Hanya ada aku, ayahku dan Bucky sekarang di apartemennya. Sam sudah pergi untuk mencari tahu mengenai Leviathan dari data base militer dan pemerintahan. Aku memutuskan untuk membersihkan pecahan kaca jendela dari lantai. Walaupun saat itu aku sedang terhipnotis, tetapi aku merasa bertanggung jawab atas kejadian itu.
"Kau tidak apa?" Tanya Bucky saat melihatku sedang menutupi jariku dengan bajuku. Aku menggelengkan kepalaku kepada Bucky. Tanganku tergores serpihan kaca, tetapi aku baik-baik saja. Aku hanya sedang tidak ingin berbicara dengannya untuk saat ini. "Ok." Lanjutnya.
Setelah aku mengumpulkan semua pecahan kaca itu, aku keluar untuk membuangnya di pembuangan sampah, kemudian masuk kembali ke apartemennya. Saat aku membuka pintu apartemennya, aku nyaris saja bertabrakan dengan Bucky yang sedang menggotong televisinya yang sudah hancur. Aku pun menyingkir dan membiarkan Bucky lewat.
Setelah itu aku duduk di samping ayahku dan menyandarkan kepalaku di bahunya. Ia mengelus rambutku sedikit dan bertanya "Kau akan menginap di tempatku atau balik ke Queens?"
"Um... di tempatmu saja. Omong-omong kau tidak jadi pulang ke dunia kita?" Ujarku balik.
"Bagaimana aku bisa meninggalkanmu dengan keadaan seperti kemarin." Jawabnya.
"Kau tidak marah padaku?" Tanyaku lagi.
"Karena mencoba membunuh Leah? Tentu saja tidak, justru aku kecewa kau tidak jadi membunuhnya." Jawab ayahku serius, tapi aku tahu ia tidak serius. Bucky pun kembali masuk dan ayahku langsung mengatakan "Aku bercanda."
Tanpa mengatakan apa pun kepada Bucky, aku keluar dari apartemennya untuk beristirahat di tempat ayahku. Aku memutuskan untuk memejamkan mataku dan berhenti memikirkan apa pun dulu untuk sesaat.
Di malam harinya saat aku sedang menonton televisi, pintu apartemen diketuk oleh seseorang. Aku pun langsung menghampiri pintu tersebut dan membukanya. Rupanya itu adalah Bucky, ia agak terkejut melihatku.
"Ayahmu ada?" Tanya Bucky padaku. Aku hanya melihatnya sambil menggelengkan kepalanya. Ia sempat diam sebentar sambil menatapku. "Oke." Katanya kemudian membalik badannya.
"Ada apa?" Tanyaku saat ia berjalan agak menjauh.
"Tidak apa." Jawabnya tanpa menoleh ke arahku. Aku pun melihatnya masuk ke dalam apartemennya.
Aku pun memutuskan untuk mengikutinya. Aku keluar dan menutup pintuku. Aku berjalan ke apartemennya dan tanpa mengetuk, aku membuka pintu Bucky. Aku melihatnya sedang kesulitan memasang kaca jendela apartemennya. Ia menoleh ke arahku dan tidak mengatakan apa pun.
Melihatnya kesulitan seperti itu, aku pun menghampirinya. Aku mengambil lem kaca yang berada di lantai dan tanpa perlu berbicara kami tahu apa yang harus kami lakukan. Ia memegang kaca tersebut dan aku mengelem setiap sisi kaca pada kusen jendelanya.
Setelah itu Bucky langsung jalan dan mengangkat sebuah pintu yang belum di pasang, aku rasa untuk pintu kamarnya yang rusak. Bucky mengangkat pintu kayu tersebut yang aku rasa berat, tetapi ia dengan mudah mengangkatnya. Aku pun mengikutinya ke kamar.
Bucky meletakkan pintu tersebut di lantai dan lagi-lagi tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia menyandarkan pintu itu padaku dan membuatku harus menahan pintu tersebut. Ia mengambil sebuah kotak perkakas dan membawanya ke kamar. Bucky mengeluarkan obeng, baut dan alat lainnya.
Ia mendekatiku, memegangi pintunya dan menyerahkan kepadaku sebuah obeng. Aku mengambil obeng tersebut dan Bucky mengangkat pintunya. Ia mengangkat pintu tersebut agar lubang bautnya tepat pada kusen. Aku tahu ia bermaksud menyuruhku yang membaut pintu tersebut, jadi aku mengambil baut dan langsung membaut pintu tersebut. Bucky memegangi pintu dan hanya melihatku melakukan pekerjaan ini. Memang tidak susah, karena memasang ini tidak seberat mengangkat pintu itu sendiri.
Keenam baut pun selesai terpasang, dan Bucky membuka-tutup pintu tersebut untuk mengetes apakah pintu ini sudah terpasang dengan benar.
Aku menyodorkan obeng yang aku pegang kepada Bucky, dan saat Bucky baru saja ingin mengambilnya dari tanganku. Aku langsung melepas obeng tersebut dengan sengaja untuk menjatuhkannya. Melihat kelakuanku seperti itu, Bucky langsung mengencangkan otot rahangnya sambil menatapku sinis.
"Maaf." Kataku dengan raut wajah datar.
Bucky tidak menjawabku, dan ia berlutut untuk mengambil obeng tersebut. Ia memasukkan segala alat tadi ke dalam kotak perkakasnya. Kemudian ia keluar membawa kotak tersebut.
Siap siap. Pokoknya siap siap aja.
![](https://img.wattpad.com/cover/272478231-288-k321088.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
White Wolf and The Lady Deadpool (Bucky Barnes x Reader)
FanficSEQUEL DARI CAPTAIN AMERICA: ANOTHER WOLD SINOPSIS: Setelah perjuangan hebat untuk menerima dirinya sendiri, Bucky Barnes mulai menjalani kehidupan normal. Akan tetapi perpisahan yang terjadi karena "permasalahan multiverse" antara Bucky dan [Y/N]...