"Ayah? Kau di mana?" Teriakku saat membuka pintu rumah. Aku melangkahkan kaki-kaki panjangku memasuki rumah orang tuaku. Menyusuri tiap-tiap ruangan di rumah ini dengan semangat. Aku harus memberi tahu ayahku. "Ayah?" Lanjutku mencari.
Mata coklat gelapku tertuju ke arah pintu kamar orang tuaku dan aku memiliki tebakan disana-lah ia berada. Aku pun membuka pintu kamar tersebut.
"AH! Sial." Ujarku saat melihat sesuatu yang tidak seharusnya kulihat. Aku langsung memejamkan mataku dan menutup kembali pintuku.
"Sebentar!" Sahut ayahku berteriak dari dalam kamar. "Apakah kita memberi dia trauma lagi?" Kata ayahku kepada ibuku. Aku mendengar suara grasak-grusuk dari dalam kamar tersebut.
"Tenanglah Wade, ia sudah besar." Kekeh ibuku terdengar dari luar sini. Aku masih menunggu mereka di depan kamar.
"Tapi serasa ia baru lahir kemarin, Vanessa." Sangkal ayahku kepada ibuku.
"Aku mendengar kalian." Sahutku dari luar kamar sambil bersandar pada dinding.
Tidak lama kemudian ayahku keluar pintu dengan keringat di wajahnya. Aku memutarkan bola mataku. Ini bukan pertama kalinya aku memergoki mereka bercinta di siang hari. Aku tahu aku sudah besar, tetapi tetap saja itu menjijikkan melihat orang tua sendiri melakukan hal itu.
Tanpa basa-basi panjang, aku menarik tangan ayahku dan membawanya ke luar rumah. Di luar sudah berdiri seorang temanku dan teman ayahku, Colossus. Colossus membawa alat besar dengan tangannya. Alat yang sudah aku kerjakan selama berbulan-bulan bersama Ellie, Yukio, dan Cable.
"Ada apa kau membawa manusia besi ini kemari? Benda apa yang manusia besi itu bawa?" Tanya ayahku sambil mengarahkan jari telunjuknya pada alat yang dibawa oleh Colossus.
"Hai Wade." Sapa Colossus kepada ayahku.
"Kami berhasil memperbaiki mesin waktumu lagi. Colossus dan Cable menemukan cara untuk membuatku melakukan perjalanan mulitverse. Lihat! Ia membawanya." Ujarku.
"Kau tetap akan pergi?" Tanya ayahku padaku sambil menaikkan kedua alisnya.
"Ayo masuk, dan letakkan alat itu di ruang tamu." Pintaku pada Colossus tanpa menjawab pertanyaan ayahku. Aku rasa ini harusnya menjelaskan tekadku bahwa aku benar-benar akan pergi dari dunia ini.
"Eit. Tidak. Aku tidak mau alat itu meledakkan rumahku. Taruh saja di halaman." Sela ayahku menahan pintu masuk dengan badannya.
Akhirnya Colossus pun meletakkan mesin besar itu di halaman rumahku. Aku dan ayahku berjalan mendekati mesin itu. Sebuah mesin berbentuk tabung yang kami ciptakan dibantu dengan Quantum Suit milik Avengers. Mesin ini sudah dikerjakan selama dua bulan olehku dan anggota X-Men lainnya. Walaupun aku bukanlah anggota tetap di X-Men, tetapi mereka adalah temanku. Mereka mau membantuku dan mereka berhasil.
"Mengapa kau sangat ingin kembali ke dunia itu?" Sahut ibuku bertanya. Ibuku sudah berdiri di dekat pintu dan berjalan menghampiriku. Tatapan khawatir dari ibuku sangat-lah jelas terlihat.
"Tentu saja karena Becky." Celetuk ayahku sambil meletakkan kedua tangan pada pinggangnya.
Ayahku benar, hanya itu alasanku. Delapan bulan ini keadaanku sangat tidak baik dan hanya Colossus yang tahu mengenai diriku. Aku sangat menyesal sudah meninggalkan Bucky, seharusnya aku menjalani hidupku seperti yang aku inginkan. Toh keluargaku juga akan mengerti.
"Aku akan melakukan apa-pun agar [Y/N] kembali menjadi seorang pahlawan sejati yang sebenarnya. Ada kebaikan dalam dirinya." Kata Colossus kepada ayahku dengan gerakkan tangannya yang membuat ia terlihat seperti sedang memberi petuah.
"Aku tidak masalah anakku menjadi tentara bayaran. Aku bangga ia menurunkan sesuatu dariku." Jawab ayahku sambil tersenyum bangga.
"Wade. Kau adalah seorang pahlawan. [Y/N] adalah seorang pahlawan. Delapan bulan lalu kalian menyelamatkan seluruh isi bumi dari kiamat. Jangan biarkan semua itu sia-sia dengan kembali membunuh." Elak Colossus membantah perkataan ayahku. Aku tahu mengenai masa lalu ayahku dan Colossus. Colossus selalu ingin membuat ayahku menjadi pahlawan super. Ayahku sudah pernah berusaha, hanya saja itu tidak seperti dirinya.
"Itu benar. Kalian adalah pahlawan." Sahut ibuku. "Tapi kau tidak perlu pergi dari dunia ini. Apa bedanya di sini dan di sana?" tambahnya.
"Bu, aku janji kita akan bertemu lagi, tapi izinkan aku pergi sekarang." Pintaku kepada ibuku.
"Ke dunia tanpa orang yang mengenalmu? Tidak akan. Aku akan mengkhawatirkanmu. Jika memang karena pria yang ayahmu sebut tadi, apakah kau yakin perjalananmu ini setimpal? Mesin ini hanya melakukan perjalanan satu arah, akan sulit bagimu untuk kembali kesini." Kata ibuku sambil meletakkan kedua tangannya di pundakku.
"Aku sudah dua bulan bersama anggota X-Men membuat mesin ini. Dan selama delapan bulan aku berusaha menjalani hidup semenjak aku meninggalkannya. Tetapi aku tidak bahagia. Maaf bu, bukannya aku tidak bahagia bersamamu. Hanya saja, kau pasti akan melakukan hal yang sama kepada ayah." Rayuku. Ibuku mengangguk sambil tersenyum kepadaku.
"Baiklah. Tapi biarkan ayahmu ikut. Setidaknya sampai ia dapat memastikan kalau kau dapat ditinggal sendiri." Kata ibuku. Aku mengerutkan dahiku dan menganga. Aku hendak mengatakan sesuatu, tentu untuk menolak itu.
"Jangan menolak. Dengarkan ibumu. Aku akan bersiap." Sela ayahku dengan semangat. Ayahku langsung masuk ke dalam rumah, aku rasa ia segera mengemas barangnya.
"Mengapa jadi ia yang sangat bersemangat?" Heranku. Aku pun memikirkan cara bagaimana agar ayahku dapat kembali ke dunia ini. Aku tidak ingin merepotkan Strange ataupun Wanda untuk mengantarkan ayahku kembali ke dunia ini. Akan kupikirkan nanti.
Aku sudah menyiapkan beberapa pakaianku ke dalam tas ransel. Tidak banyak, hanya beberapa potong pakaian dan kurasa aku harus sering pergi ke laundry. Aku membawa tongkat vibranium pemberian Shuri dan dua buah pistol milikku. Aku juga membawa beberapa perhiasan yang aku beli dari uangku. Karena tidak mungkin aku membawa dollar dari duniaku, sudah jelas berbeda.
Aku sudah bersiap dan mengenakan Quantum Suitku. Aku melihat ayahku keluar rumah membawa koper besar. Ia terlihat keberatan membawa itu.
"Apa yang kau bawa?" tanyaku kebingungan.
"Sesuatu yang sangat penting untuk kehidupan kita." Jawab ayahku.
Aku pun penasaran dan membuka koper tersebut. Aku terkejut melihat apa yang ayahku bawa.
"Untuk apa senjata sebanyak ini?" Tanya ibuku yang juga terkejut melihat perbuatan ayahku.
"Kau tahulah. Hanya untuk berjaga-jaga." Alasan ayahku. Aku tidak mau berdebat dengannya. Ia agak keras kepala mengenai dirinya.
Aku dan ayahku pun berpamitan dengan Colossus dan ibuku. Aku memeluk ibuku juga untuk berpamitan. Memang agak berat meninggalkan duniaku kembali, apalagi tanpa kepastian mengenai Bucky. Aku pun tidak tahu apakah Bucky akan senang melihatku kembali. Aku rasa itulah yang dikhawatirkan oleh ibuku, bukan masalah keselamatanku. Tentu saja aku akan selamat dari ancaman apa pun, aku adalah mantan pembunuh bayaran dan aku tidak bisa mati seperti ayahku. Jadi jelas saja ibuku mengkhawatirkan tentang hubunganku dengan Bucky.
Author's Note:
Colossus, Ellie (Negasonic), Yukio, dan Cable adalah anggota X-Men.Movie reference:
Deadpool 2
KAMU SEDANG MEMBACA
White Wolf and The Lady Deadpool (Bucky Barnes x Reader)
FanfictionSEQUEL DARI CAPTAIN AMERICA: ANOTHER WOLD SINOPSIS: Setelah perjuangan hebat untuk menerima dirinya sendiri, Bucky Barnes mulai menjalani kehidupan normal. Akan tetapi perpisahan yang terjadi karena "permasalahan multiverse" antara Bucky dan [Y/N]...