Chapter 2

181 18 17
                                    

.

.

Porsche hitam itu berhenti tepat didepan sebuah bangunan klasik bergaya retro khas tahun 90-an. Bangunan itu tidak lain adalah sebuah toko pakaian milik Hayi yang ia kembangkan sejak tiga tahun lalu. Berawal dari hobinya yang unik –yakni mengumpulkan baju-baju model lama untuk ia modifikasi menjadi pakaian yang lebih trendy, Hayi kini telah berhasil memperkenalkan koleksinya kebeberapa acara fashion bergengsi. Dan ya, Hi-Collection adalah brand yang cukup naik daun akhir-akhir ini.

"Makasih ya tumpangannya"

Wanita bertubuh mungil itu mengecup singkat pipi Hanbin, sebelum akhirnya ia turun dari mobil seharga miliaran rupiah tersebut.

"—aku masuk sekarang, kamu hati-hati dijalan"

Melepas kekasihnya itu dengan sebuah lambaian tangan, Hayi pun kemudian melenggang masuk kedalam bangunan toko.

.

"Cerah banget senyumnya ibu Kim~"

Goda gadis berpipi bulat itu –Lee Suhyun, dari balik meja kerjanya.

Hayi hanya membalas dengan tawa kecil atas celotehan sang asisten.

"—oh iya, Hay! nanti siang jangan lupa loh kita ada janji sama Hannah"

"Iya, gue inget kok"

"Ya takutnya lo lupa, terus malah kabur makan siang bareng Hanbin"

Suhyun tertawa senang. Bahagia sekali rasanya ia bisa menggoda owner Hi-collection itu hoho!

Hayi, Suhyun dan Hannah memang sudah berteman sejak mereka masih duduk dibangku SMA. Hayi dan Suhyun kemudian melanjutkan kuliah di universitas yang sama, sedangkan Hannah memilih universitas yang berbeda. Saat Hayi memutuskan untuk membangun usaha dibidang fashion, ia merekrut Suhyun untuk menjadi asistennya. Sedangkan Hannah yang gemar berolahraga memilih untuk membangung pusat kebugarannya sendiri dan menjadi instruktur disana. Walaupun sekarang ketiganya sudah sama-sama sibuk, namun sebisa mungkin mereka tetap meluangkan waktu untuk sekedar berkumpul bersama.

.

~Lily café...

Seorang wanita berambut ikal melambai kearahnya, sesaat setelah Hayi dan Suhyun memasuki café tersebut. Ternyata Hannah sudah menunggu mereka disana.

"Gila! udah nyampe aja lo"

Ujar Suhyun sambil menarik kursi disamping Hannah.

"Iya dong! Soalnya gue udah gak sabar banget buat bagi kabar baik ini ke kalian"

"Kabar baik apa?"

Tanya Hayi yang juga sudah mendudukan diri.

"Jangan kaget ya lo berdua!" dengan penuh senyum misterius, Hannah pun mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Memamerkan benda tersebut dihadapan Hayi dan Suhyun kemudian. "—tadaaa...!!"

"Astaga Na! Lo mau nikah??"

Suhyun nyaris memekik setelah ia melihat undangan pernikahan yang bertuliskan nama Hannah dan June disampul depan. Sedangkan si calon mempelai wanita disebelahnya hanya tersipu malu.

"Selamat ya, Na! Gue ikut bahagia dengernya"

Hayi menggeser kursinya mendekat kearah Hannah dan lantas memeluk wanita itu.

"Makasih... lo juga sama Hanbin cepet nyusul ya Hay"

"Doain aja yang terbaik"

Ada tawa kaku yang Hayi sisipkan diakhir kalimatnya.

"Kok gue jadi sedih ya~"

Suhyun kemudian ikut bergabung memeluk kedua teman baiknya itu.

"—bentar lagi Hannah mau nikah. Terus kalo Hayi nyusul, nasib gue gimana?"

"Makanya buruan cari cowok, Hyun"

Tawa Hannah dan Hayi pecah saat itu juga.

"Hay, temennya Hanbin yang waktu itu dateng keacara pembukaan toko lo siapa namanya? kenalin ke gue dong!"

"Bobby?"

"Bukan yang rese, tapi yang satunya lagi. Yang imut-imut itu loh orangnya"

"Oh, kak Jinhwan"

Suhyun mengangguk malu sambil menahan senyumnya sendiri.

"Hay, gue mau nanya serius deh sama lo" mengalihkan pembicaraan, Hannah tiba-tiba memasang raut wajah yang berbeda. "—selama ini kan lo udah tinggal bareng tuh sama Hanbin, gimana sih rasanya?"

Kenapa Hannah tiba-tiba bertanya seperti ini pada Hayi. Agak malu rasanya ia menjawab.

"Eum... gimana ya?" Hayi menggigit bibir bawahnya sendiri, bingung. "—sederhananya gini, tiap pagi lo bisa ngeliat dia, dan malemnya lo bisa ngeliat dia lagi"

"Pernah ngerasa bosen gak sih?"

Hayi tertawa kecil.

"Kadang bosen, tapi kalo gak liat dia rasanya kangen hehee"

"Kayanya gue kena sindrom pranikah deh, Hay. Gue ngerasa sedikit khawatir kalo kedepannya gue sama June juga bakal ngerasain berada difase itu, bosen sama pasangan sendiri"

"Na~ dengerin gue ya. Kalo pacar lo udah memutuskan buat nikahin lo itu artinya dia udah serius sama hubungan kalian. Iya, rasa bosen dan kekhawatiran lain itu pasti akan ada, tapi cuma sesaat aja. Tinggal gimana nanti lo sama dia nyari jalan keluarnya" Hayi tersenyum miris. Ia bisa selantang itu mengatakannya kepada orang lain saat dirinya sendiri bahkan belum mendapatkan kejelasan dari Hanbin sampai dekit ini. "—udah, gak usah dipikirin lagi. Nikmatin aja pelan-pelan"

Bersamaan dengan itu ponsel Hayi berbunyi, memberitahu ia kalau ada satu panggilan masuk yang menunggu.

"—bentar ya girls, gue angkat telepon dulu"

Wanita mungil itu pun kemudian melipir agak jauh dari teman-temannya.

~

"Kamu udah makan siang?"

"Ini lagi makan siang bareng Suhyun sama Hannah. Kamu sendiri gimana?"

"Belum"

"Kenapa belum? emangnya makanan dikantin 131 Tower gak enak?"

"Enak. Tapi aku mau makan sambil disuapin kamu"

"Ngawur!"

"Ya udah kalo gitu aku ralat deh-"

"..."

"—aku-mau-makan-kamu-aja"

"Masih siang gini omongan kamu udah ngelantur aja ya kemana-mana!"

Dapat Hayi dengar lelaki itu tertawa diseberang teleponnya.

"Aku pulang cepet nanti malem"

Entah mengapa Hayi tiba-tiba merasa kalau dirinya akan berada dalam bahaya malam ini.

~

.

.

Holo ^^

cerita ini mungkin akan sedikit rumit kedepannya, semoga aja aku bisa mengemasnya jadi lebih sederhana dan tetap enak buat dibaca.

satu pesan aku : kalian jangan terlalu banyak berharap ya sama cerita ini :')

terima kasih sudah mampir

HOLO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang