"Ngapain kita kesini?." Tanya Chika sekilas menatap Ara yang tertidur dipangkuan Mira.
"Lo bisa gantiin gua sebentar ga? Kebelet banget nih." Bohong Mira.
"Gua?." Ucap Chika menunjuk dirinya sendiri, yang diangguki mantap oleh Mira
"Kok gua? Kan ada zee, fiony tuh." Kata Chika menoleh ke belakang. "Loh?." Chika membingung, kemana dua insan yang mengajaknya ke taman tadi?.
"Mereka dah pergi, jadi mau gak? Kalo ngga, gua bangunin aja ara--.."
"Gausah, gua mau gantiin lo kok." Potong Chika mulai mendekati Mira, Ara untuk menggantikan posisi Mira.
Perlahan Mira mengangkat bahu Ara, lalu berdiri dari duduknya. Dan langsung saja Chika duduk, dan Mira pun kembali menidurkan kepala Ara dipangkuan Chika.
"Makasih, gua pergi dulu." Ucap Mira menepuk pelan pundak Chika. "Kalo ada masalah tuh di selesaikan secara baik baik, jangan malah saling menghindar." Lanjutnya lalu beranjak pergi darisana.
Chika terdiam memandangi Ara yang tertidur pulas. Apa Mira menyadari kalau dia dan Ara menghindari satu sama lain? Bahkan mungkin Zee, dan Fiony juga mengetahui itu?. Dan semua ini sudah mereka rencanakan?.
Chika tersentak kaget saat Ara mulai bergerak, apalagi saat ini Ara sedang mengusap wajahnya sendiri.
"Ughh.. Belum masuk ya mir?." Tanya Ara bergumam.
"Belum, sepertinya bakal jam kosong sampai pulang nanti." Jawab Chika.
"Hooaamh.. Enak dong.. Btw kok suara lo beda?." Ucap Ara menyipitkan kedua matanya sembari mendongak keatas.
"Allahuakbar!." Refleks Ara menggeser ke kanan, sontak membuat dirinya kesungkur ke bawah.
"Kamu gpp ra?." Tanya Chika sembari membantu Ara duduk diatas kursi.
"Gpp, cuma kaget aja." Jawab Ara membuang muka saat manik mata mereka bertemu.
"Kamu kenapa sih? Sejak kejadian malam itu, kok kamu ngehindarin aku?."
"Hm? Ngga juga. Aku cuma ngga mau buat kamu risih."
"Siapa bilang aku risih? Justru kalo kamu menghindar kayak gini tuh bikin aku sedih tau gak?."
"Berarti kalo ga ada aku, ke seharian kamu ngga lengkap gitu?."
"Heem, jadi jangan jauhi aku." Kata Chika mengenggam tangan Ara.
"Oke." Sahut Ara.
"Jadi kita baikan kan?." Tanya Chika memelankan suaranya.
"Tentu."
"Yeay! Makasih ara.." Girang Chika mendekap Ara dalam pelukannya.
Ara tersenyum, ia membalas pelukan Chika. Walaupun sebenarnya dia takut kalau sampai suara detak jantungnya yang tidak karuan didengar oleh Chika.
Tapi ya mau bagaimana lagi? Ara benar benar merindukan sosok yang sedang ia peluk, setelah tidak saling menyapa tiga hari lamanya.