🌼 Awas Lemari! 🌼

741 123 67
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Keadaan mempengaruhi mood seseorang. Keaadaan mempengaruhi sikap seseorang. Keadaan selalu dan selalu membentuk karakter tanpa disengaja."

•••

  "Ya ampun, Mas. Anak kamu cantik banget gedenyaaaaa. Aku sampai pangling. Dulu pipinya segede bakpao, sekarang kurusan, ya."

   "Hahaha. Anak kamu juga cantik. Tapi Armanda kayaknya jauh lebih bisa dandan ketimbang Paras. Dia nggak pernah mau pakai paket perawatan kulit yang aku beliin."

   "Bukannya bagus, Tante? Kulit Manda udah kecanduan aja, jadi kalau nggak pakai sering kusam."

   Paras nyengir lebar. Menahan diri untuk tidak menggosok-gosok pipinya yang tadi ditarik Hita.

Sakit.

   Nimas melirik Paras, mengode putrinya untuk mengatakan apa yang sudah Nimas ajari tadi di rumah.

   Paras menurut. "Anu, Tante. Maaf sebelumnya buat kemarin, soal Kak Pras yang Paras tendang dan soal Kak Pras yang dibawa ke kantor polisi."

   Hita, wanita berjilbab dengan senyum sehangat matahari itu mengulas senyumnya lebar. Tangannya yang lembut mengusap surai Paras penuh kasih sayang. "Nggak apa," Hita melirik Armanda yang ikut memandang Paras, "bukan salah Paras sepenuhnya. Kalau aja Mama Hita ngasih foto Paras yang udah gede, nggak akan begini jadinya."

   "Ini bukan salah kamu, Mbak." Nimas tidak membela Paras.

   "Tapi ini bukan salah Paras, Mas. Ini murni kesalahpahaman."

   "Tapi-"

   "Udah, Mas. Nggak apa. Aku malah seneng Paras nggak gampang diajak pergi sama orang yang nggak dia kenal." Hita tersenyum. Senyumnya menular pada Paras. "Pras itunya nggak sakit lagi kok. Dia juga nggak mempermasalahkan ini. Jadi ya, yang penting sekarang dia tahu Pras, jadi besok-besok lagi kalau Pras jemput Paras, kejadian kayak kemarin nggak akan terulang lagi."

   Nimas menghela napas.

   Paras mengusap punggung tangan Hita haru. "Makasih banyak, Tante ...."

   "Mama," ralat Hita.

   Paras menahan napasnya.

   "Panggil aku Mama Hita."

   Paras melirik sang mama. Nimas tampak tidak keberatan. Maka dengan perasaan senang yang merambati perutnya, Paras mengiyakan, "Iya, Ma."

    Hita tersenyum, mengusap surai Paras gemas dan kembali hanyut bersama percakapannya dengan Nimas.

    Paras beralih pada Armanda. "Kak Prasnya ada di rumah nggak, ya?" bisik Paras pada Armanda yang duduk di sampingnya. Gadis itu sejak tadi terus saja berceletoh mengibangi percakapan Nimas dan Hita, sedangkan Paras hanya duduk diam mencari-cari keberadaan Pras dengan matanya.

Do Our Game (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang