.
.
Lampu didalam masih menyala saat ia membuka pintu kamarnya. Mendapati disana Hayi yang juga masih terjaga membuat Hanbin refleks memeriksa arloji dipergelangan tangannya. Sudah hampir pukul setengah dua belas malam, itulah jawaban yang ia dapatkan sekarang.
Hayi yang saat itu tengah berdiri sambil memandang keluar jendela besar apartment mereka, menoleh seketika kala daun pintu dibelakangnya bergeser membuka. Dari sana Hanbin berjalan menghampirinya dan langsung memeluk tubuhnya dari belakang.
"Kamu abis minum-minum ya, Bin?"
Satu pertanyaan itu langsung Hayi ajukan saat hidung mungilnya samar-samar mencium aroma minuman beralkohol yang tertinggal dipakaian lelakinya itu.
"Iya, sedikit"
"Tumben"
Hanbin tak menjawab apa-apa kali ini, lelaki itu hanya mengeratkan pelukannya sambil memejamkan mata.
"-lagi ada masalah ya dikantor?"
Memberikan satu kecupan lembut dipuncak kepala Hayi, Hanbin mencoba untuk memberikan satu isyarat pada wanita itu kalau ia tak perlu mengkhawatirkan apapun tentangnya.
"Kamu sendiri kenapa? kok tumben jam segini belum tidur?"
"Aku gak bisa tidur" jawabnya lemah. "-pekan depan Hi-Collection mau ikut partisipasi diacara penggalangan dana, tapi ada beberapa hal yang masih belum siap. Itu bikin aku jadi kepikiran"
"Jangan terlalu dipikirin, aku gak mau kamu sakit cuma gara-gara ini. Inget, kapanpun kamu butuh bantuan aku, aku akan selalu ada buat kamu"
Hayi memutar tubuhnya saat itu juga, membuat mereka jadi saling berhadapan. Memandang wajah tampan itu yang kapanpun selalu terlihat tegas dimata orang-orang.
"Kamu selalu berhasil nenangin aku. Tapi coba liat ini?" meraih wajah Hanbin yang tersenyum sendu, Hayi lantas membingkainya dengan kedua telapak tangan. "-aku rasa kamu juga lagi gak baik-baik aja kan?"
Hanbin tak bisa menyembunyikan apapun dari Hayi, begitupun sebaliknya. Lima tahun bersama-sama rupanya mampu membuat mereka membaca keadaan tanpa harus banyak menghabiskan kata-kata.
"-sekarang cerita sama aku kenapa kamu bisa pulang selarut ini dengan mulut bau alkohol?"
Hanbin akhirnya mulai bercerita tentang proyek hotel besarnya di pulau Jeju itu. Juga tentang bagaimana sang klien -Mr. Choi yang meminta agar keponakan perempuannya diberikan izin untuk ikut -sedikit membantu Hanbin mendesain bangunan hotel tersebut.
Nyatanya respon yang Hayi berikan sungguh diluar dari perkiraan Hanbin. Bukannya ikut khawatir kalau-kalau keponakan Mr. Choi akan mengacau, wanita itu justru tertawa kecil selepas Hanbin manyudahi ceritanya.
"Emangnya selucu itu ya cerita aku?"
Hayi menggeleng cepat.
"Bukan ceritanya yang lucu, tapi kamu!"
"..."
"-aku tau kamu emang gak pernah ngebagi ruang untuk siapapun ngutak-atik desain kamu selama ini, tapi aku rasa ngasih kesempatan buat junior dibidang yang sama juga gak ada salahnya kan? siapa tau nanti kedepannya dia jadi banyak belajar dari kamu"
"Segampang itu ya kamu ngomong?"
Hanbin memajukan wajahnya agar ia bisa meraih bibir Hayi.
"Ihh, kamu bau tau, Bin!"
Tapi dengan sigap pula wanita itu menghindarinya.
.
.
Joon Hong menghentikan mobilnya dipelataran parkir Hi-Collection beberapa saat yang lalu. Sebelum turun, pengacara muda itu terlebih dulu menelepon Hayi untuk memberitaunya kalau ia sudah sampai disana.
...
"Ya udah lo masuk aja. Gue ada ditempat kok sekarang"
"Oke deh"
Begitulah percakapan mereka diakhiri.
.
Hayi sedikit tercengang saat mendapati lelaki jangkung itu masuk sambil membawa dua paperbag besar berisikan beberapa box makan siang. Dengan wajah ramah Joon Hong seraya memberikan kantong-kantong tersebut kepada salah seorang pegawai Hayi, dan memintanya untuk membagikan itu juga pada rekan-rekannya yang lain.
"Gak masalah kan kalo gue sekalian neraktir makan siang?" Joon Hong tertawa kecil sambil menghampiri Hayi.
Selain ingin bertemu dengan wanita itu, kedatangan Joon Hong kesini sebenarnya juga untuk membelikan keponakan perempuannya hadiah ulang tahun. Maka ia pun meminta Hayi untuk membantu memilihkan salah satu koleksi pakaian terbaiknya.
Sambil memilih-milih pakaian, Joon Hong dan Hayi sesekali mengenang kembali tentang masa lalu mereka di SMA. Melihat Suhyun yang juga bekerja dengan Hayi disini membuat ia merasa seolah mereka sedang mengadakan pesta reuni. Tak lupa menanyakan tentang kabar Hannah, Hayi memberitaunya kalau wanita itu akan segera melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat ini.
"Udah mau duluan aja ya si Hannah. By the way lo sendiri gimana Hay?"
Belum sempat Hayi menjawab pertanyaan itu, ponselnya telah lebih dulu berbunyi. Membuatnya harus memberi jeda pada percakapan mereka.
~
"Aku udah didepan nih, kita makan siang bareng yuk"
"Sorry banget Bin, sekarang aku masih ada tamu. Gimana kalo kamu masuk dulu? biar nanti sekalian aku kenalin dia ke kamu"
"Oke"
~
.
.
~ting!
Sebuah notifikasi email masuk berbunyi dari ponsel Hanbin tepat setelah ia menutup panggilan teleponnya dengan Hayi.
From : yerimiese@gmail
To : shxxhanbin131@gmail
Selamat siang, dengan Pak Kim, benar? Saya Yeri keponakan Mr. Choi, mohon bantuannya.
.
.
Holo ^^
second lead nya udah pada ngumpul nih hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLO [END]
Chick-Lit"Saat kau tak lagi ragu, maka genggamlah tanganku dan ikat aku" -Lee Hayi ... "Jika saja ikatan itu tak terlalu tabu, mungkin aku akan berhenti meragu" -Kim Hanbin . . . ❤ BiHi Story ❤ [Telah selesai pada tgl 10/06/22]