Part 38: Fathers

290 68 4
                                    

Aku membuka pintu apartemen Bucky. Aku dan Bucky pun masuk ke dalam dan menyuruh Bucky beristirahat karena ia baru saja pulang dari rumah sakit. Beberapa hari menginap di rumah sakit membuat tubuhku agak pegal karena harus tidur di sofa.

Bucky membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur perlahan sambil memegang perutnya. Aku pun duduk di sampingnya sambil mengelus rambutnya.

"Jadi itu saja?" Tanyaku pada Bucky.

"Tidakkah lukaku cukup? Apalagi yang kau mau? Melawan Galactus?" Ujar Bucky sambil tertawa.

"Bukan itu. Maksudku, jika ujung-ujungnya Johann mati, kenapa tidak kita bunuh saja dari awal." Kataku pada Bucky. Bucky menaikkan satu alisnya padaku. "Oh ayolah, tidak akan ada yang merindukannya. Dan jika Johann sudah kita bunuh dari awal, Mark mungkin masih hidup." Lanjutku.

"Jika kita tidak mengikuti rencana ayahmu, mereka masih akan menyandera Morgan tanpa ada yang tahu." Jawab Bucky.

"Jadi sejak kapan mereka menculik Morgan?" Tanyaku pada Bucky.

"Beritanya ada di headline manapun. Kau tidak menonton berita?" Tanya Bucky agak terkejut, aku pun menggelengkan kepalaku. "Beritanya muncul kira-kira setelah kau bangkit dari kematian." Lanjut Bucky.

"Ngomong-ngomong. Kau kenal John Walker, kan? Mengapa ia bisa ada di tempat Fennhoff waktu itu? Dan mengapa ia bisa mengenalku serta ayahku?" Tanyaku lagi.

"Percayalah aku sama terkejutnya denganmu saat Walker datang. Apalagi melihat ia memiliki perisai hitam Steve," Jawab Bucky.

Tiba-tiba suara gedoran pintu terdengar. Dengan cepat aku langsung berdiri dan menghampiri pintu depan. Aku membuka pintu tersebut dan aku melihat ayahku bersama Peter. Mereka berdua langsung masuk ke dalam dan ayahku dengan cepat menutup pintunya.

"Ada apa? Kenapa kalian terlihat seperti itu?" Tanyaku bingung saat melihat wajah mereka yang panik.

Peter berjalan melewatiku, ia terlihat mondar-mandir sendiri sambil berpikir sesuatu.

"Apa yang kalian lakukan?" Tanya Bucky yang baru saja keluar dari kamar.

"Oh Tuan Barnes. Um... Aku harus memanggilmu apa?" Tanya Peter kepada Bucky.

"James?" Jawab Bucky agak bingung.

"Um... James... Bolehkah aku menetap di sini untuk sementara? Aku tidak tahu harus kemana." Kata Peter. Bucky semakin bingung dengan apa yang dikatakan Peter. Mereka tidak pernah akrab, jadi sangat aneh melihat Peter yang tiba-tiba menginginkan tumpangan.

"Jelaskan apa yang terjadi." Kataku.

"Peter menjadi buronan." Celetuk ayahku.

"Bocah ini menjadi buronan?" Tanya Bucky.

"Seseorang mengkhianati dan menuduhnya." Jawab Ayahku.

"Oke. Sekarang kau duduk dulu dan tenang. Kemudian jelaskan pada kami lebih detail." Kataku melihat Peter yang masih panik.

Aku pun menuntun Peter untuk duduk di sofa. Ayahku duduk di kursi kayu sementara Bucky masih berdiri.

"Jadi... Saat aku sedang karyawisata di Eropa. Uh, tidakkah kau melihat beritanya?" Ujar Peter yang kurasa bingung ingin menjelaskan mulai dari mana.

"Percayalah, wanita ini tidak suka menonton berita." Celetuk Bucky.

"Oke. Saat aku karyawisata ke Eropa, aku bertemu seorang pria. Singkat saja, aku memberikan kaca mata yang Tuan Stark wariskan kepadaku untuk pria itu." Kata Peter.

"Apa pentingnya sebuah kacamata?" Kataku memotong cerita Peter. Peter mengeluarkan sebuah kacamata dari saku celananya.

"Kacamata ini milik Tony Stark. Kacamata ini memiliki fitur paling berbahaya, ini dapat mengendalikan sebuah satelit, senjata, mengetahui identitas orang, dan lainnya. Kembali pada ceritaku, pria itu membantuku mengalahkan sebuah monster dan mengaku kalau ia berasal dari universe lain." Kata Peter.

"Dan kau langsung mempercayai orang itu?" Tebak Bucky pada Peter.

"Bagaimana tidak? [Y/N] dan Wade juga dari universe lain, kan. Ternyata pria itu berbohong, ia hanya menginginkan kacamata untuk mendapatkan akses ke teknologi Stark, dan ia bukan berasal dari universe lain." Jawab Peter sambil bercerita menggunakan gerak tangannya.

"Oke. Lalu kenapa kau yang menjadi buronan?" Tanyaku. Peter menarik napas panjang sebelum menjawab.

"Seluruh dunia sudah melihat pria itu sebagai pahlawan super terhebat. Untuk catatan, aku tidak membunuhnya dan ia menuduhku melakukan serangan di Eropa serta membunuhnya dengan teknologi Stark yang aku miliki. Ia menuduhku kalau aku ingin menjadi Iron Man berikutnya." Jelas Peter dengan panik.

"Ini videonya." Kata ayahku menunjukkan sebuah video dari layar ponselnya.

Aku dan Bucky pun mendekat untuk melihat video tersebut. Akting dari pria bernama Mysterio ini memang terlihat meyakinkan, ditambah lagi faktanya bahwa ia sudah mati.

"Apa yang harus aku lakukan? Ia memalsukan buktinya." Kata Peter sambil meletakkan kedua tangannya di kepala.

"Peter. Dengarkan aku. Semua akan baik-baik saja." Kataku mencoba membuat Peter tenang.

"Seandainya aku tidak langsung mempercayainya. Mengapa aku begitu bodoh menganggap ia bisa menggantikan Tony dalam hidupku." Ujar Peter.

"Kau terdengar seperti orang yang selalu percaya pada sosok pria dewasa, Pete." Kataku menyadari kalau Peter terdengar akrab dengan Tony, Mysterio, bahkan ayahku. Peter menoleh ke arahku dengan wajah sedih. Ia tersenyum singkat padaku.

"Ya... Aku rasa kau benar. Aku selalu mendambakan sosok figur ayah untukku. Saat aku mendapatkan Tony sebagai seorang ayah memedulikanku, aku malah kehilangannya. Saat Wade muncul di rumahku, aku juga langsung mempercayai ayahmu sebagai seorang ayah yang keren untukku. Sama halnya dengan Mysterio, saat ia memakai kacamata ini, aku melihatnya sebagai pengganti Tony. Aku langsung memercayainya." Kata Peter sambil menunduk. 

Aku merangkul Peter sambil mengusap pundaknya. Kemudian aku melihat ke arah Bucky yang terlihat geram, ia langsung kembali ke kamarnya. Melihat tingkah Bucky seperti itu, aku berniat menghampirinya.

"Tunggu sebentar." Kataku pada Peter. 

Aku langsung mengikuti Bucky ke kamar, kemudian aku menutup pintunya.

"Ada apa? Kau cemburu pada Peter?" Tanyaku pada Bucky. Ia menggelengkan kepalanya tanpa melihat ke arahku. "Bucky, ada apa? Katakan padaku." Lanjutku membujuk Bucky untuk jujur.

"Parker. Ayah dari bocah itu, aku yang membunuhnya." Jawab Bucky. Mataku terbelalak, aku terkejut mendengar pengakuannya.

"Buck. Maafkan, aku tidak tahu. Dengarkan aku. Semua itu ada di masa lalu, dan saat itu kau tidak dapat mengontrolnya." Kataku meletakkan kedua tanganku pada pundak Bucky.

"Jika saja aku tidak membunuh ayahnya. Pasti semua ini tidak terjadi, kan." Ujar Bucky.

"Bucky. Ini bukan salahmu. Kau ingat saat kau ingin membantu semua keluarga dari korban Winter Soldiermu? Aku rasa ini saatnya. Winter Soldier memang membunuh ayahnya Peter. Tapi Bucky, Bucky akan membantu Peter melalui ini." Kataku menatap mata Bucky. Bucky mengangguk padaku.

White Wolf and The Lady Deadpool (Bucky Barnes x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang