Chapter 6

145 14 10
                                    

.

.

Setelah melakukan beberapa pertemuan untuk membahas desain bangunan hotelnya dengan Hanbin, Mr. Choi akhirnya menandatangani juga kontrak perjanjian kerja sama itu dengan perusahaan 131 Tower. Menyertakan satu permintaan kecil pada kesepakatan mereka, pria kaya raya itu mengatakan kalau keponakan perempuannya juga ingin ikut ambil bagian dalam mendesain beberapa spot pada bagian hotelnya nanti, jadi ia menaruh harapan besar pada Hanbin untuk menyetujui hal tersebut.

"Jujur saja saya tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya. Biasanya orang yang meminta desain saya hanya akan menggunakan desain itu tanpa campur tangan perancang lain"

"Pak Hanbin tenang saja, saya berani jamin kalau keponakan saya tidak akan mengacaukan desain yang sudah anda buat sebelumnya. Dia hanya ingin menuangkan sedikit ide kreatifnya pada hotel saya. Lagi pula keponakan saya juga sebentar lagi lulus S2 jurusan arsitektur, jadi saya percaya padanya kalau dia bisa melakukan hal itu dengan baik"

Hanbin membuang satu nafas panjang. Selama ia berkiprah dalam dunia pembangunan ini ia sama sekali belum pernah mencoba untuk menggabungkan desainnya dengan desain orang lain. Bukan kerena ia tidak mampu melakukan itu, hanya saja bekerja sendiri terasa lebih cocok untuknya.

"Baiklah kalau begitu, saya akan lihat dulu prospeknya"

"Pak Hanbin bisa mengatakan pada saya kapanpun kalau merasa desainnya tidak sesuai dengan rancangan awal yang sudah anda buat. Saya sangat berharap keponakan saya akan banyak belajar dari anda kedepannya"

Hanbin mengangguk kecil. Baiklah ia akan coba untuk melakukan ini demi proyek besar didepan matanya. Lagipula keponakan Mr. Choi itu hanya akan mendesain beberapa spot saja pada hotel tersebut, jadi seharusnya hal itu tidak banyak mempengaruhi desain yang sudah ia buat –sampai ia rela begadang bermalam-malam.

.

.

Suara ketukan dipintu membuat Hanbin sesaat mengalihkan perhatiannya dari lembar-lembar gambar bangunan dua dimensi yang tengah ia koreksi. Rupanya itu Bobby yang datang untuk membawakannya laporan hasil pengamatan lokasi dimana hotel Mr. Choi itu akan dibangun nanti.

"Ini laporan yang lo minta kemarin"

Ucap Bobby seraya memberikan jurnal laporan tersebut pada Hanbin.

"—menurut pengamatan gue, ini proyek sih bakal pecah banget kalo bisa lancar sampai akhir"

Hanbin mengangkat naik sudut bibirnya. Sampai detik ini Bobby masih menjadi orang kepercayaannya dilapangan. Jadi selama lelaki itu mengatakan kalau keadaan dilokasi pembangunan mereka baik, maka itu juga akan mempermudahnya dalam banyak aspek.

"Seberapa pecah presentasenya?"

"80 sampai 87 persen lah"

"Sisanya?"

"Kalo gak ada kendala sama surat-surat izin pembangunan ya gue rasa oke-oke aja sih"

Hanbin mengangguk-anggukan kepalanya.

"—lokasinya cukup strategis, kemungkinan hotel itu diisi sama turis juga udah pasti. Struktur tanahnya bagus, dan kondisi alam mendukung"

Jelas Bobby yang sudah duduk santai diatas sofa hitam tak jauh dari meja Hanbin.

"—cuma ya Bin, disekitar lokasi itu ada banyak wisma-wisma kecil yang gue rasa milik penduduk setempat. Bakal aneh gak sih kalo tiba-tiba diantara wisma-wisma kecil kaya gitu ada hotel mewah?"

"Bob, tugas kita tuh cuma menuhin permintaan klien. Selebihnya ya itu urusan mereka"

Gantian Bobby yang mengangguk kali ini.

"Oke deh, gue ngikut lo aja. Kalo udah ada mandat, kapanpun diminta gue siap terjun ke lapangan"

Bangkit dari duduknya setelah itu, Bobby kemudian mengatakan pada Hanbin kalau ia ingin keluar untuk merokok sebentar. Sekalian membeli minuman dingin di minimarket terdekat untuk mereka.

"Belinya banyakan ya, gue mau minta Bang Jinhwan gabung juga sama kita buat bahas ini nanti"

"Siap!"

"Thanks, Bob"

"Santai, nanti tinggal gue total aja semua tagihannya hehee"

"Brengsek!"

"Mau sekalian nitip rokok juga gak?"

"Setan! Lo kan tau kalo gue udah pensiun"

"Cih! yakin?"

Hanbin hanya membalas rekan sekaligus sahabat baiknya itu dengan tawa kecil. Jelas-jelas ia tau kalau Hanbin sudah berhenti menjadi perokok sejak lelaki itu mulai menjalin hubungan dengan Hayi.

Rasanya hebat juga ya wanita itu, bisa-bisanya ia membuat seorang perokok berat seperti Hanbin berhenti menghisap lintingan tembakau dalam waktu yang singkat.

Memikirkannya tiba-tiba membuat Hanbin jadi merindukan sosok itu.

'Lagi apa ya dia sekarang?'

Tanpa berfikir panjang, Hanbin pun lantas meneleponnya.

.

.

~ drtt... drttt...

"Halo?"

"Hayi, ya?"

"Iya, saya sendiri. Maaf ini siapa ya?"

"Ini gue Joon Hong. Besok siang lo ada ditempat gak? gue mau mampir kesana"

"Oh, elo. Besok gue stay kok sampe sore, kalo mau kesini ya dateng aja"

"Oke deh, kalo gitu besok gue kesana. See you, Hayi"

"See you"

.

.

'Nomor yang anda tuju sedang sibuk, silahkan hubungi beberapa saat lagi'

Hanbin membuang nafas kasar. Ini sudah ketiga kalinya ia tersambung pada layanan operator. Nomor Hayi sibuk. Sedang menelepon siapa wanita itu, gumamnya.

.

.

Holo ^^

ups telat! untung cuma 3 hari, kalo 3 bulan kan bahaya hehe, canda 😂

ditunggu feedback baiknya ( ˘ ³˘)❤

HOLO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang