Chapter 20

105 15 7
                                    

.

.

Suhyun mengatakan semua yang telah ia ketahui dari Dr. Jamie tentang Hayi dan janin didalam kandungannya saat ini. Ia juga mengatakan kalau Hayi tidak perlu menutup-nutupi semuanya lagi.

"Hay, sekarang gue tau alasan kenapa lo mual di supermarket Jeju waktu kita nyari ayam potong buat acara Hannah pekan lalu"

Tiba-tiba saja penggalan memori itu terputar jelas didalam kepala Suhyun.

~

"Hyun, bisa cepetan gak pilih ayamnya?"

"Kenapa?"

Suhyun mengerutkan dahi saat ia lihat Hayi sudah melipir dari box pendingin itu sambil menutup hidung dan mulutnya.

"Gue mual. Bau ayam mentah kok tiba-tiba jadi nyengat banget ya?"

"Aneh lo! dari dulu bau ayam mentah kan emang begini"

Sesaat setelah itu Hayi benar-benar mual parah, sampai rasanya ia ingin memuntahkan seluruh isi perutnya.

"—nih gue udah selesai! yuk kita susulin Hanbin"

Wanita bermata sipit itu lantas menggamit lengan Hayi lalu berjalan beriringan dengannya menuju ketempat dimana Hanbin menunggu.

~

"Hayi, jujur sama gue. Sebelumnya lo udah tau kan tentang keadaan lo saat ini?"

Hayi meremas ujung-ujung selimutnya. Ia bingung ingin lari kemana lagi, karena pada kenyataannya apa yang Suhyun katakan itu memang benar. Hayi telah mengetahui kalau dirinya hamil setelah ia mengeceknya sendiri menggunakan test pack yang ia beli di Jeju beberapa waktu lalu.

"—kenapa lo gak cerita sama gue?"

Suhyun menatap nanar pada sahabat baiknya itu.

"—jangan bilang kalo Hanbin juga gak tau apa-apa soal ini?"

"..."

Hayi semakin bungkam dibuatnya. Dengan air mata yang mulai menggenang, Suhyun yakin kalau dugaannya kali ini pun benar lagi.

Dalam diam wanita bermata sipit itu menarik Hayi kedalam pelukannya, membiarkan ia menenangkan diri disana.

"—Hay, gue tau saat ini Hanbin emang lagi sibuk ngurus masalah kerjaannya di Jeju. Tapi keberadaan anak didalam kandungan lo itu bukan beban buat dia. Gue yakin Hanbin juga pasti akan senang denger berita ini" Suhyun mengusap punggung Hayi memberinya rasa nyaman. Walaupun sebenarnya ia sendiri juga tidak begitu mengerti akan kekhawatiran yang tengah melanda Hayi. "—stop mikir yang berat-berat, itu gak baik buat kesehatan lo"

Hayi mengangguk lemah sambil perlahan melepaskan diri. Ia merasa cukup berterima kasih atas ucapan penuh perhatian yang telah Suhyun berikan. Hanya saja bukan itu titik inti dari masalah yang harus segera ia selesaikan.

Suara ketukan dipintu membuat Hayi dan Suhyun terpaksa menyudahi percakapan tersebut, karena setelahnya Joon Hong masuk lalu menyapa keduanya. Sambil membawa dua buah cup kopi hangat ditangannya, lelaki itu berjalan menghampiri Suhyun dan Hayi.

"Gue ganggu kalian gak nih?"

Tanya Joon Hong menghapus kecanggungan diantara mereka.

"Enggak kok"

Jawab Suhyun sambil menerima segelas kopi yang ditawarkan oleh Joon Hong.

"Bagus deh" lelaki jangkung itu tersenyum lebar, lalu seketika berpaling pada Hayi. "—gimana keadaan lo Hay? udah mendingan?"

Hayi mengangguk kecil. Membalas senyumnya dengan rasa penuh syukur.

"Makasih banyak ya Hong udah mau repot-repot bawa gue ke rumah sakit. Untung aja ada lo waktu gue pingsan tadi"

"Iya, santai aja. Selagi gue bisa bantu, kapanpun lo butuh, gue pasti akan bantu lo, Hay"

Ada segurat senyum lembut disana yang membuat suasana tiba-tiba menjadi sedikit tidak biasa.

Suhyun yang menangkap perubahan mimik Joon Hong pun seketika membulatkan kedua matanya.

"—kita kan temen" sambung lelaki itu. Pada kenyataannya tetap ada batasan yang tidak bisa ia lewati.

.

Joon Hong berpamitan sesaat setelah ia menerima pesan dari sang ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Joon Hong berpamitan sesaat setelah ia menerima pesan dari sang ayah. Mengatakan pada Hayi dan Suhyun kalau dirinya harus segera pulang untuk membantu ayahnya mengurus sesuatu. Sebenarnya Joon Hong masih ingin tinggal lebih lama disana untuk menemani Suhyun menjaga Hayi, akan tetapi Suhyun menegaskan kalau keadaan Hayi sudah cukup membaik saat ini dan tidak masalah jika Joon Hong memang harus pergi.

"Sorry ya Hay, gue cabut duluan"

Ucap lelaki itu terakhir kali.

"Tenang aja, ada gue kok disini"

Bersamaan dengan anggukan Hayi, Suhyun pun menimpali.

.

.

~ Papah

'Lusa ikut papah berangkat ke Jeju, ada pekerjaan buat kamu disana'

Joon Hong membuka kembali isi pesan yang ayahnya kirimkan, lalu mengetikan sesuatu sebagai balasan.

~ J.Hong

'Siap! komandan'

.

.



Holo ^^

aku balik lagi (walaupun agak sedikit ngaret sih), kasih double gak ya hari ini hihii??

HOLO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang