I'M DIRTY GIRL

1|I'm Dirty Girl

Hetta terbangun tiba-tiba dari mimpi buruk, urat nadinya berdenyut kencang. Tubuhnya dipenuhi dengan keringat dingin. Ia panik, menyentuh wajah dan keningnya secara bergantian dengan kedua telapak tangannya. Ia bangun, duduk dan mencoba mengumpulkan kesadarannya. Mimpi buruk itu. Ingatan tentang kejadian bertahun-tahun yang lalu terjadi itu datang lagi menghantui dirinya. Perasaannya sesak jika mengingatnya. Ia masih mengingatnya dengan sangat jelas. Hetta kembali berbaring dan membiarkan jantungnya yang berdetak kencang menjadi tenang. Sejauh ini ia selalu mencoba untuk tidak mengingatnya. Namun ia tidak bisa. Dirinya selalu yakin bisa melupakannya. Semuanya butuh proses. Jika bukan sekarang, mungkin suatu saat, hanya butuh waktu. Ia sangat berharap bisa melupakannya walaupun harus hilang ingatan sekalipun. Tetapi ia masih bersyukur bisa bertahan sampai detik ini. Ia selalu mengingatkan dirinya untuk tak boleh lemah. Ia mengharuskan dirinya menjadi wanita yang kuat.

Ya, itu harus!

"Hettaaa, bangun! Nanti telat sekolahnya," teriakan Nhika, Mamanya, menyadarkan Hetta dari lamunan. Ia segera bangun dan mengambil ikat rambut di samping bantal tidurnya untuk mengikat rambut panjangnya yang berantakan sehabis bangun tidur. Ketika sedang mengikat rambutnya, ia melirik sekilas pada jam beker di atas nakas yang berada di samping kanan tempat tidurnya. Jam enam lewat dua puluh lima menit. Ia menggulung rambutnya ke atas dengan asal asalan. Hetta tergesa-gesa keluar dari tempat tidur, bergegas menuju ke kamar mandi yang masih satu ruangan dengan kamarnya.

Kamarnya besar dan terlihat bersih. Dindingnya putih seperti warna perabotannya. Tempat tidur berukuran besar, lemari pakaian yang juga super besar, sebuah meja belajar dan kursi, rak yang dipenuhi dengan banyak buku, serta meja rias dengan cermin persegi yang di kelilingi dengan lampu-lampu kecil berbentuk bulat di setiap sisinya. Sisi sebelah barat ruangan di dominasi dengan dinding kaca yang lebar dengan tirai tertutup yang langsung mengarah ke balkon kaca yang menghadap arah barat. Kamar yang masih baru Hetta tinggali semenjak sepuluh hari yang lalu.

Hetta mandi dan keluar dalam waktu empat menit. Ia menuju lemari pakaiannya untuk mengambil setelan putih abu-abu. Sebelum membuka lemari, Hetta tersenyum saat membaca sebuah teks note kecil di pintu lemarinya. Teks note tersebut bertuliskan;

'Perempuan harus belajar tegas, berani berkata tidak, dan punya prinsip!'

Hetta memilih membuka pintu lemari dan mengambil setelan seragamnya. Ia bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Sudah satu minggu ia bersekolah di sekolah barunya. Mungkin terkesan tanggung ia pindah sekolah ketika kelas 12 semester genap, tapi apa daya bila mendesak. Ketika di sekolah lama dulu, Hetta terkenal arogan dan nakal. Karena itu, ia tak punya satu orangpun teman selain Drean, Sepupunya. Hetta terkenal suka berkelahi, lebih seringnya memukul anak laki-laki. Hetta hanya menghajar anak laki-laki yang kurang ajar padanya. Namun tetap saja ia diberi sanksi untuk tindakannya itu. Mungkin catatan kriminalnya di sekolah lama masih tersimpan dengan baik. Hingga Nhika meminta Hetta pindah sekolah karena ulah anaknya yang sudah kelewatan itu, setidaknya sebelum pihak sekolah yang mengeluarkannya. Nhika berpikir, mungkin Hetta akan berubah jika menemukan suasana baru. Walaupun Hetta terkesan nakal, tetapi prestasinya cukup membanggakan. Hetta selalu rangking tertinggi di kelasnya pada setiap semester. Mendapat nilai yang bagus itu mudah baginya. Menurutnya, karena itulah sekolah tak berani mengeluarkan siswa berprestasi seperti dirinya. Di sekolah baru ini, mungkin akan berbeda lagi baginya. Ia ingin merubah perilakunya sebaik mungkin dari yang kemarin. Ia akan mencobanya. Hetta tak ingin membuat Mama dan Papanya malu lagi oleh kelakuan anak perempuannya yang petakilan.

Setelah memakai seragam SMA lengkap, Hetta bergegas turun menuju ruang makan. Di sana sudah ada Mama dan Papanya yang menunggunya bergabung dengan mereka.