🌼 Aman Kalau Begitu 🌼

489 105 0
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada yang khawatir, tetapi tidak berani mengatakannya."

•••

    "Aku mau ngucapin terima kasih soal bantuan kamu."

   "Bantuan?"

   "Ya, bantuan. Kamu beberapa kali mergokin Rana sama Anggra dan laporan ke aku. Itu kan bantuan namanya."

   "Ohhh, itu. Santai aja kali. Udah seharusnya juga aku laporan ke kamu."

   "Iya, makasih. Sebenernya aku telepon kamu juga mau ngasih tahu sesuatu ...."

   "Ngasih tahu apa?" tanya Paras penasaran.

   "Aku mau ngasih tahu kamu, kalau 2 hari lagi aku pindah ke Jephara. Baru aja sih ngabarin temen-temen, padahal rencananya udah dari lama. Aku mau ngucapin selamat tinggal dan pamitan ke kamu, Ras."

   "Jephara?"

   "Iya. Ikut Mbakku di sana. Entah sampai kapan."

    "Ya ampun, padahal aku seneng banget sekarang kita bisa deket." Paras merasa kehilangan.

   "Besok pun masih bisa kok. Kan bisa tuh saling ngehubungi lewat WhatsApp atau Instagram."

   Paras menekuk wajahnya. Akhir-akhir ini dia dekat dengan Anggi. Tapi kenapa Paras harus kehilangan orang yang dia sayangi lagi ketika dirinya sudah merasa nyaman dan punya temen?

   "Aaa, iya, Nggi." Mau bagaimanapun itu keputusan Anggi, Paras tidak bisa berbuat apa-apa kecuali berkata iya.

   "Nanti kalau aku nggak sibuk, pasti aku bales atau ngehubungin duluan. Kita masih bisa temenan. Kamu tenang aja."

   Paras mengangguk kecil, benar. Mereka masih bisa berkomunikasi secara virtual. Seperti dirinya dengan Bude Juwita. Meski tidak bisa mengobati rasa rindu seutuhnya, tetapi itu bisa meringankan rasa ingin bertemu meski seujung kuku. "Oke."

   "Oh, iya, satu lagi. Aku nitip Anggra ya, hehehe. Tolong awasin dia. Meski aku sama dia udah nggak ada hubungan apa-apa lagi, tetep aja aku takut dia ada yang baru atau berbuat yang aneh-aneh."

   Paras tersenyum geli saat menangkap kesedihan dan kekesalan dari ucapan Anggi di seberang. "Tenang aja. Aku bakal awasin dia sampai lulus SMA. Nanti, kalau gerak-gerik Anggra mulai mencurigakan, aku langsung hubungi kamu."

   Anggi tertawa renyah. "Oke! Makasih sekali lagi. Pokoknya makasihhhhh banyak. Ngomong-ngomong selamat, ya! Selamat nilainya meningkat."

   "Kok tahu?"

   "Bu Mumun tadi gibahin kamu di grup Olimpiade. Katanya nggak menyangka sekaligus seneng karena anak didiknya ada yang berhasil."

   Paras menepuk jidat keras. Antara malu dan senang juga.

Do Our Game (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang