Chapter 15

155 11 24
                                    

.

.

June yang tadinya membantu Bobby memanggang daging, kini sudah beralih ketengah acara. Dengan membawa senyum lebarnya, lelaki bertubuh kekar itu meminta agar semua orang disana sejenak berfokus padanya. Ada hal penting yang ingin ia sampaikan malam ini. Terkhusus untuk Hannah, calon mempelai wanitanya.

Hayi yang menangkap gelagat June lantas mendorong bahu Hannah agar ia juga maju ketempat dimana kekasihnya itu berdiri. Sambil memberikan sebuah senyum jahil diakhir, Hayi berharap Hannah akan cukup mengerti arti dari dukungan yang coba Hayi berikan padanya saat itu.

June membuka speech-nya dengan sebuah dehaman kecil. Entah mengapa ia jadi merasa sedikit gugup sekarang.

"Sebelumnya gue mau ngucapin banyak terima kasih buat semuanya yang udah ngedukung hubungan gue sama Hannah sampai sejauh ini. Rasanya baru kemarin gue ketemu sama instruktur cantik ini ditempat gym" June meraih sebelah tangan Hannah, lalu menggenggamnya dalam hangat "-siapa sangka kalo malem ini kita bakal ngadain pesta lajang buat kenang-kenangan sebelum gue sama dia resmi jadi suami istri"

Hannah tersipu malu, tak kuasa menahan degupan jantungnya sendiri.

"Na, aku harap kedepannya aku akan cukup mampu buat ngebahagiain kamu ya"

Wanita itu mengangguk dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"-let's we grow old together, I love you Jang Hannah"

Dalam hitungan detik Hannah pun langsung menghambur kepelukan June, membuat yang lainnya bertepuk tangan dan bersorak menggoda mereka.

Manis sekali.

Sampai-sampai rasanya Hayi pun tak sanggup melepaskan pandangan dari sepasang kekasih yang tengah berbahagia itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sampai-sampai rasanya Hayi pun tak sanggup melepaskan pandangan dari sepasang kekasih yang tengah berbahagia itu. Ia merasa ikut terbawa suasana saat June memberikan pengakuannya pada Hannah tadi.

Sekelebat fikirannya berkelana, membawa ia pada bayang-bayang tabu. Andai saja Hanbin juga cukup berani untuk mengambil keputusan yang sama, ia pasti akan merasa jauh lebih bahagia.

Rupanya disisi lain, Hanbin yang berdiri tepat disamping Hayi menangkap raut sendu itu. Melihat Hayi tersenyum getir membuat hatinya terasa sakit. Ia tau sekali apa yang tengah Hayi fikirkan saat ini. Ia yakin kalau Hayi pasti juga ingin merasakan bagaimana berada diposisi Hannah suatu hari nanti.

Namun apa daya, Hanbin hanya bisa meminta maaf pada wanita itu karena sampai detik ini pun ia -masih belum mampu menjanjikan hal tersebut. Sebenarnya Hanbin juga tidak ingin mengecewakan Hayi. Terus menerus menempatkan wanita itu didalam ketidakpastian membuat ia selalu merasa bersalah. Hayi pantas bahagia, tetapi Hanbin sadar ia tidak bisa memberi lebih dari apa yang wanita itu harapkan. Ia juga merasa frustasi pada dirinya sendiri karena sampai saat ini bayang-bayang masa lalu itu masih terus menghantui.

HOLO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang