Chapter 22

139 16 14
                                    

.

.

Hanbin membaringkan tubuhnya diatas ranjang. Memandang kosong pada langit-langit kamar tanpa minat sedikitpun. Sebenarnya ia sudah sangat lelah saat ini, namun entah mengapa kedua matanya sulit sekali untuk dipejamkan.

Jelasnya ia merindukan rumah, tempat dimana ia bisa kembali tak peduli sejauh apapun kakinya melangkah. Tempat ternyaman yang tidak akan pernah ada duanya didunia. Layaknya hangat dekapan wanita itu, yang Hanbin rasa selalu mampu memberikannya ketenangan.

Sebuah senyum miris terangkat samar dibibir Hanbin. Karena begitu sibuknya mengurus masalah disini ia sampai tak sempat untuk menghubungi Hayi. Sejak kemarin ia belum mendengar suara candu milik wanita mungil itu, rasanya sangat rindu. Lalu tanpa banyak berpikir lagi Hanbin pun segera mencari nomor Hayi didaftar kontak, kemudian melakukan panggilan video pada detik berikutnya.

~

'Mine' calling.....

Cukup lama lelaki itu menunggu sampai sang kekasih akhirnya mengangkat. Senyum Hayi adalah sapaan pertama yang Hanbin dapatkan sejak panggilan video mereka terhubung.

"Hey sweetheart, I miss you~"

Ujar Hanbin dengan wajah lelahnya.

"Hm~ too late"

Lee Hayi mencebikkan bibir merah mudanya, berpura-pura merajuk karena pria itu sangat terlambat memberinya kabar.

"Maaf karena gak ngabarin kamu lebih awal" ada nada penyesalan yang jelas tersirat disana. "-aku cuma mau semuanya cepat selesai, makanya aku fokus sama masalah disini dulu. Jangan marah ya, sayang~"

Cebikan itu beralih menjadi sebuah senyum lembut dalam sekejap.

"Iya aku ngerti kok, aku juga berharap semuanya bisa cepat beres disana"

Hanbin ikut mengangkat naik sudut-sudut bibirnya. Entah bagaimana senyum Hayi bekerja seperti sihir baginya.

"..."

"..."

.

"Kamu lagi dirumah sekarang?"

Dengan cepat topik pembicaraan mereka beralih.

"-emangnya gak ke Hi-Coll hari ini?"

Hanbin mengecek arloji yang melingkar dipergelangan tangannya. Jarum kecil disana jelas menunjukkan pukul setengah satu siang saat ia bertanya. Pada hari kerja seperti ini bukankah Hayi seharusnya masih berada distore, namun mengapa latar dibelakangnya malah dinding kamar mereka?

Cecaran pertanyaan yang Hanbin ajukan tiba-tiba saja membuat Hayi terdiam ditempatnya. Berbohong saat ini pun ia rasa juga tidak akan mungkin, karena Hanbin sudah terlanjur menyadari hal tersebut.

"Iya, hari ini aku gak berangkat dulu ke Hi-Coll"

Ada senyum canggung diakhir ucapan wanita itu.

"Kenapa? kamu sakit!"

"Enggak kok-"

"Yang bener?"

"Iya, aku gak apa-apa, Bin" Hayi berusaha sebisa mungkin meyakinkan Hanbin dengan jawabannya. "-aku cuma mau istirahat aja hari ini. Jadi kamu gak perlu khawatir, ya~"

Dilihat dari ekspresi yang Hanbin tunjukan, Hayi yakin kalau laki-laki itu tidak sepenuhnya percaya pada pernyataan yang baru saja ia berikan.

"-kamu udah makan siang?"

HOLO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang