Seminggu sudah berlalu. Seminggu pula sikap Hetta kepada Saga berubah total. Saga bersyukur Hetta masih menyayanginya. Saga pikir setelah hari di mana Hetta tak berpamitan padanya akan terjadi masalah pada hubungan keduanya. Tetapi, keesokan harinya Hetta meminta maaf karena tak sempat berpamitan dan menjelaskan jika dirinya sedikit tidak enak badan. Itu hanya sekedar alibi Hetta untuk menutupi kebohongannya.
Sebisa mungkin Hetta merubah sikapnya pada Saga. Jika sebelumnya Hetta tak posesif dan sedikit perhatian, sekarang ia sangatlah posesif dan sangat banyak perhatian. Hal itu ia tujukan karena ia ingin menunjukkan lebih banyak cintanya kepada Saga. Hetta ingin menghabiskan sisa waktunya bersama Saga sebaik mungkin. Setidaknya sebelum semuanya berakhir.
Sebelum hari itu tiba.
Semakin dekat menuju hari itu, tetapi tampaknya Saga tak tahu apa-apa mengenai hal ini.
Hetta begitu serba salah dan kasihan pada Saga, tetapi ia juga tak sanggup jika harus berterus terang. Biarlah waktu yang berkata.
"Terimakasih banyak, Nyonya, telah menerima saya bekerja di sini." Seorang laki-laki yang baru saja diterima sebagai karyawan suatu perusahaan berterimakasih kepada manager-nya.
"Duh, Jeno, udah deh. Gak perlu formal-formal gitu, gue jadi gimana gitu dengernya."
Jeno tertawa renyah. "Masa iya gue manggil atasan pake nama Hetta aja. Kan gue yang jadi gimana gitu."
Hetta ikutan tertawa. "Iya, terserah lo deh."
"Gimanapun juga, gue bener-bener berterimakasih ke lo. Gue butuh banget pekerjaan ini."
Hetta tersenyum memberi semangat.
Jeno sedang dalam masalah krisis ekonomi, laki-laki itu menemui Hetta untuk meminta pekerjaan, bukannya ia tak berusaha mencari pekerjaan di luaran sana, ia sudah mencobanya tetapi tak ada yang berhasil menerimanya.
"Santai aja," gumam Hetta. "Tapi jangan kecewain gue."
"Siap, Bu bos. Saya akan melakukan yang terbaik."
Tok tok tok
Tanpa dibuka, Hetta sudah tahu siapa yang ada di balik pintu ruangannya itu. Wajah tak asing itu muncul dari layar komputernya. Hetta memiliki kamera kecil yang tersembunyi di mana kamera itu mengarah langsung ke siapapun yang berada di depan pintu ruangannya. Yang namanya kamera tersembunyi, tentu saja tak ada yang tahu, bahkan Saga yang kini berdiri di depan pintu ruangannya.
"Masuk," seru Hetta.
Melihat siapa yang masuk membuat Jeno tak enak sendiri, ia memilih pamit undur diri dengan sopan.
Saga sedikit terkejut melihat Jeno berada di ruangan Hetta, pasalnya laki-laki itu tahu bahwa Jeno pernah menaruh perasaan kepada Hetta.
"Kalau begitu, saya pamit untuk melakukan pekerjaan pertama saya, Bu manager," kata Jeno berusaha bersikap formal.
"Silahkan. Jika ada yang tak dipahami, kau bisa mencari asisten saya, Diana, untuk menanyakannya."
"Baik, Bu. Terimakasih."
Setelah Jeno pergi, barulah Saga membuka suara. "Itu kan ...."
"Iya, Jeno." Hetta melanjutkan perkataan Saga. "Dia bekerja di sini mulai hari ini."
"Oh," Saga bergumam seraya duduk di sofa yang terletak di sisi kiri ruangan setelah ia meletakkan bingkisan makan siang untuk Hetta.
"Apa maksud kamu mengirimiku lagu itu?"
Hetta baru ingat, pagi tadi ia mengirimi Saga sebuah lagu. Lagu yang berjudul 'Surrender' milik Natalie Taylor.
"Kamu pasti sudah mengerti artinya, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M DIRTY GIRL
Romansa"Kau bilang kau suka angin, tapi kau menutup jendela saat ia datang. Kau bilang kau suka hujan, tapi kau menggunakan payung saat berjalan di bawahnya. Kau bilang kau suka matahari, tapi kau berteduh saat panasnya menyentuhmu. Itulah mengapa, aku tak...