Model

84 34 2
                                    

Setelah seminggu tak bertemu dengan Lucas, kini Jungwoo bertemu lagi dengan pria itu. Perasaannya berkecamuk melihat Lucas sedang memberikan arahannya kepada para staff.

Johnny merangkulnya dengan santai, "Apa kau benar-benar tertarik dengannya?"

Jungwoo mendengus, "Jangan gila, hyung."

Johnny menggedikan bahunya, "Ku lihat dia nampak tertarik denganmu. Caranya menatapmu itu berbeda sejak di rapat waktu itu."

Jungwoo menghela napas, "Entahlah. Kemiripannya dengan Xuxi membuatku canggung."

Bruk!

"Ah! Maafkan aku!" Johnny menoleh ketika merasakan lengannya basah. Pria itu tak sengaja menumpahkan minumannya.

Johnny menatap pria itu datar dan mengusap lengannya yang basah, "Tak apa."

Jungwoo di sebelahnya menegup salivanya. Johnny tak akan pulang karena masalah ini 'kan? "Ten hyung, sebaiknya kau kembali ke lokasi." sahutnya ketika melihat sang sutradara sudah mencari sang model.

Ten membungkuk sekilas, "Sekali lagi maafkan aku." katanya sebelum menjauh dari Johnny dan Jungwoo.

Johnny menatap Ten menjauh, "Apa dia selalu memakai pakaian seperti itu?"

"Ten hyung memang mempunyai selera fashion yang bagus. Beberapa kali dia diundang ke―"

"Pakaiannya terlalu terbuka." Jungwoo tercekat, "Ah.. Mungkin itu pakaian dari pihak Lucas-ssi."

Johnny kembali memasang raut tengilnya, "Lucas-ssi? Kupikir kau sudah cukup dekat dengannya."

Jungwoo memutar bolamatanya malas, "Diamlah, hyung."

۵

Malam tiba dan semua orang sudah letih karena jadwal hari ini begitu padat walau hanya untuk iklan parfume.

Mereka makan malam bersama dan Johnny menyeritkan keningnya heran kenapa ia dapat kursi di sebelah sang model. Berkali-kali ia bilang kalau ia tak ingin terlalu terlibat dengan model dan sebagainya.

Ia benci datang untuk makan malam dan di tanya banyak hal tak berguna di luar pekerjaan. Ia lebih suka percakapan to the point di banding percakapan tak penting untuk mendekatkan diri dengan orang lain.

Sang produser dan beberapa stylist di depannya tak berhenti mengoceh dan ia sebisa mungkin mengangguk dan tersenyum. Beruntung perbincangan mereka hanya membahas hari ini dan tidak nyeleneh membicarakan orang lain.

Ia memotong steaknya dan menyuapkannya dengan santai. "Apa kau tak suka keramaian?"

Pertanyaan sang model mengalihkan atensinya, "Aku sudah terlalu tua untuk berkumpul dan berbincang hal tak penting." sahutnya santai.

Sang model terkekeh kecil dan memasukan kentang gorengnya ke dalam mulut, "Ayolah, kau bahkan belum berkepala tiga."

Johnny menaruh pisau dan garpunya di piring, "Aku tidak ingin tau darimana kau mengetahui usiaku." ia mengelap mulutnya dengan serbet yang pihak hotel sediakan dan menatap Ten, "Aku tak tertarik untuk memulai perbincangan dengan orang yang tak ku kenal."

Ten menaruh garpunya dan menyodorkan tangannya kearah Johnny, "Salam kenal, aku Ten Lee. Berkebangsaan Thailand dan saat ini sedang berkarir di Korea Selatan."

Johnny terkekeh dalam hati. Ia tak membalas jabatan tangan Ten, "Ku pikir aku tak perlu memperkenalkan diriku lagi."

Ten mengangguk dan tertawa ringan kembali menarik tangannya untuk memegang garpu, "Kau benar. Aku sudah tau dirimu."

۵

Jungwoo sedang makan dengan tenang kalau saja seseorang tidak tiba-tiba datang dan duduk di sebelahnya. "Kau nampak berbeda hari ini."

Jungwoo memasang raut bingung, "Hm?"

"Ku dengar kau langsung ke Daegu setelah dari Thailand. Apa kau kelelahan?"

Jungwoo menggeleng kecil, "Tidak. Lagipula ini sudah konsekuensi yang harus ku tanggung." ia menatap sekeliling seolah mencari bantuan agar seseorang memanggil dirinya.

Lucas terkekeh ringan dan memberikan undangan untuk fashion shownya, "Aku sudah pernah mengundangmu namun tak resmi, jadi aku mengundangmu secara resmi dengan ini."

Jungwoo mengambil undangannya, "Aku akan datang."

Winwin yang ingin menghampiri Jungwoo sedikit tsrpaku mendapati atasannya sedang bersama Lucas. Namun melihat Jungwoo yang nampak canggung membuatnya memberanikan diri menghanpiri mereka, "Lucas-ssi, selamat atas peresmian butik barumu di Daegu."

Lucas menoleh dan tersenyum, "Terimakasih, Winwin-ssi." Jungwoo menghela napas― dalam hati berterimakasih sebanyak mungkin kepada Winwin.

۵ ۵ ۵

ᴬᵐ·ᵇᶦᵍ·ᵘ·ᵒᵘˢTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang