.
.
"Gak masalah kan kalo saya bawa seseorang?"
Hanbin menginterupsi lagi, yang akhirnya membuat kesadaran Yeri kembali.
Dalam kecanggungan gadis muda itu pun mengangguk kaku lalu kemudian ikut mengulurkan satu tangannya kearah Hayi.
"Yeri"
Ucapnya pelan.
Hayi membulatkan kedua matanya, merasa tak asing dengan nama itu.
"Dia ini keponakan Mr. Choi yang sebelumnya pernah aku ceritain ke kamu"
Setelah mendengar penjelasan tersebut dari mulut Hanbin, Hayi mengangguk. Oh, jadi ini gadis yang bernama Yeri itu, batinnya.
"Senang bertemu dengan anda"
Lee Hayi tersenyum kecil.
"Gak perlu terlalu formal sama saya"
Yeri melepaskan tautan tangan mereka, lalu mempersilahkan kedua tamunya itu untuk duduk. Kentara sekali kalau sebenarnya ia enggan untuk berbasa-basi lebih lama dengan Hayi.
Hanbin menarik satu kursi untuk Hayi duduki, sebelum kemudian ia menduduki kursinya sendiri.
Yeri yang menyaksikan langsung perlakuan lembut Hanbin terhadap Hayi itu jelas menggeram dalam hati. Harusnya tidak seperti ini, semua benar-benar melenceng jauh dari rencana awalnya.
~
"Aku mau pesan pasta kimchi aja sama lemon tea "
Ujar Hayi saat sang pelayan mencatat pesanan mereka.
"Dari sekian banyaknya menu disini kamu cuma mau pesan itu?"
Tanya Hanbin cukup heran. Entah kenapa ia merasa kalau belakangan ini sepertinya pola makan Hayi jadi banyak mengalami perubahan. Wanita itu tak lagi berselera menyantap aneka masakan yang berbau daging-dagingan.
"Sayang banget, padahal sashimi disini terkenal paling enak karena ada abalone segarnya" sela Yeri diantara percakapan sepasang kekasih itu. "—Pak Kim juga wajib coba loh, dijamin gak akan kecewa" paparnya kemudian dengan menaruh banyak harap pada Hanbin.
"Maaf, tapi saya enggak begitu suka dengan hidangan mentah seperti itu"
Yeri menipiskan bibirnya setelah mendengar jawaban to the point yang Hanbin berikan.
.
Hayi menggenggam erat ujung dress-nya sendiri ketika pelayan mulai menghidangkan makanan diatas meja mereka. Entah mengapa tiba-tiba saja perutnya terasa bergejolak, seolah ingin menumpahkan semua isi didalamnya.
Rasa mual itu semakin menjadi-jadi saat aroma khas dari makanan mentah yang Yeri pesan tadi menyambangi indera penciumannya.
"Aku permisi ke toilet sebentar"
Pamit wanita itu sambil menutup mulutnya dengan satu tangan, lantas bergegas pergi dengan terburu-buru.
~
Hayi berdiri lemas sambil mencengkram bibir westafel setelah ia muntah beberapa kali. Dapat ia lihat dalam pantulan kaca, dirinya yang kini nampak terlihat pucat dari biasanya. Apa mungkin ia sakit? batinnya. Atau...
Hayi menggeleng cepat, membuang jauh pikiran itu.
"Gue mikir apa sih!"
Gumamnya sendiri.
Hayi akhirnya keluar dari kamar mandi setelah ia membereskan semua kekacauan yang terjadi beberapa saat lalu. Namun, betapa terkejutnya ia saat mendapati Hanbin yang kala itu sudah menunggunya dilorong toilet dengan wajah cemas.
"Kok kamu disini?"
Tanya Hayi keheranan.
"Aku khawatir karena kamu gak balik-balik" Hayi dapat menangkap kegusaran itu. Ia akui kalau dirinya memang cukup lama berada didalam kamar mandi. "—nyaris aja pintu toilet ini aku dobrak tadi kalo kamu gak kunjung keluar juga"
"Maaf ya, udah buat kamu cemas"
Wanita itu mengusapkan satu telapak tangannya kepipi Hanbin.
"Kamu kenapa sih? sakit?"
"Gak apa-apa kok"
Hayi menarik kembali tangannya ketempat semula.
"Tapi muka kamu pucat gitu"
"..."
"—kita pulang aja ya?"
Sepasang mata Hayi membulat, mendengar keputusan sepihak Hanbin.
"Terus gimana sama makan siangnya?"
"Nanti aku yang bicarain ke Yeri"
"Aku jadi gak enak"
Hanbin meraih kedua bahu wanita itu, seraya berbisik pelan.
"Hay, kesehatan kamu lebih penting buat aku"
.
Setelah mengabari Yeri melalu pesan singkat, Hanbin dan Hayi akhirnya pulang lebih awal. Bersamaan dengan datangnya kata maaf dari Hanbin, lelaki itu juga sekaligus membayarkan tagihan makan siang mereka yang sudah terlanjur dipesan.
"Aku anter kamu ke dokter ya?"
Hayi menggeleng lemah, lalu mengatakan kalau sekarang ia sudah merasa lebih baik. Wanita mungil itu malah meminta agar Hanbin membawanya ke pantai saja, karena ia ingin menikmati angin pantai yang menyegarkan.
"Jam segini kamu mau ke pantai?" Hanbin menurunkan kecepatan berkemudinya. "—panas loh, nanti aja ya agak sorean"
Hayi nampak kurang senang dengan jawaban Hanbin. Jelas sekali karena perubahan ekspresinya dapat dengan mudah lelaki itu tangkap.
"—okey?"
Hanbin berusaha meyakinkan wanita itu sekali lagi.
"Aku maunya sekarang, Bin!"
Namun Hayi masih tetap bersikukuh.
.
.
Holo ^^
masih lanjut yang kemarin nih, jadi gak ada extra pict ya
next?

KAMU SEDANG MEMBACA
HOLO [END]
Literatura Feminina"Saat kau tak lagi ragu, maka genggamlah tanganku dan ikat aku" -Lee Hayi ... "Jika saja ikatan itu tak terlalu tabu, mungkin aku akan berhenti meragu" -Kim Hanbin . . . ❤ BiHi Story ❤ [Telah selesai pada tgl 10/06/22]