"Saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas kehadiran para hadirin sekalian yang berbahagia." Suara seorang pria paruh baya terdengar tegas dalam memberi sambutan pada acara yang meriah ini. Ia adalah pemilik perusahaan yang kini sedang dirayakan anniversary ke 31 tahun itu, siapa lagi jika bukan Valanio, Ayah seorang Saga Axliam Valanio.
Pada malam ini semuanya tampak berkumpul ria. Menikmati acara mewah ini dengan penuh sukacita. Acara ini digelar di sebuah gedung perusahaan besar yang terkenal. Semuanya berlomba-lomba mengenakan pakaian mewah nan mahal hanya untuk pamer sana-sini dalam acara ini.
Hetta sekeluarga tentu saja hadir dalam acara. Drean dan keluarganya pun turut serta. Banyak sekali tamu kelas atas yang hadir pada acara ini, jelas saja karena perusahaan Valanio memiliki jaringan yang begitu luas dalam dunia perbisnisan, dan juga Valan merupakan salah seorang tersohor.
Tak terkecuali Vrina sekeluarga yang kini sedang berpura-pura harmonis di depan banyak orang. Vrina sebenarnya tampak jengah ikut serta dalam acara-acara formal seperti ini, rasanya sudah lama sekali ia tak menghadiri acara semacam ini. Ia memakai dress sekenanya dengan rambut pendek ala-ala polwan Korea. Beberapa bulan lalu ia sempat kehilangan rambutnya, untung saja itu tak menyebabkan trauma mendalam pada dirinya.
Hanya satu yang tak hadir dan menjadi perbincangan sembunyi-sembunyi banyak orang. Ialah salah seorang anak Valan, Gara, yang kabarnya kini sedang mendekam di penjara.
Jauh di sana, seorang pria gagah nan tampan berdiri dengan sopan dalam balutan setelan jas berwarna army. Ia berdiri di samping Ayahnya, ikut berbincang-bincang dengan beberapa tamu, bagaimanapun juga ia adalah sang CEO perusahaan ini. Ya, siapa lagi jika bukan Saga.
"Gila, ini weci enak banget, parah." Drean berkata dengan mulut penuh makanan. Sudah sangat banyak makanan yang ia coba. Mumpung gratis, tidak boleh disia-siakan. Benar, bukan?
Hetta menatap datar Sepupunya itu. "Ini bukan weci, ini bakwan tau."
"Ya, sama aja, Dodol. Weci itu bahasa Malangnya."
Hetta tak lagi membalas.
"Heran gue, acara orang kelas atas begini makanannya juga ada bakwan. Lo heran gak, sih?"
"Biasa aja tuh, emang kenapa sih sewot banget lu. Makan ya, makan aja, ga usah banyak komen."
"Lo sendiri kenapa gak makan. Enak-enak tau. Mau cobain ini gak?" Drean menyodorkan bakwan di tangannya ke depan wajah cantik Hetta.
"Ih, enggak." Hetta menjauhkannya dengan bibir manyun. "Berminyak. Kolesterol."
Drean tanpa ba-bi-bu langsung menjejali mulut menggemaskan Hetta dengan bakwan berukuran besar. Hetta yang tak dapat menolak dibuat geram, ingin memuntahkannya, tetapi ia sadar akan malu melihat di sekitarnya banyak yang mengawasinya. Mau tak mau Hetta mengunyahnya dengan sebal. Drean tertawa melihatnya. Lucu sekali melihat Hetta kesal.
Setelah habis barulah Hetta membuka suara. "Gila, enak bener." Perempuan itu mengambil bakwan di dekatnya lalu melahapnya.
Drean pikir perempuan itu akan marah padanya, syukurlah rupanya tidak.
Drean mencibir. "Tuh kan, apa juga gue bilang."
"Ini bukan bakwan sembarangan, pantes makanan ini ada di acara mewah orang kelas atas." Hetta berbicara saat mulutnya sedang penuh.
Drean pun mengambil beberapa bakwan lagi. Terjadilah peristiwa balap-balapan makan bakwan di antara keduanya.
Tak sengaja Hetta berkontak mata dengan Vrina, dengan cepat ia langsung membuang muka, begitupun dengan Vrina. Bagi Hetta, daripada lama-lama menatap wajah Vrina, lebih baik ia menghabiskan seluruh bakwan yang ada di gedung ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M DIRTY GIRL
Romance"Kau bilang kau suka angin, tapi kau menutup jendela saat ia datang. Kau bilang kau suka hujan, tapi kau menggunakan payung saat berjalan di bawahnya. Kau bilang kau suka matahari, tapi kau berteduh saat panasnya menyentuhmu. Itulah mengapa, aku tak...