Terakhir

108 36 11
                                    

Keluarga Kim langsung menuju ke rumah sakit ketika sampai di Thailand. Dengan tidak sabaran Jungwoo berlari ke ruang jenazah yang di tunjuk oleh pihak rumah sakit.

Tepat beberapa langkah dari ruangan jenazah tersebut, Jungwoo melihat beberapa petugas sedang mengeluarkan Xuxi untuk di masukan ke ambulans.

"Xuxi.." kaki Jungwoo melemas sampai harus berpegangan pada Doyoung yang sejak tadi mengikutinya.

"Tunggu.." Jungwoo menghentikan para petugas yang ingin menutup jenazah Xuxi. Ia mendekat kearah Xuxi. Matanya berkaca-kaca namun tak ada satu isakan pun yang lolos dari celah bibirnya.

Xuxi.. Kau benar-benar meninggalkan ku sendirian disini?

Aku masih membutuhkanmu, Xuxi. Aku masih perlu kau ceramahi. Aku masih ceroboh.

Seharusnya kau memarahiku sekarang karena aku menangis sampai mataku sembab.

Katamu, kau tak suka melihat mataku sembab? Marahi aku, Xuxi. Marahi aku lagi.

Doyoung menarik Jungwoo untuk menjauh ketika sang petugas berkata kalau sudah saatnya ambulans ke peristirahatan terakhir Xuxi.

Jungwoo menahan tangan Doyoung dan menatap sang petugas, "Apa.. Apa aku boleh memegangnya untuk yang terakhir kali?"

Sang petugas menatap satu sama lain sebelum mengangguk kecil. Jungwoo kembali mendekat kearah Xuxi dan memberi kecupan di bibir Xuxi.. Untuk terakhir kalinya.

Jungwoo menangis tanpa suara ketika mobilnya mengikuti mobil ambulans Xuxi untuk ke peristirahatan terakhirnya.

Jungwoo menatap langit kelam yang seolah mendukung kesedihan hatinya siang ini. Ia menoleh kearah Doyoung yang memegang tangannya.

Doyoung menyodorkan tisunya, "Sudah.. Xuxi pasti tak suka melihatmu seperti ini."

Jungwoo mengigit bibirnya, "Seharusnya ia memarahiku sekarang." jawabnya lirih.

"Kenapa Tuhan begitu jahat mengambilnya dari sisiku, hyung? Aku masih membutuhkannya." Doyoung mengusap pipi Jungwoo untuk menenangkan sang adik. Ia ingin membiarkan adiknya untuk meluapkan semua isi hatinya saja untuk sekarang.

Jungwoo terdiam di sisi Ayah dan Ibunya ketika Xuxi di tempatkan di peristirahatan terakhirnya. Ia mengambil giliran untuk menaruh bunga diatas sana lalu menghampiri keluarga Xuxi.

"Jungwoo, terimakasih sudah membuat Xuxi bahagia semasa hidupnya." kata Ayah Huang.

Jungwoo tercekat kecil sebelum menggeleng kecil, "Aku malah ingin meminta maaf karena selalu menyusahkan Xuxi."

"Tidak, Jungwoo. Xuxi menjalani hidup yang bahagia selama bersamamu. Kami selalu ingin berterimakasih karena telah membuat Xuxi kami sangat bahagia." Jungwoo tersenyum kecil mendengar ucapan Ibu Huang.

Ia menoleh kearah Nenek Huang, "Ama.. Aku selalu sehat karena Xuxi mengurusku dengan baik. Xuxi bilang Ama selalu menanyakanku."

Nenek Huang mengangguk, "Aku senang, kalian sama-sama bahagia. Maafkan semua kesalahan Xuxi ya.. Ia kadang memang menyebalkan." dengan aksen Thailand yang kental, Nenek Huang menjawab dalam bahasa Korea.

"Xuxi selalu baik padaku, Ama." Jungwoo tersenyum kecil, "Xuxi sungguh pria yang sempurna."

Jungwoo kembali kesebelah Doyoung dan menatap langit yang masih kelam, "Semoga jangan hujan. Kasihan Xuxi sendirian dan kedinginan disana." gumaman itu terdengar oleh Doyoung.

Doyoung menepuk punggung Jungwoo. Membuat Jungwoo menoleh dan kembali menangis dalam pelukan Doyoung, "Hyung.. Xuxi tidak akan kedinginan disana 'kan?"

Doyoung mengusap kepala Jungwoo, "Tidak Jungwoo. Tuhan menjaganya disan― Appa, appa!" Doyoung memanggil sang Ayah ketika merasakan tubuh Jungwoo memberat. Jungwoo tak pingsan namun menangis dengan mata terpejam di pelukan Doyoung.

"Bawa ke mobil." ujar Ayah Kim sembari mengangkat Jungwoo di bantu oleh Doyoung.

Ibu Kim mengelus-elus tangan Jungwoo sembari menenangkan sang anak yang terus memanggil nama Xuxi.

Doyoung membenarkan pakaian sang adik yang tersingkap karena tadi ia dan sang Ayah panik membawa Jungwoo ke mobil.

Ayah Kim membelai kepala sang Anak. Tak tega melihat sang anak sangat hancur seperti ini. Akhirnya Jungwoo membuka matanya walau binar di dalam sana masih redup dan airmata yang masih mengalir. "Aku ingin ikut doa terakhir untuk Xuxi." lirih Jungwoo.

Ayah Kim mengangguk, "Iya, Jungwoo. Kita kesana." tak ada lagi, tak ada yang bisa keluarga Kim lakukan selain menuruti kemauan Jungwoo sembari menjaganya sebelum mereka kembali ke Korea.

"Xuxi.. Aku ingin bersamamu. Aku ingin selalu bersamamu. Kau.. Mematahkan pikiranku tentang 'cinta pertama tak akan berhasil' hanya karena semua buku dongeng yang kau baca. Tapi, mungkin Tuhan punya rencana lain untuk kita.

Kau tau, Xuxi? Aku menciummu duluan untuk yang terakhir kalinya tadi. Kau mungkin akan terkejut seperti di bandara kemarin kalau kau sadar.

Aku percaya, aku menyayangimu. Sangat sangat menyayangimu. Namun, Tuhan mungkin lebih menyayangimu. Ia ingin, kau berada disisinya.

Kau, akan selalu mempunyai sisi spesial dalam hatiku, Xuxi.."

۵ ۵ ۵

[] At 3AM, writting this with some memories that left on my mind― I'm not crying! ( TДT)

Tamat??? 👀

ᴬᵐ·ᵇᶦᵍ·ᵘ·ᵒᵘˢTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang