"Wah, rame juga ni caffe." Ara tersenyum senang melihat isi Caffe yang sudah ramai.
"Emang kapan sepinya dah?." Sahut Flora melewati Ara yang masih berdiam diri didekat kasir.
"Pas tutuplah." Setelah mengatakan itu, ara pun menyusul Flora yang masuk ke ruang ganti.
"Gua kira lo ngga bakalan masuk hari ini, dikarena kan kepala lo yang benjol." Kedua bola mata Ara melotot, darimana Flora tau semua ini? Ah, tidak salah lagi. Ntah Mira, atau Fiony lah pelakunya.
"Mata lo mau keluar tuh, gua taunya dari dua curut. Lo kan tau, kami bertiga punya gc special tuk menggibahi dirimu."
"Najis Kami. Pantes gc kita berlima sepi, toh punya khusus bertiga. Oh.. Dey harus tau nih."
"Heh! Ngga gitu ya ra." Celetuk Flora memeluk Ara. "Tutututuu.. Bayi kami ngambek ceritanya.."
"Anjir! Kalian ngapain!?." Heboh Fiony melihat Flora mengedus endus leher Ara.
"Idih bajing! Mikir apa kau? Ogah banget gua lakuin yang enggak gak sama ara." Sahut Flora menatap Fiony datar.
"Igih bingit giwi likiin ying inggik gik simi iri. Sekarang gua tanya sama lo, siapa juga yang mau lakuin yang iya iya sama lo hah?." Ketus Ara.
"Ewewew.. Ini kita kudu kerja dulu ya sayang, main nya ntar aja." Ucap Mira meletakkan tasnya dimeja khusus untuk dirinya.
"Hih! Ngeselin dasar!." Flora mengancungkan dua jari tengahnya pada Ara, lalu berjalan keluar darisana.
"Udah setan! Ntar ketauan bos, bisa mampus kita." Celetuk Fiony menggaet baju Ara yang berniat menyusul Flora tuk baku hantam.
"Oke siap!!." Ara, Fiony kompak menoleh pada Mira yang sudah selesai memakai pakaian kerjanya. Dan dengan santainya Mira melewati keduanya seolah olah keberadaan mereka tak dianggap.
Ara, Fiony yang merasa kesal, lantas menarik ujung rambut Mira, lalu mengacaknya dengan kompak.
"Wah, sekarang mira terlihat sangat cantik." Ucap Ara, Fiona ala sisca khol.
"SETAN!."
Tau lah ya. Siapa yang emosi.
•••
"Tadi kalian ngapain dongo? Berisik banget." Tanya Eli pada tiga insan yang baru saja keluar dari ruang ganti.
"Ehehe, biasalah kak." Kompak tiga tiganya.
"Ish ish ish. Yaudah gih bantuin flora, dey, jessi, olla kasian tuh daritadi mondar mandir berempat."
"Oke siap dilaksanakan!."
•
•
•"Ma, aku pulang.." Ucap Ara berjalan kearah dapur sambil memijat bahunya yang terasa pegal.
"Bahu kamu kenapa? Jangan bilang kamu kerja paruh lagi ara."
"Apasih ma, ara baru pulang udah dimarahin. Lagian itu buat kesenangan ara sama teman teman, ketimbang ara diem aja dirumah, atau keluyuran."
"Tapi mama ga tega liat kamu kecapean begini sayang, kalo butuh uang tinggal bilang aja ke mama, atau papa." Viona tidak tau jalan pikir anaknya, padahal mereka dari keluarga terpandang, bahkan mempunyai cabang perusahaan didalam negri, maupun luar negri.
Ia syok setelah mengetahui Ara kerja paruh disebuah caffe beberapa minggu lalu.
"Ugh.. Yasudah ara jadi pembalap motor aja ya biar keren."
"Ara! Jauhkan pikiran kamu dari hal hal yang kayak gitu. Mama ikhlas lahir dan batin kamu kerja paruh dicaffe itu."
"Utututu.. Ini baru mama nya ara!." Ucap Ara memeluk manja mama nya.