Part 10: Weird Buck

411 86 9
                                    

Aku, Bucky, dan Sam sempat mengobrol selama kurang lebih satu jam di kedai makan tersebut. Kemudian aku dan Bucky pun kembali ke apartemennya. Aku menjatuhkan badanku di sofa yang berada di ruang tengah Bucky. Lumayan pegal berkendara dengan motor setinggi itu. Bucky pun ikut menjatuhkan badannya di sampingku setelah membuka jaketnya.

"Setelah ini, apa yang akan kau lakukan?" Kataku sambil melirik Bucky di kiri. Kepalaku masih tersandar berat di sandaran sofa.

"Beristirahat. Sampai ada informasi mengenai ancaman lain." Jawabnya sambil menatap langit-langit ruangan.

"Santailah. Kau akan baik-baik saja." Kataku sambil mengusap telapak tangan Bucky yang berada di sampingku. Bucky melirik ke arahku dan tersenyum lembut.

Beep

Ponsel milik Bucky terdengar lagi.

"Kau sangat sibuk rupanya." Kekehku kepada Bucky. Bucky mengambil ponselnya dan raut wajahnya langsung berubah menjadi serius.

Ia membawa ponselnya keluar untuk mengangkat panggilan tersebut. Aku benar-benar penasaran, setiap Bucky mendapatkan panggilan di ponselnya, raut wajahnya langsung terlihat berbeda.

Sementara Bucky di luar, aku pun menaikkan kedua kakiku ke atas sofa untuk merebahkan badanku. Aku memejamkan mataku untuk beristirahat sebentar. Aku memikirkan beberapa hal dalam benakku. Memikirkan ayahku, memikirkan perasaanku terhadap Bucky, dan lainnya.

Sampai ternyata aku ketiduran dan aku rasa aku tertidur hampir dua jam. Aku bangkit dari posisi tidurku dan duduk sebentar. Aku pun bangkit berdiri dan mencari Bucky. Aku berjalan ke arah pintu kamarnya dan menemukan pintu kamarnya terbuka. Aku mencondongkan badanku ke kamar Bucky dan melihat bahwa tidak ada Bucky di sana. Kamar mandi pun kosong. Jadi aku anggap Bucky sedang keluar setelah mengangkat telepon tadi.

Aku pun pergi ke dapur untuk mengambil minum. Aku menyandarkan badanku di meja kabinet dapur sambil meminum air dari kran. Aku pun kembali terpikirkan tentang ayahku. Aku mengambil ponselku dan menghubungi ayahku. Perlu menunggu agak lama sampai akhirnya ia menjawab panggilanku.

"H4i, s4yan9" Jawabnya di telepon dengan suara kurang jelas.

"Telan dulu makananmu. Kau masih bersama dengan sipderboy?" Kataku. Ia tidak langsung menjawab, kurasa ia sedang menelan makanannya.

"Ya. Bibi May membuatkan makanan untukku. Makanan ini sangat lezat, kau harus datang ke sini." Ujarnya di telepon. Aku pun mengerutkan dahiku, baru beberapa jam mereka bertemu dan seakan-akan mereka terdengar seperti sebuah keluarga bahagia. Aku tidak masalah, hanya saja itu agak lucu.

"Tidak, terima kasih. Syukurlah kalau kau baik-baik saja." Kataku pada ayahku.

"Kau sedang bersama Becky?" Tanya ayahku.

"Tadinya. Tapi sekarang ia sedang pergi." Jawabku.

"Kalau kau bosan, kemari saja. Peter dan bibinya pasti akan senang dengan kedatanganmu. Benar kan, Parker?" Kata ayahku.

"Ya. Kemari saja." Suara Peter terdengar nyaring dan bersemangat.

"Aku akan mengirimkanmu lokasinya jika saja kau berubah pikiran." Ucap ayahku.

"Dah, ayah." Kataku kemudian mematikan panggilan telepon itu.

Aku kembali duduk di sofa ruang tengah dan menjelajahi internet. Tak lama kemudian pintu apartemen terbuka dan membuatku langsung menoleh ke arah sana. Bucky baru saja pulang dan ia menyapaku dengan senyuman. Aku tersenyum balik kepadanya. Aku terlalu canggung untuk bertanya dari mana ia pergi, jadi aku hanya diam saja.

Bucky masuk ke kamarnya dan beberapa saat ia kembali dan menghampiriku. Ia duduk di sampingku dan menarik napas panjang. Aku melihatnya bingung.

"Ada apa?" Kataku saat melihat Bucky dengan raut wajah aneh seperti itu.

"Ada yang ingin aku bicarakan." Katanya sambil menatap mataku tajam.

"Katakan saja." Jawabku penasaran. Aku mengunci layar ponselku dan meletakkan ponselku di sampingku untuk lebih memerhatikan Bucky. Bucky memejamkan matanya sambil mengerutkan hidungnya, aku tersenyum karena ia terlihat menggemaskan saat melakukan itu. "Apa?" Tanyaku.

"Sebenarnya..." Katanya yang terlihat ragu. "Kau boleh tinggal di sini selama yang kau mau. Kau tidak perlu mencari tempat tinggal seperti katamu kemarin." Lanjutnya.

"Oh, aku pikir kau ingin mengatakan apa. Kau yakin tidak akan kerepotan dengan keberadaanku?" Tanyaku.

"Ya. Aku merasa ada sesuatu yang aneh di antara kita, entah mungkin kita terlalu canggung. Maksudku, kau tahu... hanya saja terasa berbeda dari delapan bulan lalu. Mungkin denganmu menetap di sini akan mengembalikan keadaan." Jawabnya menjelaskan.

"Aku tidak masalah jika memang itu maumu." Kataku sambil tersenyum.

"Baiklah... um... aku akan... ke kamar sebentar." Katanya sambil tersenyum singkat.

Aku mengerutkan dahiku kebingungan melihat sikap aneh Bucky. Aku tidak tahu kalau ia akan segugup ini hanya untuk mengatakan hal tadi kepadaku. Maksudku, aku memang akan senang jika ia mau aku tinggal bersamanya. Tapi aku tetap akan menyewa sebuah apartemen untuk ayahku tinggal sementara.

Hal itu membuatku langsung terpikir untuk membuka ponselku. Aku mencari apartemen di daerah New York yang nyaman untuk ditinggali. Aku melihat-lihat selama setengah jam dan akhirnya menemukan satu apartemen yang kurasa cocok. 30 menit jauhnya dari sini, apartemen dengan konsep ruangan terbuka dan gaya industrial minimalis kurasa cocok. Ditambah lagi letak apartemen ini berada di Queens, dekat dengan rumah Peter yang tadi lokasinya ayahku kirimkan kepadaku.

White Wolf and The Lady Deadpool (Bucky Barnes x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang