Brakkk
Seorang gadis muda terjatuh untuk yang ke sekian kalinya. Berusaha bangkit dan terus berlari semakin jauh ke dalam hutan yang gelap tanpa peduli apa yang ada di depannya. Beberapa kali tubuhnya tergores ranting-ranting tajam. Kulit putih mulusnya telah lecet. Dia tak peduli berapa banyak luka pada tubuhnya. Yang ia pikirkan sekarang hanyalah segera keluar dari situasi ini. Tubuhnya sudah tak kuat untuk berlari lebih jauh lagi. Ia menoleh ke belakang dan mendapati laki-laki itu masih terus mengejarnya. Semakin dekat di belakangnya hingga ia tersandung akar pohon besar yang tak ia lihat di depannya. Ia terjatuh dan meringis saat merasakan kakinya terkilir. Ia ingin segera bangun dan berlari, namun ia tak sanggup untuk bangkit lagi. Hingga suara itu mengejutkan nya,
"How far you run from me, I'll always find you."
Hening tak ada sahutan. Mereka sama sama mematung. Hingga lima detik berlalu.
"Ayo lari lagi! Berdiri aja udah gak bisa, gimana mau lari," suara laki-laki itu terdengar keras dan angkuh, sudut bibirnya tertarik membentuk seringaian pada akhir kalimatnya.
Gadis itu hanya diam tak menjawab ucapannya. Ia meraba-raba kaki kirinya yang terasa begitu nyeri dan mengangkatnya perlahan.
"Oh, gadis pintar ini menggiringku ke tempat sepi rupanya." Laki-laki itu perlahan mendekat dan berjongkok ketika tepat berada di depan gadis itu.
Mereka kini saling bertatapan. Walau dalam kegelapan, keduanya dapat merasakan aura mencekam yang terpancar dari tatapan satu sama lain. Tatapan di satu sisi penuh kebencian, dan tatapan di sisi lainnya penuh keinginan.
"Lo gak bisa ngindarin gue lagi," suara laki-laki itu berubah menakutkan dengan wajah tanpa ekspresinya.
Gadis itu masih diam tak menjawab ocehan laki-laki itu. Kulit kepalanya seakan ditusuk-tusuk dengan ketakutan. Kini mulutnya terasa kering. Benjolan di dalam tenggorokannya semakin membesar saat ia sedikit terengah-engah menahan isak tangisnya.
"Sudah sekian lama gue ngincar lo, tapi lo selalu ngindar. Asal lo tau, justru sikap lo yang kek gitu yang ngebuat gue makin ingin dapetin lo," ungkap laki-laki itu dengan manisnya.
"And now, the victory is on my side," bisik laki-laki itu sambil dengan lembut membelai pipi gadis itu dengan buku jarinya. Gadis itu merasa ngeri sambil menyentak kepalanya menjauh. Tiba-tiba laki-laki itu tertawa bangga yang terdengar memuakkan di telinga gadis itu. Sekarang kesabaran gadis itu telah habis.
"Gue muak denger omong kosong lo! Sadar bego!! Lo bener-bener udah gak waras dengan menginginkan gue," teriak gadis itu penuh kebencian, dan air mata mulai turun di wajahnya. Gadis itu memberi tatapan jijik saat ia samar-samar melihat seringaian laki-laki itu di bawah remang-remang cahaya bulan purnama. Dia benar-benar merasa muak melihatnya.
"Gue gak peduli, Intinya sekarang lo gak bisa nolak gue lagi," gumam laki-laki itu dengan gigi terkatup.
"Bener-bener brengsek lo!" kata gadis itu penuh kebencian. Ia merasa sangat geram dengan laki-laki itu.
"Shut the fuck up! Gak ada waktu lagi buat basa basi." Laki-laki itu berkata dan menerjang gadis itu seraya melepas dengan Kasar semua pakaian gadis itu. Tak ada yang bisa gadis itu lakukan untuk menghindarinya, ia terlalu lemah untuk melawan. Ia begitu lemah dan kakinya terasa semakin nyeri. Air mata panas menggenang di matanya. Yang bisa ia lakukan hanya memukul dan menampar wajah laki-laki itu. Namun usahanya sia-sia. Pukulannya tak berefek sama sekali pada laki-laki itu. Sekarang laki-laki itu berhasil menanggalkan semua pakaian gadis itu. Akhirnya air mata mulai mengalir deras di pipi gadis itu. Tubuh lemahnya meringkuk menutupi bagian tubuhnya yang terekspos. Laki-laki itu sama sekali tak peduli akan tangisannya. Kemudian laki-laki itu beranjak dan mulai menanggalkan pakaian bawahnya di depan gadis itu. Perlahan-lahan mata gadis itu mengabur dan kepalanya terasa pening seperti berputar-putar. Terakhir kali yang gadis itu rasakan sebelum kesadarannya hilang adalah perih. Rasa sakit yang tak pernah ia rasakan dalam hidupnya sebelumnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M DIRTY GIRL
Romance"Kau bilang kau suka angin, tapi kau menutup jendela saat ia datang. Kau bilang kau suka hujan, tapi kau menggunakan payung saat berjalan di bawahnya. Kau bilang kau suka matahari, tapi kau berteduh saat panasnya menyentuhmu. Itulah mengapa, aku tak...