Part 18: One Mission

350 89 11
                                    

Satu minggu setelah aku meninggalkan Bucky, sebuah surat terselip melalui bawah pintu apartemenku. Aku pun langsung keluar untuk mencari tahu siapa yang mengirim surat itu. Tetapi tidak ada orang di luar. Aku kembali masuk ke apartemenku dan mengunci pintuku. Aku membuka surat tersebut.

[Y/N] Wilson. Aku punya misi.

Hubungi aku +155409378

Aku tidak langsung menggubris surat asing tersebut. Bisa saja itu hanyalah ayahku yang berusaha menghubungiku.

Malam harinya aku tidak bisa tidur. Aku terus terbayang isi surat asing tadi. Aku pun memutuskan untuk menghubungi nomor tersebut. Agak lama aku menunggu panggilan tersebut dan akhirnya panggilanku tersambung.

"Halo?" Kataku dalam panggilan.

"[Y/N] Wilson?" Kata seorang Pria terdengar yang merupakan lawan bicaraku.

"Siapa ini? Bagaimana kau tahu tentangku?" Kataku pada pria itu.

"Katakan saja bahwa salah satu anak didikmu di Sword adalah seorang pengkhianat." Katanya. Aku pun mencoba menebak-nebak dengan siapa aku bicara.

"Katakan saja apa misimu!" Perintahku di telepon.

"Well, kau menerimanya. Besok aku akan mengirimkan sebuah paket untuk membantumu menjalankan misi. Selamat malam Nona Wilson." Katanya yang kemudian menutup panggilan. Aku pun melihat ke arah ponselku sambil mengerutkan dahiku.

Aku melempar ponselku ke tempat tidurku. Aku pun menjatuhkan tubuhku di atas kasur, menatap langit-langit kamar. Menyesali kedatanganku ke dunia ini.

Aku membuka pintu apartemenku dan menemukan sebuah kotak tergeletak di lantai persis di depan pintuku. Aku mengambilnya dan mencari petunjuk pada kotak tersebut, tidak ada tujuan maupun nama pengirim. Karena penasaran, aku pun membawa kotak tersebut ke dalam apartemenku dan menaruhnya di atas kabinet dapur.

Aku membuka kotak tersebut dan bingung karena terdapat sebuah tablet dan sebuah pistol. Untuk memastikan, aku membuka isi pistol yang ternyata terisi penuh dengan peluru. Aku pun tersadar ada sebuah surat di bawahnya.

Terserah padamu untuk menggunakan pistol tersebut atau senjata lain milikmu.
Harus selesai malam ini juga.
Gunakan tablet tersebut untuk melacak lokasi target.

Aku pun mengambil tablet tersebut dan menyalakannya. Software yang terpasang pada tablet tersebut tidak seperti tablet umumnya. Tetapi pertama kali aku melihatnya, aku langsung mengerti.

Aku membuka menu pada tablet tersebut dan memilih pilihan yang terdapat di sana.

[Y/N] Wilson – Misi 1 – Target 1 – Call Target

Saat aku menekan target 1, sebuah maps muncul dalam layarku.

"Call target?" gumamku. Untuk apa aku menghubungi targetku? Aku bukan psikopat yang akan menakut-nakuti targetku dengan menerornya. Aku pun langsung tersadar kalau lokasi yang terdapat pada layarku ditayangkan secara live, karena target terlihat bergerak. Tidak ada kejelasan apa pun mengenai nama, foto, ataupun yang lainnya. Hanya ada titik lokasi dari targetku.

"Akankah aku melakukannya?" Kataku dalam hati. Aku terus berpikir sambil menghentak-hentakkan telapak kakiku ke lantai.

Tekadku memang sudah bulat dengan ini. Di malam harinya, aku pun bersiap memakai pakaian serba gelap serta sebuah masker hitam. Aku memakai tudung kepala dari sweater hitamku serta membawa dua buah pistol milikku dan tongkat vibraniumku. Aku tidak akan membawa pistol dari siapa pun itu yang menyuruhku. Aku segera turun ke bawah dan pergi sebuah lahan parkir yang hanya berjarak dua blok dari apartemenku. Melihat tidak adanya siapa pun di tempat ini, aku segera mengeluarkan tongkat vibraniumku dan memutarkannya menjadi sebuah pedang. Aku menggunakan pedang tersebut untuk membobol sebuah mobil sedan berwarna biru tua dengan cara menyelipkan pedangku ke dalam kaca jendela yang merusak kunci dari pintu mobil. Tidak usah heran mengapa aku dapat melakukannya.

Aku masuk ke dalam mobil tersebut dan membuka tabletku melihat GPS untuk melacak targetku. Targetku berada di Brooklyn, hanya setengah jam perjalanan. Aku mencabut paksa kabel starter pada mobil dan menyambungkan kabel tersebut untuk menyalakan mobil. Mobil pun menyala dengan mudah. Aku menancapkan gas dan segera pergi ke Brooklyn.

Sesampainya di Brooklyn, aku kembali melihat ke GPS dan meletakkan tabletku di sisi samping kemudi. Aku mengikuti titik dimana targetku berada dan aku semakin mendekatinya. Aku memberhentikan mobilku dalam jarak 100 meter dari lokasi target dan aku keluar dari mobil.

Mulai dari sana aku berjalan kaki. Aku berada di daerah perumahan yang sepi karena hari sudah malam. Aku pun meredupkan cahaya dari tabletku dan memastikan masker serta tudungku terpasang sempurna agar tidak mengganggu aksiku.

Setelah berada di jarak 5 meter dari target, aku melihat sebuah rumah dan aku berada tepat di pekarangan rumahnya. Dengan pasti aku langsung menyelinap masuk ke samping rumah dan melempar tabletku ke semak-semak. Aku berjalan dengan pelan ke belakang rumah untuk mencari pintu belakang.

Pintu belakang terkunci dan aku langsung segera berjalan ke jendela di sampingnya. Aku mengintip dari kaca jendela tersebut untuk mengetahui situasi di dalam rumah ini. Aku pun terpikir, ada berapa orang di dalam rumah ini? Jika ada banyak, bagaimana aku bisa tahu targetku yang mana.

Karena hal itu terpikirkan olehku, aku langsung mencari rencana lain untuk mengetahui ada berapa orang di dalam sini. Aku memindai halaman belakang dan melihat sebuah alat pemotong rumput di ujung halaman. Aku segera menghampirinya dan menyalakan mesin pemotong rumput tersebut yang membuat keadaan menjadi sedikit bising. Dengan aku langsung kembali bersembunyi di semak-semak dekat pintu belakang.

Aku menahan napasku dan berusaha tidak membuat suara sekecil apa pun. 

Sepi banget ini woyy guyss, ada yg baca apa engga sebenernya wkwkwkwkk

White Wolf and The Lady Deadpool (Bucky Barnes x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang