🌼 Paras Nggak Bercanda 🌼

709 141 22
                                    

Tolong tandai jika ada tipo:)

Tolong tandai jika ada tipo:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 "Mau jujur sejujur-jujurnya jujur pun, kalau di mata orang lain salah, ya akan tetap terlihat salah."

•••

  Kalau Paras punya jurus berubah wujud seperti Ninja Hattori, maka Paras akan merubah wujudnya menjadi pajangan dinding. Kalau Paras bisa berteleportasi seperti Ochobotnya Boboiboy, maka Paras akan langsung melesat menuju kamarnya tanpa ba-bi-bu lagi. Dan kalau Paras bisa mengulang waktu seperti Doraemon, maka Paras akan kembali ke jam empat sore. Di mana dia bertemu dengan Pras, dan ingin memperbaiki semuanya. Paras ingin, ketika dia kembali ke waktu itu, menendang Pras pelan-pelan saja, karena jika sudah begini, lelaki itu pasti meminta pertanggung jawaban kepadanya.

    "Kamu tahu, karena kamu teriak culik, Pras dibawa ke kantor polisi."

   Paras menunduk, memainkan jemarinya.

   "Untung tadi pas Mama ke rumah sakit, Pak Subhan udah ditanganin Dokter Rahman. Kalau aja enggak, Mama nggak tahu gimana nasib Pras di kantor polisi karena Mama nggak bisa dihubungin."

   "Maaf," cicit Paras.

   "Minta maafnya ke Pras, jangan ke Mama."

   Paras semakin menunduk dalam. "Maaf ...."

   "Lihat orangnya, Paras Ayu."

   Paras mendongak, wajahnya yang tidak karuan mengarah ke Pras dengan mata yang tidak berani menatap orangnya. "Maaf, Om."

   "Om?" Dua orang beda usia itu sama-sama menaikkan nada bicara. Baik Pras maupun Nimas menatap Paras.

   "I-iya, maaf. Paras nggak tahu harus manggil apa, mukanya boros, sih."

   "Boros?"

    Nimas menepuk jidatnya keras. "Aduh, Pras. Maafin anak tante, ya. Dia emang suka ngelawak. Bercanda 'kan, Sayang?"

   Paras menunduk dalam sampai rambutnya menjuntai ke lantai, menutupi semua bagian wajahnya seperti Mbak Kun. Sumpah demi keong ajaibnya Spongebob Paras malu. "Huum, bercanda hehe," cicitnya malu.

   Pras melirik Paras sekilas. Lelaki itu mengukir sebuah senyum untuk menenangkan Nimas. "Nggak apa, Tante. Wajar aja dia nggak tahu Pras."

   "Padahal dulu kalian pernah ketemu waktu kecil. Yang Pras nangis karena diintipin Paras."

   Paras makin menunduk, mengimpit telinganya dengan kedua paha.

Mama!

   Ingin rasanya dia menceburkan kepalanya ke dalam kloset karena Nimas membahas hal itu. Dulu waktu kecil, Paras mengintip Pras mandi. Masalahnya itu masih bayi. Akal sehat Paras masih masa pertumbuhan. Kalau diibaratkan pohon taoge, Paras masih jadi biji. Itu tidak bisa dihitung sebagai tuduhan pengintipan begitu saja!

Do Our Game (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang