujuannya itu? kalo Hanbin emang berniat serius sama kamu, harusnya dia udah ngelamar kamu dari dulu"

"Ini gak sesederhana yang mamah kira"

"Oh! kamu mau ngebelain dia lagi dengan alasan yang sama, iya?"

"Mah... tolong mamah ngertiin sedikit keadaan Hanbin"

Bukan sekali dua kali Hayi menjadi tameng untuk Hanbin dihadapan ibunya. Bagi Hayi ini adalah pilihan yang sangat sulit. Antara mengikuti kekasih hati atau keinginan ibunya sendiri, ia sungguh tak bisa menetapkan keputusan.

Hayi sangat mengenal Hanbin dengan segala luka yang telah membentuk kepribadian lelaki itu sekarang. Bagaimana ia bisa tumbuh menjadi orang yang memiliki persepsi skeptis tentang sebuah pernikahan. Bagi Hanbin sebuah pernikahan hanyalah selembar perjanjian tabu hitam diatas putih yang tidak ia butuhkan selagi mereka saling mencintai.

~

Saat itu usia Hanbin baru 10 tahun saat ayah dan ibunya resmi bercerai. Pernikahan bisnis yang tidak didasari oleh rasa cinta itu mulai terlihat jelas kepalsuannya dimata Hanbin. Anak sekecil itu harus menghadapi kenyataan pahit yang tidak seharusnya menyeret ia kedalamnya. Dan sejak saat itu pula rumah bukan lagi tempat baginya untuk pulang. Hanbin kecil mulai membenci suasana itu.

Hanbin sebenarnya adalah anak yang pintar disekolah. Namun karena perceraian kedua orang tuanya, ia sempat hampir menyerah pada masa depannya. Sampai pada akhirnya kakak laki-laki Ji Yong –ayah Hanbin, yang bernama Seon Woong membawa Hanbin tinggal bersamanya ke Amerika. Membesarkan anak itu dengan kasih sayang yang tidak ia dapatkan dari kedua orang tuanya, Hanbin pun memulai hidupnya yang baru.

~

"Hayi, mamah ngelakuin ini semua karena mamah sayang sama kamu. Mamah cuma gak mau apa yang terjadi sama mamah dimasa lalu terulang lagi" Bom memeluk Hayi sambil menitihkan air matanya. "—mamah gak akan sanggup kalo sampai harus ngeliat kamu menderita gara-gara satu laki-laki"

Hayi terenyuh, ia pun lantas membalas pelukan hangat itu.

"Mah, Hayi yakin kalo Hanbin dan Dia itu berbeda"

Dulu sekali, Bom pernah bercerita tentang ayah kandung Hayi yang entah berada dimana saat ini. Mereka masih sama-sama muda kala keduanya tengah dimabuk asmara. Yang Hayi tau dari cerita sang ibu, Choi Seung Hyun adalah namanya. Lelaki itu menjalin kasih dengan Bom selama hampir tujuh tahun. Dengan kasus yang sama seperti Hayi dan Hanbin, Bom dan Seung Hyun pun juga tidak terikat dalam sebuah pernikahan yang sah –bahkan sampai detik ini. Alasannya klasik, karena Seung Hyun selalu bilang kalau ia sudah cukup merasa nyaman dengan hubungan mereka yang sekarang. Lantas untuk apa menikah?

Bom yang saat itu juga masih sangat muda rupanya begitu mudah untuk diperdaya. Cintanya pada lelaki itu telah membutakan matanya dari kenyataan yang ada. Hingga pada akhirnya Bom menemukan alasan yang sebenarnya, alasan Seung Hyun yang enggan menikahinya. Alasan itu tak lain adalah karena dia hanya ingin mempermainkan Bom dan memperalatnya saja, untuk memuaskan diri dengan tubuhnya yang indah.

Bom yang terlanjur tau akan hal itu memilih untuk pergi dari tempat Seung Hyun. Melepas segala kemewahan yang diberikan oleh laki-laki itu dan memulai hidupnya yang baru. Namun penyesalan selalu datang terlambat. Bom yang telah meninggalkan kota baru menyadari kalau ternyata dirinya tengah mengandung anak Seung Hyun.

Hayi kecil terlahir tanpa mengenal sosok ayah. Kendati demikian, Bom sangat menyayangi bayi mungilnya tersebut. Membesarkan Hayi seorang diri membuat banyak hinaan yang Bom dapatkan dimasa lalu. Tidak apa baginya asalkan Hayi kecil tetap sehat dan akan hidup dengan baik dimasa depan. Hanya itu yang ia harapkan.

.

.

"Kamu udah pulang?"

Tanya laki-laki diseberang telepon itu untuk pertama kali.

"Iya, baru aja nyampe. Kamu pulang jam berapa nanti?"

"Belum tau, kayanya bakal lembur. Aku lagi ngegarap proyek baru soalnya. Dan yang punya agak rewel, jadi harus aku juga yang turun tangan"

"Ya udah, kamu jangan lupa makan kalo gitu"

"Iya, sayangku..."

Hayi menahan senyumannya, godaan ringan Hanbin selalu saja mampu membuat ia jadi salah tingkah.

"—kamu sendiri udah makan?"

"Udah tadi"

"Langsung istirahat aja ya, gak usah nungguin aku pulang?"

"Iya"

"Aku tutup dulu teleponnya"

Selepas Hayi bergumam, sambungan telepon itu langsung terputus. Ia yakin sekali kalau Hanbin benar-benar tidak akan pulang cepat malam ini.

.

.

Holo ^^

sorry ya telat, denger2 server si wattie lagi ada perbaikan ya? Jadi aku ragu chapter ini bisa ke up atau enggak. Syukur2 sih bisa ya hihiii...

HOLO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang