🌼 Nyari Kado 🌼

486 99 3
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kado aja dicari, apalagi kamu."

•••

     Apa yang terjadi dua hari lalu membuat keresahan dan ketakutan Paras sedikit terangkat, menyisakan senyum yang awet di parasnya yang cantik.

    Hari minggu yang cerah dengam awan sirus yang menjereng indah, enaknya ngapain?

    Paras memilih membantu Nimas memasak. Awalnya sang mama menolak mentah-mentah, tetapi instruksi Wira membuat Nimas mengalah, membiarkan Paras memasak sampai tempenya keasinan.

   Ke-hectic-kan pagi yang diisi perang wajan, solet, dan lantai itu tidak sekaku biasanya. Sesekali canda tawa keluar, menguar memancarkan kebahagiaan di mata ketiganya.

    "Nanti Mama pulang jam tujuh kalau nggak ada jadwal operasi lagi, kamu mau nitip apa?"

   Jam tujuh tepat, pagi hari tentunya, Nimas dan Wira sudah siap dengan setalan jas putih bersih mereka yang sehalus pantat bayi. Hari minggu begini, keduanya tetap menjalankan tugas negara demi keselamatan bersama.

   Paras tidak masalah, ada rumah Hita yang bisa dijadikan tempat penampungan bocil SMA seperti dirinya. Ada Armanda yang bisa menemaninya menghabiskan sisa hari minggu sambil ketawa-ketiwi nonton televisi. Ada Pras juga dengan gitarnya yang siap menggilas Paras jika gadis itu tidak segera menyelesaikan lirik terakhir lagu mereka.

   "Paras mau martabak telur sama seblak."

   "Oke. Nanti Mama beliin kalau ada waktu."

   Paras mengangguk, mengecup pipi Nimas sebelum wanita itu masuk ke dalam mobil.

   Paras beralih menatap Wira. Pria yang tampak lebih segar pagi ini itu merangkul bahunya, meminta sang anak menemaninya sampai depan gerbang. "Papa nggak perlu bawain apa-apa, 'kan?" candanya.

   "Bawa diri aja, selamat sampai rumah."

   Wira tertawa, mengusap puncak kepala Paras. "Doain, ya, supaya dedeknya jadi."

   Paras nyengir, mengerling pada Nimas yang sudah siap di dalam mobil. "Aamiin. Topcer brojol 4. Kembar cewek semua. Biar Paras bisa buat tim basket putri."

   Wira menyentil jidat sang anak. "Dikira mesen makanan apa gampang banget request-nya."

   Paras tertawa jenaka.

  "Udah, ya. Papa berangkat, ntar telat sampai rumah sakit." Wira mengecup pipi Paras. "Hati-hati di rumah."

   Paras mengangguk. "Hati-hati di jalan!!"

   Wira tersenyum, berjalan memasuki mobilnya bersama Nimas.

    Kedua orang tuanya pergi, meninggalkan Paras di depan pintu gerbang yang terbuka lebar.

Do Our Game (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang