🌼 Sadar Diri 🌼

510 106 5
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Percuma, yang kamu harapkan memberi rasa, hanya singgah sementara."

•••

     Waktu berjalan cepat seperti pusaran badai. Tidak terasa, detik ke detik, menit ke menit, terus menerjang maju tak pandang rehat. Beberapa minggu telah berlalu, persiapan pekan seni berada di ujung hari. Ke-hectic-kan para pemain dan pembimbing semakin marak tiap harinya. Berlatih sandiwara, menghafalkan puluhan dialog, dan berusaha menciptakan suasana yang menyentuh hati.

    Puncaknya hari ini, ketika Bu Saras mengkoordinir para anak didiknya, menyiapkan berbagai properti yang akan diboyong ke panggung acara lusa.

    "Kostum Rosaline kosong, Bu. Kata Pak Madi udah disewa SMA lain."

     "Loh, kok bisa? Bukannya waktu Ibu ke tanya via whatsapp kemarin itu katanya ada."

    Bima, lelaki yang ditugasi mencari kostum dengan Kartaja itu menepuk jidat. "Waduh, saya nggak tahu. Tapi tadi kata Pak Madi kostum yang Ibu iyain itu yang ini." Bima menepuk setumpuk pakaian di tangan Kartaja, membuat Kartaja yang keberatan sedikit oleng.

     Bima nyengir saat temannya itu meliriknya tajam. "Ngapuro," bisiknya menggunakan bahasa jawa.

    Kartaja tak acuh.

     "Ealah, Gustiii." Bu Saras memijat pelipisnya, pusing. "Bentar-bentar." Wanita itu berjalan menjauh, beralih pada Paras dan Mawar yang sedang mondar-mandir melipat background panggung.

    "Background panggung udah lengkap, Paras, Mawar? Yang kemarin kurang udah ada penggantinya?

    "Udah, Bu," jawab keduanya bersamaan.

    "Alhamdulillah." Bu Saras mengelus dada, bersyukur. Beberapa hari yang lalu, di bagian background sempat terdapat masalah, tetapi sekarang melihat kekurangan background yang telah tersisi, Bu Saras benar-benar bersyukur dalam hati.

     "Oke. Lipet yang rapi, masukin ke boks. Nanti kalau udah selesai, gabung sama yang lain."

     "Siap, Bu!" Paras memberi hormat, tidak sengaja melepaskan tangannya dari lipatan background panggung yang terbuat dari kain sampai kain itu jatuh.

    Paras meringis kecil saat Bu Saras menghela napas. "Hati-hati. Rapiin, ya."

      "Siap, siap, Bu." Paras nyengir lebar.

    Bu Saras kembali pada Bima dan Kartaja. Sesekali, dia akan mengecek kelengkapan properti lain seperti audio, mokropon mini, dan lain sebagainya.

     "Gini aja, setelah jalan-jalan Ibu dapet pencerahan."

      Bima yang sedang lesehan otomatis berdiri, menepuk keras bahu Kartaja yang menyandar pada panggung sambil merem.

     "Gimana, Bu?" tanya Kartaja sambil mengucek mata. Jujur, dia lelah, letih, lesu, loyo, dan luingin sekali pergi ke alam mimpi.

Do Our Game (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang